²¹. duapuluh satu

3.6K 904 86
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca ya chingu🌻

Ini penting banget, ayuk vote yuk🌹

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~



"Setelah saya lihat beberapa hari ini, kalian sering bertengkar, ya." Ucapan tegas dari Nyonya Shim terdengar mengintimidasi di ruang persegi yang dikhususkan untuk anggota keluarga seperti Jake saja. Tidak ada pelayan di sana, benar-benar khusus untuk anggota keluarga. Hebatnya, kini Minji dibiarkan masuk.

Jake menengadah kepala, menatap Minji yang duduk berhadapan dengannya. Wajah gadis itu masih pucat pasi lantaran kejadian di dapur. Bahkan pergelangan tangannya terdapat perban acak-acakan yang Jake pasang tadi dengan kepanikan. Gadis itu juga tidak menatap siapa pun, fokusnya ke bawah dengan pandangan kosong.

Nyonya Shim melirik Jake dan Minji secara bergilir. "Kalian pikir rumah saya tempat bertengkar?"

Hening. Tidak ada yang menjawab, Jake masih menelisik Minji sedangkan Minji tetap termenung.

"Minji," tegur Nyonya Shim. "Saya kira kamu bisa membedakan mana urusan pekerjaan dan urusan pribadi. Saya tahu putra saya terlalu nakal untuk perihal pelayan baru, tapi dia melakukan itu kurang lebih satu setengah bulan. Sedangkan kamu sudah bekerja dua bulan, kenapa putra saya masih mengganggu kamu?"

Selang dua detik, dia mengimbuhkan. "Saya percaya sama kamu, Minji. Saya bawa kamu ke rumah ini dengan rasa percaya. Jangan sia-siakan kepercayaan itu."

Tidak heran Mamanya begitu. Dia sendiri tahu bagaimana sikap Mamanya yang kejam di saat-saat tertentu, dia memilih diam dan tidak menjawab daripada semua barangnya disita dan dia dikurung di gudang. Jake terlalu sering menerima itu sejak kecil jika dia melawan ucapan Mamanya.

"Minji," interupsi Nyonya Shim.

"Iya, Nyonya," jawab Minji berintonasi rendah, pandangannya menurun, dan kepalanya merunduk. "Saya bersalah. Saya tidak sopan ke Tuan, jadi Tuan marah dan terus mengganggu saya."

Melihat Minji yang mengaku salah, Jake pun menatap Mamanya. "Gak, Ma. Ini salah Jake. Jake yang gangguin dia mulu."

Nyonya Shim beralih memandang putranya dengan datar. "Mama tahu ini perbuatan kamu, tapi Mama harus kasih Minji pelajaran biar kamu puas."

"Kok Minji yang dikasih pelajaran? Jake yang ngelakuin itu, Ma. Denger, gak?" Dia tampak keberatan.

"Kenapa kamu marah? Mama tahu itu salah kamu, tapi Mama harus ngehukum Minji biar kamu jera ngeliat penderitaannya." Tanpa babibu Nyonya Shim menarik lengan Minji menuju lantai satu. Jake tercekat dan mengikuti sang Mama. Dia sangat tahu Mamanya itu begitu tegas dalam hal hukuman.

"Ma, denger, she's not wrong. Jake yang salah. Jangan hukum dia."

"Mama gak mau tahu, dia harus dihukum atas perbuatan kamu yang keras kepala itu! Mama cape ngadepin kamu, Jake! Terus-terusan buat ulah. Kamu juga gak pernah ngehargain Papa kamu!"

"Untuk apa Jake ngehargain orang asing?!" Penuturan Jake yang tegas disertai nada tinggi menggema di koridor, menghentikan langkah sang Mama, yang kemudian berbalik menghadap Jake. Jika pembahasan tentang Papanya, Jake sangat sensitif. "Jake bisa nurutin yang lain, tapi enggak yang itu." Dia langsung menarik lengan Minji, menyembunyikan Minji di balik tubuhnya.

"Jake, Mama minta kamu—"

"Mama gak berhak ngatur-ngatur Jake! Dari kecil Mama dimana?! Yang temenin Jake main, nganter sekolah, jemput sekolah, liburan, sampe nyiapin hal-hal kecil itu siapa? Mama? Enggak! Yang ngelakuin itu semua Papa!"

Dealova✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang