15.) RS. KASIH BUNDA

2.7K 228 266
                                    

Titik pasrah seseorang adalah ketika ia berkata "Yasudahlah, mau gimana lagi."

🦋🦋🦋

Haii

•Happy reading•
-
-
-

Udara pagi mulai berhembus segar disusul oleh  kicauan para burung-burung di atas sana. Kicauannya tidak dapat diartikan oleh beberapa makhluk yang hidup di bumi. Tetapi, bunyinya selalu menyejukkan beberapa insan bila terbangun di pagi hari. Begitulah yang sedang dirasakan oleh dua sepasang kekasih yang berada di tengah indahnya mentari pagi.

Setelah lama memandang suasana dari dalam jendela, Nata merubah posisinya menjadi duduk di atas brankar. "Akhh!" ia merintih seraya memegang kepalanya yang masih sakit.

Dewa yang sedang menyiapkan sarapan pun segera menghampirinya. "Kalau masih sakit, jangan dipaksain bangun dulu," ujarnya meletakkan nampan berisi bubur di atas meja. Ia kemudian menaruh bantal di belakang Nata. Lalu, menyandarkan tubuh gadis itu pelan.

"Masih sakit?" tanyanya sambil mengusap lembut kepala Nata yang masih dipenuhi perban putih.

Nata menggeleng pelan. "Udah engga. Kan, uda di sentuh sama tangan kamu yang ajaib itu." jawab Nata membuat sang empunya terkekeh geli.

"Ayo mamam dulu, aku suapin," pinta Dewa memegang sendok penuh bubur yang siap di masukkan kedalam mulut Nata.

Nata memandang bubur itu tidak minat. "Gada bakso? Nata mau bakso..." ia merengek seperti anak kecil.

"Makan bubur dulu ya, sayang? nanti kalau udah sembuh, baru bisa makan bakso banyak-banyak." ucap Dewa seperti sedang melarang anak kecil barusia 6 tahun. Ah, gadisnya memang masih seperti bocah.

Nata menyorot bahunya lesu."Yaudah. Tapi, 3 sendok aja. " Nata mengangkat jari kelingking kearah Dewa membuat kesepakatan. Ia memang tidak suka bubur. Menurutnya, bubur itu hambar dan seperti kotoran anak bayi yang menjijikkan.

Dewa tersenyum pasrah. Lalu, menautkan jari manisnya pertanda ia setuju. Lebih baik ia mengalah saja daripada Nata tidak makan sama sekali. Kalau perut gadis itu tidak terisi, bagaimana ia akan menerima obat?

Setelah memastikan Nata sudah makan dan meminum obatnya, Dewa kemudian membereskan semuanya. Membujuk Nata supaya mau minum obat ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan.

"Na, aku ke kamar mandi dulu ya?"

"Mau ngapain?"

"Konser."

Nata memandangnya datar. 'penyakit ngeselinnya kambuh lagi.' gerutunya.

Dewa menyengir."Hehe...mau bab,Sayang."

"Yaudah sana," usir Nata sambil memainkan ponselnya.

"Kalau ada apa-apa teriak ya Na!"
ucapnya seraya berlari ke kamar mandi memegang pantatnya sudah tak tahan.

Nata hanya menggeleng-gelengkan kepala atas tingkah laku pacarnya itu."Untung ganteng."

Tok tok tok

Nataya menautkan alis mendengar suara pintu di ketuk. 'siapa yang datang?' tanyanya pada diri sendiri. "Iya, masuk!" ucapnya kemudian. Daripada ia penasaran, lebih baik disuruh masuk saja.

Ceklek

Pintu di buka memperlihatkan Sagara dan Nara berdiri berdampingan di pintu masuk sana. Saga kemudian menggandeng tangan Nara lalu menghampiri Nata yang sedang duduk menyandarkan tubuhnya di atas brankar.

AIR MATA DARI SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang