30.) BERBAGI RASA SAKIT

2.3K 165 10
                                    

Aku sudah banyak lukanya, kalau datang hanya untuk menambah luka, bukan di sini tempatnya.
_________________

Apabila dunia menyakitimu, ku mohon mengadulah padaku. Maka akan ku temani melawannya.
-Nataya
____________

"Sagara sudah pindah, ya?" ucap Pak Adi ketika memulai absen kelas.

"Sudah, Pak!" ucap semua Murid serentak.

"Kelvin?"

"Sakit, Pak." jelas keanu kemudian naik menyerahkan surat ijin dari Kelvin.

"Dewantara?" ucap Pak Adi lagi. Beliau hanya menyebut nama orang yang tidak hadir di dalam kelas tersebut.

Semua mata tertuju kepada Nataya. Jangan tanyakan kenapa,sudah pasti karena dia adalah kekasihnya. Itu berarti dia yang paling tau kenapa-kenapanya Dewa.

"Sepertinya tidak hadir, Pak." jawab Nata.

"Tanpa keterangan?" tanya Pak Adi yang hanya dibalas anggukan dari Nata. Lalu melanjutkan kegiatannya untuk mengajar.

🦋🦋

"Nat, lo bener-bener gatau kenapa Dewa gak masuk sekolah?" tanya Keanu setelah ikut duduk di samping Nata ketika jam istirahat. Mereka sekarang berada di kantin sekolah.

Nataya hanya menggeleng."Chat gue aja dari kemarin belum dibaca sama dia, Ken. "

"Coba lo hubungin lagi, takutnya tuh anak kenapa-kenapa, soalnya Dewa tumben-tumbenan gak masuk."

Nata dengan cepat meraba kantongnya, mengambil ponsel lalu menelfon Dewa.

"Gimana? " tanya keanu.

Nata menggeleng setelah ponselnya itu hanya berdering tak ada sautan dari siapapun. "Gak diangkat sama dia, Ken."

"Mungkin lagi ada urusan, Nat." ucap Keanu mampu menenangkan Nataya.

Citra yang baru saja masuk ke kantin itu pun segera menyapa keduanya.

"Hai Kenu, hai Nataa!"

"Haii!"

"Eh, Cit. Lo belum tau kalau Kelvin sakit?" ucap Nata membuat raut wajah Citra menjadi suram.

"Engga Nat, gue gak tau apa-apa. Gue kesini baru aja mau nanyain Kelvin di mana. Soalnya di kelas dia gak ada. Padahal mau ngasih bekal," jelas Citra menunjukkan tempat bekal berbentuk love warna pink. Ya, wanita itu menyukai warna pink.

"Sakit dia, gak masuk sekolah hari ini." beo Keanu.

"Gue minta alamat rumahnya Kelvin dong, Ken." mohon Citra.

"Buat apa?"

"Gue mau jengukin dia, sekarang."

"Masih jam sekolah, Citra."

"Gue bisa ijin."

Keanu memutar bola matanya jengah. "Yauda, nanti gue kirim lewat chat. Tapi, lo jangan ngasih tau Kelvin kalau gue yang ngasih."

"Iya, janji."

"Kelvin tinggal di apartemen."

Cita mengangguk kemudian bergegas untuk pergi. "Nanti kirim ya Ken! Makasii!"

Nata dan Kelvin hanya menggeleng-gelengkan kepala atas tingkah laku Citra yang bucin mampus itu.

"Kelvin beruntung banget ya, Ken." ucap Nata membuat sang empunya itu hanya mengagguk meng-iya-kan.

🦋🦋

Citra berdiri di depan apartemen yang diketahuinya adalah tempat tinggal Kelvin. "Tekan gak ya? " ucapnya merasa takut jikalau Kelvin marah ia lancang menemuinya.

Ting!

Jangan panggil dia Citra jika tak berani.

Pintu lalu terbuka menampilkan anak remaja laki-laki yang...hanya menggunakan kolor?! Citra yang melihat Kelvin seperti itu sontak membulatkan mata sempurna, mulutnya sedikit terbuka tak menyangka.

"Astagfirullah! Lo?" Kelvin lalu melihat dirinya sendiri yang hanya menggunakan kolor itu.

"Ah, sial!"

Ia dengan cepat meninggalkan Citra yang diam mematung di depan pintu.

Setelah menggukan pakaian yang sopan, Kelvin kemudian menemui Citra yang masih diam tak berkutik sejak tadi.

Kelvin lalu memutar bola matanya malas. "Masuk." ucapnya masih terlihat cool.

Citra yang masih membayangkan bentuk tubuh Kelvin yang indah, apalagi perutnya yang mempunyai enam kotak itu benar-benar membuat jantung Citra ingin pindah tempat.

"Kel? "

"Hm? "

"Sempurna. "

Kelvin lalu menjitak dahi Citra, membuat wanita itu meringis.

"Dasar omes." ucap Kelvin merasa terlecehkan.

🦋🦋

Bel pulang sudah berbunyi, membuat Nata berdiri di tepi jalanan untuk menunggu angkot. Ponsel yang ia genggam tiba-tiba berdering, dengan cepat ia mengangkat telpon ketika mengetahui itu dari Dewa.

"Halo, Dewa? Kamu kemana aja sih? Kenapa gak ngasi tau aku kalau kamu absen hari ini? Aku khawatir." marah Nata terhadap kekasihnya itu.

"Nat, aku takut. Tolong... Aku butuh kamu." ucap Dewa dengan suara yang bergetar, Nata dengan jelas mendengar isakan tangis dari pria itu. Dan juga, ada sebuah keributan di sana  yang membuat Nata semakin cemas.

"Kamu gapapa?"

Tut... Tut...

Telpon dimatikan secara sepihak, membuat Nata dengan cepat menaiki angkot yang berhenti di depannya.

Setelah turun dan sampai di wilayah rumah Dewa, Nata berlari dengan cepat membuat ia hanya membutuhkan waktu lima menit untuk sampai di depan pagar rumah kekasihnya itu.

Nata kemudian masuk, syukurlah pagar itu tidak terkunci.

Setelah sampai, Nata menekan bel rumah, namun tidak mendapat sautan dari siapa-siapa. Mendengar keributan yang sangat hebat di dalam, Nata terpaksa membuka pintu rumah yang tidak terkunci itu.

Alangkah terkejutnya ia ketika mendapati Dewa yang tertidur di lantai dingin itu, sambil memegang kedua lututnya, dan wajahnya yang sudah dibanjiri oleh air mata.

Nata yang tidak tega melihat orang yang begitu disayanginya terlihat menderita, Gadis itu dengan cepat menarik Dewa ke dalam pelukannya.

"Gapapa, udah ada aku."

Dewa semakin menangis. Isakannya terdengar sangat sakit di telinga Nata.

Kondisi Dewa saat ini sangat mengenaskan.

"Dewa, jika dunia menyakitimu, ku mohon mengadulah padaku. Maka akan ku temani melawannya. " Ucap Nata terlihat sangat tulus menyayangi pria di depannya ini.

Nata mendengar Dera dan mantan suaminya itu bertengkar sangat hebat, Nata tidak begitu jelas mengetahui penyebabnya apa. Yang ia Tau, Dewa begitu trauma dengan pertengkaran orangtuanya.

Nata membawa tubuh rapuh Dewa itu naik ke sofa. Di lantai itu sangat dingin, ia cemas kekasihnya akan sakit.

Setelah ada 30 menit menenangkan Dewa, ternyata pria itu tertidur di dalam pelukan Nataya. "Kenapa dunia jahat ke kamu juga, sih? Ke aku saja memangnya belum cukup ya? Aku bisa tahan jika aku yang sakit. Tapi aku tidak sanggup kalau melihat kamu seperti ini. " ucap gadis itu seraya membersihkan air mata Dewa yang terlelap di pelukannya.

🧜‍♀tbc 🧜‍♀

Sampai ketemu 5 tahun ke depan😗🙏

AIR MATA DARI SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang