29.) KANKER OTAK

2.6K 179 7
                                    

"Anda menderita kanker otak stadium akhir." ucap dokter yang baru saja memeriksa Nataya.

Ya, gadis itu tidak bisa mengantar Sagara pergi ke bandara karena ia harus ke rumah sakit untuk periksa. Sengaja tak memberitahu siapapun.

Nata hanya diam manatap lantai dengan pasrah. Pikirannya mulai berisik tentang banyak hal.

"Apakah penyakit ini bisa disembuhkan, Dok?" tanya Nata memastikan.

Wanita paruh baya di depannya itu hanya tersenyum. "Bisa, jika anda rajin kemoterapi dan memiliki semangat untuk hidup."

Nata kembali diam. Ia sering mendengar kanker otak itu selama dirinya hidup. Dan yang ia lihat, penderita kanker itu akan menjalani kemoterapi, namun pada akhirnya meninggal. Apalagi dirinya yang sudah mencapai stadium akhir. Apakah dirinya akan bernasib sama?

"Karena sudah stadium akhir, sel kanker tumbuh secara agresif dan masif, hampir semua sel nya sudah berbentuk abnormal, dan penyebarannya sudah cukup luas. Bahkan ke bagian di luar otak, seperti tulang belakang dan paru-paru." jelas dokter itu menyadarkan Nata dari lamunannya.

"Jadi, saran saya, lebih baik jika kamu dirawat inap di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, saran saya, lebih baik jika kamu dirawat inap di sini. Agar pengobatan medis yang tepat dapat membantu mengecilkan ukuran tumor ganas dan memperlambat pertumbuhan kankernya." lanjut dokter itu berharap Nata mau mengikuti sarannya.

Nata hanya menggeleng pelan. "Engga, dok. Terimakasih. Saya pulang saja," pamit Nata segera berdiri berniat meninggalkan ruangan dokter itu.

"Yasudah, jika itu keputusanmu, tunggu sebentar, " ia lalu pergi kemudian membawakan beberapa obat. "Obat ini hanya untuk pereda rasa sakit, dan membantu memperlambat tersebarnya tumor yang ada di kepala kamu. Diminum 2 kali sehari, ya?"

Nata hanya mengukir senyum dan menundukkan kepala pertanda terimakasih. "Permisi..." ucapnya kemudian membalikkan badan berniat untuk pergi.

"Namamu siapa?"

Nata menghentikan langkahnya, lalu menoleh. "Nataya, dok." jawabnya di sertai senyum hangat.

"Ohiya, Nata, rajin-rajin kemoterapi, ya? Jangan putus asa. Ajal manusia hanya ada di tangan Tuhan."

Nata hanya menjawabnya dengan senyuman tulus lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Setelah kepergian Nataya, dokter itu menyatukan alis bingung.

"Selama bertahun-tahun menjadi dokter, baru kali ini saya melihat orang yang begitu pasrah perihal hidup, bahkan tak ada sorot ketakutan dalam matanya setelah mendengar kanker mematikan itu ada dalam tubuhnya." beo dokter itu merasa aneh.

🦋🦋

"Nata pulang..." gadis itu kemudian menaiki tangga mencari Nara. Hari ini adalah hari minggu, sudah pasti kembarannya itu ada di rumah. Tadi ketika Nata ke rumah sakit, ia menyuruh Nara untuk menunggunya di dalam kamar sampai ia kembali.

AIR MATA DARI SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang