14.) 00:00

2.4K 222 253
                                    

Beberapa anak beruntung terlahir di keluarga yang tidak toxic dan mengerti mental. Selebihnya, ada anak yang harus berusaha menguatkan batin maupun fisik.

Haii

•Happy reading•
-
-
-

Bugh!

"Sini kau bangsat!"

Dewa menyeret kasar tubuh Bram keluar dari rumah sakit itu. Tidak ada perlawanan oleh Bram sama sekali, kali ini ia merasa sangat bersalah kepada putrinya. Ia pantas menerima itu.

Dewa menghempaskan tubuh Bram di atas rerumputan. Ia menyeret tubuh Ayah pacarnya itu di taman rumah sakit, tempat pasien biasa menghirup udara segar, namun saat ini sudah larut malam sehingga tak ada manusia yang berlalu lalang di tempat itu.

Setelah tubuh Bram jatuh tersungkur ke tanah, Dewa lalu memegang kerah baju pria itu.

Bugh!

"Kau, tidak pantas di sebut seorang ayah!"

Bugh!

Bugh!

Tiga bogeman berhasil mengenai wajah Bram. Katakanlah Dewa tidak sopan kepada orangtua,  ia tidak akan peduli. Baginya, pria yang ada di depannya ini adalah iblis yang menjelma sebagai manusia.

Remaja laki-laki itu sangat marah. Ia menatap Bram dengan tatapan tajam menusuk dan wajahnya yang memerah karna emosi.

Tangannya terkepal ingin menghajar habis-habisan wajah Bram. Ketika bogemannya ingin mendarat di wajah babak belur Bram, tiba-tiba Sagara dengan cepat menahan tangannya. Menghentikan kegilaan Dewantara.

"Lepasin gue!"

"Gue mohon lo stop! Apa yang lo lakuin ini gak ada untungnya sama sekali buat Nata!" Sagara mencengkram kerah baju Dewa kuat, berusaha menyadarkan pria itu.

Dewa terduduk lemas, seakan tak ada lagi energi di dalam tubuhnya. Sesekali ia memukul dadanya keras. Berharap, rasa sakit itu hilang.

Sagara ikut duduk di depan Dewa, ia mengerti bagaimana perasaannya sekarang, karena ia juga pernah berada di posisi itu. Tangannya menepuk-nepuk pelan bahu Dewa yang bergetar. Ya, Cowok itu menangis.

"Ikut gue masuk, Nata butuh lo."

Dewa masih terdiam menunduk.

"Gimana keadaannya?" tanyanya masih menunduk lemas.

"Masih kritis."

Dewa kemudian bangkit dari posisinya. Mata tajamnya kini beralih menatap Bram yang masih tetap di posisi dan tempatnya terakhir kali. Sudah di pastikan bahwa wajahnya kini sudah tak terbentuk.

Dewa mendekat ke arahnya hingga wajahnya dan Bram berjarak sangat dekat sekarang.

"Kalau sampai terjadi sesuatu kepada Nata, saya tidak akan segan-segan membunuh anda! Tak terkecuali istri dan," kalimatnya terhenti. Lalu tersenyum miring. "Anak yang anda sayangi itu."

AIR MATA DARI SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang