5.)TIDAK ADIL

3K 340 386
                                    

Kita patah untuk tumbuh

•Happy reading•
-
-
-

"Makasih Dewaa," ucap Nata tersenyum setelah sampai di depan rumahnya, kemudian turun dari motor pria itu.

Dewa merapikan rambutnya yang berwarna hitam pekat. Lalu menatap rumah Nataya yang tampak sunyi seperti tak berpenghuni.

"Lo tinggal sama siapa? " tanyanya memandang rumah Nata yang kosong.

"Bunda,ayah, sama Naraya" jelasnya.

"Naraya?"

"Kembaran gue." jawab Nata membuat sang empunya mengangguk paham.

"Lo ga nawarin gue masuk gitu? "

"Ngapain? "

"Minta maaf sama bokap nyokap lo karena nganterin anak gadisnya kemaleman."

"Santai aja, gue emang biasanya pulang jam segini, malahan lebih malam dari ini." ucap Nata jelas.

Dewa hanya bisa pasrah dan terlihat paham. Walau sebenarnya ia ingin mengenal keluarga Nataya. Entah kenapa rasa ingin tahunya besar terhadap gadis yang baru ia temui itu.

"Masuk gih, udah tengah malam." titahnya pada Nataya yang masih berdiri di sampingnya.

"Lo,ga pulang? "

"Gue ga tenang pulangnya kalau belum lihat lo masuk ke rumah." ucapnya tersenyum tulus.

Nataya kemudian tersenyum singkat ke arah Dewa."Hati-hati..." kemudian ia membalikkan badan membelakangi pria yang berpakaian serba hitam dan motor hitam itu. Ada satu hal yang Nataya tau dari diri seorang 'Dewantara'.

Pria itu menyukai warna hitam.

Melihat Nataya sudah masuk ke dalam rumahnya, Dewa segera memakai kembali helmnya lalu menyalakan mesin motornya.

"Lo cantik," ucapnya kemudian pergi dari pekarangan rumah Nata.

•••

"Nata pulang!" tak ada sahutan dari siapa-siapa. Nata lalu berjalan menghampiri kamar Soraya dan Bram. Kebiasaan anak itu, rasanya ada yang kurang ketika ia kembali ke rumah dan tidak memeluk bunda dan menyalami ayahnya.

"Bunda sama ayah kemana? " tanyanya kepada diri sendiri setelah melihat kamar orangtuanya tidak ada siapa-siapa.

"HAHAHA!! AYAH GELI!"

"Bundaa tolong berhentiin ayahh!"

"Anak bunda hebat banget"

"Anak ayah juga dong bunda"

"Iyaa anak kita berdua"

"Nara sayang bunda ayah"

"Bunda sama ayah juga sayang Nara"

Suara-suara itu berasal dari lantai atas. Tepatnya di kamar Naraya. Tak heran, memang setiap malam gelak suara bahagia itu selalu Nata dengar di kamar Nara. Cuma tiga jenis suara di dalamnya. Suaranya tak berani ikut campur.

AIR MATA DARI SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang