Jika meninggalkanku adalah bahagiamu, maka lakukanlah. Tak apa jika kau menganggapku penjahat di ceritamu. Tak apa, jika kau tidak menanyakan apakah aku baik-baik saja. Tidak apa-apa,jika kau ingin asing. Asalkan kau baik-baik saja, biarku bersihkan sendiri luka itu sebisaku hingga menghilang. Dan kau? Tumbuhlah dengan baik, sebaik-baiknya yang kau bisa. Maaf, karena pernah bersamaku, kau begitu menderita.
____________________
____________Sagara berdiri di depan teman kelasnya, bersiap untuk menyampaikan sesuatu yang sepertinya kurang enak didengar.
Anak remaja laki-laki itu memejamkan matanya seraya menghembuskan napas pelan.
"Jadi, berdirinya gue di sini, gue mau ngasi tau kalian kalau besok gue udah pindah sekolah ke luar negeri. Terimakasih atas---"
"Hikss Sagaaa! " Keanu berlari memeluk Sagara dengan perasaan sedih, membuat Sang empunya merasa geli dan jijik.
"Gue belum selesai ngomong ege," Sagara lalu melepas kasar pelukan Keanu.
"Hehe belum ya, Gar? " tanyanya seraya menyengir.
Sagara hanya memutar bola matanya malas. "Balik ke bangku lu sana!"
Setelah Keanu kembali duduk, Sagara lalu melanjutkan omongannya yang sempat terpotong tadi. "Gue mau bilang terimakasih banyak ke kalian atas kerja samanya selama gue menuntut ilmu di Sma Cakrabinaya ini. Gue banyak belajar di sekolah ini, dan gue gak akan pernah lupain kalian. Sampai jumpa di lain waktu lagi, temen-temen. " akhir Sagara menundukkan kepala beserta senyum manisnya.
Semua terdiam dengan raut wajah yang tak dapat Saga artikan sendiri. "Duh, jangan sedih, dong. Gue gak enak nih ntar perginya." ucapnya di tengah-tengah ruangan yang sunyi itu.
"Kelas ini bener-bener sudah kehilangan banyak orang." beo salah satu murid di kelasnya.
"Iya, dan gue denger, Dewa katanya mau pindah juga." tambah satu murid lagi.
Tak ada yang bersuara lagi, Saga pun hanya diam menunduk. Entahlah, sekolah ini memang banyak menyimpan kenangan yang tragis.
Tok tok...
Semua mata tertuju terhadap Citra yang berdiri di dekat pintu dengan sebuah kotak bekal berwarna pink di tangannya.
Citra yang ditatap seperti itu menjadi gugup. "Maaf ganggu, di kelas ini gada yang keluar istirahat?"
"Lah, uda jam istirahat ya?" tanya mereka serentak.
Citra mengangguk. "Iya, uda dari tadi. Kalian gak denger?"
Mereka lalu menggeleng lalu keluar satu persatu untuk jajan. Membuat Citra merasa aneh, entah ada masalah apa di kelas ini sehingga tidak ada yang menyadari waktu istirahat.
"Kalian tadi lagi ngomongin apasi? Serius banget, kayak lagi rapat dpr aja." tanya Citra penasaran.
"Gausah kepo." judes Kelvin.
"Dih, apasi? Orang aku nanya sama Keanu."
"Lo nanyanya ke Keanu, tapi mata lo ke gua."
"Terserah lah aku mau ngeliat ke siapa, orang aku punya mata. Kan, Nu? "
"Gatau. Males gua berbagi oksigen sama lu berdua." Keanu sudah sangat muak sepertinya.
"Ngapain ke sini?" tanya Kelvin dengan tatapan dinginnya.
Citra kemudian menarik senyum lebar. "Seperti biasa Kel, aku bawain kamu bekal. Dimakan, ya?" ia kemudian meletakkan kotak bekal itu di atas meja Kelvin.
"Keluar." pinta Kelvin membuat Citra langsung melangkah pergi. Salah besar jika mengira Citra langsung pergi ke kelasnya. Gadis itu akan bersembunyi untuk melihat Kelvin menghabiskan dengan lahap masakannya.
"Keanu, lihat deh. Kelvin makannya pake sendok. Ihh gemes banget, gue baru kali ini liat orang makan selucu itu."
"Iya Cit, iya. Gua kalo makan pake sedotan." Citra ini memang selalu berlebihan jika menyangkut Kelvin. Baginya, pria itu bernapas saja sudah lucu di mata Citra.
Setelah Kelvin selesai makan, anak remaja laki-laki itu akan meletakkan begitu saja tempat bekalnya di atas meja, lalu kemudian Citra yang akan mengambilnya setelah pulang sekolah.
🦋🦋
"Muka kamu kenapa pucat gitu Nat?" Dewa yang menyadari warna kulit Nata segera menempelkan tangannya di jidat gadis itu.
"Lo, sakit? "
"Iya Nat, akhir-akhir ini aku liat kamu sering pucat gitu. Kamu gapapa, kan?" cemas Sagara.
Nataya hanya menggeleng pelan. "Gue gapapa, tenang aja. Ini cuma karena gue mabuk naik angkot tadi." bohongnya agar tak membuat keduanya cemas. Ia tidak boleh memberitahu mereka jika akhir-akhir ini kepalanya sering sakit. Takutnya mereka menunda untuk pergi hanya karena mencemaskannya.
"Kamu sih,kan uda aku bilang kesininya naik mobilku saja." kesal Dewantara.
Nata hanya menyengir. "Hehe, aku uda lama gak naik angkot. Kapan lagi kan kita naik angkot bertiga."
"Tapi kan, kalau kamu sakit, mending gausah naik angkot." beo Saga memonyongkan bibir lucu.
Nata mengacak-acak rambut keduanya. "Ihh kalian gemes banget si! Udah, nanti juga sembuh kok. Aku cuma mabuk angkot sayang-sayangkuu."
Mereka bertiga mengunjungi danau tempat biasa mereka berkumpul. Letak danau itu tak jauh dari sekolahnya. Makanya, mereka selalu mengunjungi tempat itu ketika pulang sekolah. Orang-orang, biasa menyebut danau itu dengan nama danau pelangi. Karena setelah hujan reda, pelangi nampak jelas dilihat dari danau itu. Sangat indah, bahkan Nata enggan pergi sebelum pelanginya menghilang.
Ketiganya berbaring terlentang, kepala mereka berdekatan membentuk segitiga di atas rumputan hijau, masih dengan seragamnya yang lengkap. Mereka terdiam beberapa detik melihat pohon yang daunnya berjatuhan ulah angin kala itu.
"Kalau terjadi sesuatu sama kamu, kabarin aku ya, Nat." ucap Sagara yang berada di samping kiri Nata.
Nata hanya mengangguk. "Gue akan selalu kabarin lo setiap hari, Gar."
"Kita bertiga harus janji, berapapun lamanya perisahan itu, kita harus kembali ke tempat ini lagi bertiga. Lengkap tanpa ada satu orang pun yang menghilang," Dewa menaikkan jari kelingkingnya membuat kesepakatan.
Ketiganya lalu menautkan jari. "JANJI!" lanjutnya tertawa riang.
"Gar, besok pagi gue gak bisa nganter lu ke bandara, gapapa kan? " ucap Nata.
Saga mengangguk."Gapapa si sebenernya. Tapi, kenapa?"
"Gue ada urusan."
"Urusan apa Nat? Aku anterin ya? " tawar Dewa.
Nata sontak menggeleng. "Engga, gausa Dewa. Cuma urusan keluarga kok. Kamu anterin Saga aja." ucap Nata terlihat khawatir.
"I--iya Nat, kamu santai, dong. Cemas banget kalau aku ikut."
Nata menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Bukannya cemas, tapi urusan keluarga itu privasi. "
Dewa hanya mengangguk pasrah.
Pada intinya,memang Nata berbohong kepada mereka. Mengetahui Nataya berbohong itu tidak sulit bagi Dewa. Hanya saja, pria itu pura-pura percaya saja.
🧜♀TBC 🧜♀
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR MATA DARI SEMESTA
Teen Fiction"Aku yang berdarah, dia yang kau rawat dengan cinta. Mengapa?" 🦋🦋 "Nata selalu ingin menjadi Nara, agar bunda dan ayah lihat." Start------->30 september 2021