17.) BURUK

2K 200 149
                                    

Sakit sekali rasanya ketika kita sudah merasa memberikan yang terbaik, tapi nyatanya masih belum cukup.
-baksoo_bulat
_______________________

Happy reading

🦋🦋🦋

"Pagi Nataa! " ucap seorang remaja laki-laki ceria sambil melambaikan tangannya.

Di parkiran, Nataya mengukir senyum, lalu ikut melambaikan tangan kearah pria itu.

"Pagi juga Sagaa! " balasnya.

Sagara berlari kecil menghampiri Nataya.

"Sendiri, Na? "

Nataya mengangkat kedua alisnya. "Sama Dewaa" jawabnya mengacak-acak rambut Sagara gemas.

Sagara yang mendapat perlakuan seperti itu menjadi salah tingkah. Jantungnya mulai berdetak kencang dari biasanya, rasanya seperti ingin pingsan saja.

Oke, dia memang selebay itu.

Nataya yang melihat tingkah laku pria itu hanya tersenyum. "Lo gapapa? " ah rasanya belum puas ia menggoda Sagara.

Sagara menunduk sembari menautkan jari. "Malu. " satu kata itu sukses membuat Nataya tertawa hingga perutnya sakit.

"Ada apa nih? " tanya Dewa penasaran melihat tingkah keduanya. Apalagi melihat Nata masih tertawa.

Sudah dibilang, humor gadis itu memang receh.

Dewa beralih memandang Sagara yang juga bingung melihat Nataya. "Ga, lu apain si Nata sampai sesak napas gitu? " memang benar Nataya ngos-ngosan sekarang.

"Dia ngetawain muka gue karena terlalu imoet," ucapnya memasang raut wajah sok manis.

"Najis bangke," Dewa menjitak dahi Saga. Membuat sang empunya itu meringis.

Nataya mulai mengatur pernapasan. Wajahnya kini berubah merah akibat tertawa.

"Huft! Yuk kekelas!" ia merangkul lengan keduanya.

"Tunggu Na," ucap Dewa menahan langkah mereka.

"Kenapa?"

"Aku mau bicara sama Saga."

Sagara menunjuk dirinya. "Gue? "

Dewa hanya memandangnya sekilas tanpa menjawab, lalu beralih menatap kekasihnya.

"Kamu duluan, ya? " ucapnya seraya memegang kedua bahu Nataya.

Nata hanya mengangguk paham. "Yauda, aku kekelas dulu ya... Kalian nyusul, awas aja kalau bolos, " ancamnya mengepalkan tangan kearah keduanya.

Dewa terkekeh. "Iya...sebentar kok."

Nataya kemudian melangkah pergi mendahului mereka.

_____🦋🦋____

Keduanya saling diam mematung setelah sampai di rooftop. Mereka hanya saling memandang, lalu hanyut dalam fikiran masing-masing. Ada kecemasan dari tatapan keduanya. Entah apa itu.

Sagara maju selangkah mendekati Dewa, kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana. "Ada yang mau gue omongin juga sama lu, Wa. "

Dewa menautkan alis. "Ngomong aja" titahnya santai.

Sagara menghembuskan napas pelan, ia lalu mengulum senyum.

"Gue akan pergi ke Jerman setelah semester nanti. "

Mendengar itu, Dewa melototkan matanya kaget.

Saga mendongakkan kepala memandang atas langit untuk berkedip. "Tolong jagain Nata, ya? "

Dewa memandang Sagara marah. Tatapannya tajam menusuk kearah pria itu.

"Harusnya gue yang bilang gitu ke elo Ga!" ucapnya meninggikan suara.

"Maksud lo apa!? " Sagara mencengkram kerah baju Dewa emosi.

"Gue, " pria itu menjatuhkan tubuhnya di hadapan Sagara. Tenaganya terasa kosong. "Akan kembali ke London bantu bokap ngurusin perusahaan." lanjutnya to the point.

"Kapan? "

"Setelah semester juga. " ujarnya merasa bersalah.

Tak bisa lagi menahan emosi, Sagara kembali menarik kerah baju sang empunya sehingga posisi pria itu berdiri tepat di hadapannya.

"Brengsek!"

Bugh!

Bugh!

"Lo, uda janji sama Nata untuk gak ninggalin dia bangsat!" ucap Sagara penuh penekanan.

Dewa jatuh tersungkur, bogeman dari Saga tidak ia rasakan sama sekali. Ia kesakitan karena harus mengingkari janjinya kepada Nata. Ia harus meninggalkan gadisnya sendirian di sini.

Sungguh, ia pacar yang buruk.

Sagara meluapkan emosinya dengan memukuli tembok, berteriak dengan frustasi. Lalu kemudian ikut duduk mengenaskan di dekat Dewa. Setelah ia pikir, tak ada bedanya ia dengan Dewantara. Toh juga ia akan pergi meninggalkan Nata juga.

"Jadi, Nata gimana, Wa? Gue gak yakin dia bisa lewatin hidupnya sendiri."

Dewa hanya menggelengkan kepala. "Gue juga bingung, Ga. " jawabnya pasrah.

"Lo juga, ngapain ke Jerman? " tanyanya memandang Saga.

"Rumah disini akan dijual, dan gue ikut sama orang tua Pita ke jerman. Gue akan kuliah disana." jawabnya membuat Dewa mengangguk.

"Wa, lo harus ngasih tau soal ini ke Nata, supaya dia bisa mempersiapkan diri. Apapun reaksinya nanti, lo harus terima."

Sagara tersenyum miring. "Kalau gue jadi Nata si paling nusuk perut lo pake pisau. "

Dewa hanya memutar bola matanya malas. Dia pikir Nata itu psikopat apa?

"Jadi cuma gue nih?"

"Ya...gue jugalah bege!"

Dewa kemudian bangkit dari tempatnya kemudian disusul Sagara yang juga ikutan berdiri.

"Ayo buat kesepakatan Wa," ucap Saga seraya membersihkan telapak tangannya.

"Kesepakatan apa? "

"Jika nanti lo duluan yang balik ke sini, lo harus nikahin Nata dan lindungi dia dari orang jahat."

Dewa menyipitkan matanya. "Kalau lo yang duluan datang?"

"Gue akan tetap nunggu lo bahagiain Nata. Karena cuma lo yang dia mau."

Senyum haru terbit di wajah Dewantara, ia langsung merangkul Sagara. "Pasti."

Seorang gadis mendengarkan keduanya dari awal hingga akhir. Tanpa mereka sadari.

TBC

Dewa gak nepatin janji ternyata pren :)

Maka dari itu, aku ingin kalian belajar. Bahwa jangan terlalu percaya oleh perkataan manis dari seseorang.

Sisakan ruang untuk kecewa. Itu akan membantumu lebih baik untuk menghadapi hal buruk nantinya.

Maaf jika ada yang salah di part ini. Nanti saya perbaiki lagi.

AIR MATA DARI SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang