16.) PERASAAN SAGARA

2.2K 222 232
                                    

Barangkali, Tuhan sedang tidak ingin kamu jatuh cinta. Agar kamu bisa mencintai dirimu lebih lama.
-BoyChandra

Haii

🦋Happy reading 🦋

Setelah seminggu berada di rumah sakit, Nata kini kembali menginjakkan kaki di rumahnya. Ia kemudian memasuki kamarnya sembari tersenyum, lalu membuka jendela kamar itu, merasakan hembusan angin menerpa surai hitam miliknya.

Gadis itu memejamkan mata. "Hingga aku pulang pun, kalian masih enggan melihatku."

Nata perlahan membuka matanya, ia mengulum senyum "Sebenarnya, aku anak kalian atau bukan, sih? "

Seminggu ia di rawat, tak ada satupun dari orangtuanya yang datang menjenguknya. Padahal, Nata berharap ia dipedulikan. Namun ternyata, kenyataan pahit kembali menyerang dirinya, nyatanya adalah orangtuanya tidak benar-benar peduli mau ia hidup atau tidak.

Nara yang mendengar perkataan Nata, hanya bisa menghembuskan napas pelan di pintu masuk sana. Ia tidak tahu harus berbuat apa, semuanya nampak sulit ia pahami.

"Na...istirahat dulu, kondisi kamu belum sembuh total. "

Nata membalikkan badan melihat kembarannya. Ia berlari kecil memeluk tubuh Nara erat.

Nara membelalakan matanya kaget, lalu ia tersenyum. "Kamu, kenapa? " tanyanya seraya mengelus punggung Nata lembut.

"Satu menit Nar. Tetaplah seperti ini, gue butuh pelukan. "

Nara meneteskan air mata. Ia memang tidak bisa merasakan penderitaan Nata, tapi ia bisa memahami rasa sakit kembarannya itu. "Peluk aku sambil  kamu baring, ya? Kata dokter, kamu tidak boleh lama berdiri."

Nata hanya mengangguk meng-iya kan. "Tapi lo jangan kemana-mana, ya? "

Nara mengangguk. Kemudian menuntun Nata keatas kasur, lalu menidurkan tubuh gadis itu pelan. Ia kemudian ikut berbaring di samping Nata sambil menautkan pelukan. Hal itu sudah biasa keduanya lakukan ketika diantara mereka ada yang tidak baik-baik saja.

Sagara pov

Aku terdiam di atas kasur. Mata ku terus memandang langit-langit kamar, pikiranku melayang-layang tatkala mengingat paras cantik gadis yang tumbuh dengan luka itu.

Aku tersadar, lalu mataku mengarah kepada bingkaian foto yang terpajang jelas di meja belajarku, aku segera beranjak dari tempatku.

Sebuah gambar wanita cantik sedang tersenyum manis, disertai surai hitamnya yang berantakan ulah angin kala itu. Gambar itu aku ambil setahun yang lalu, saat kami hendak bermain di sebuah taman mini.

Tanganku meraih foto itu, kupandangnya lekat-lekat wajah yang tak dapat lagi aku lihat secara nyata, tubuhku bergemetar, sebutir air mataku jatuh membasahi fotonya.

Aku ingin bercerita padanya. Namun, lidahku terasa keluh untuk mengeluarkan sepatah katapun.

"Pita,  Saga kangen..." aku terisak. "Kenapa kamu pergi sendirian, hm? "

Aku menghirup udara, mengisi rongga dadaku yang terasa sesak.

Hening...

AIR MATA DARI SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang