24.) PULANG

1.5K 138 5
                                    

Maaf, perihal diri ini yang terlalu haus kasih sayang, hingga lupa bagaimana seharusnya aku bersikap.

_____________

Gue cuma bertahan semampunya.

-Nataya
_________________

Di sebuah taman depan rumah,  seorang remaja laki-laki berdiri dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya. Anak itu terus memandang keluar gerbang, berharap sosok yang ia tunggu-tunggu cepat hadir dan memeluk dirinya. 

Guntur berlari dengan cepat ke arah wanita paruh baya yang keluar dari mobil. "Kapten!" sapanya lalu memeluk Adista, yang tidak lain adalah ibunya, dengan sangat erat.

Adista adalah seorang tentara wanita yang ditugaskan oleh negara untuk bertugas di luar negri selama 1 tahun.

Adista melepas kasar pelukan dari anaknya itu. "Saya banyak mendapatkan laporan kalau kamu nakal, Guntur. " tegasnya.

"Nilai sekolah kamu juga hancur. " lanjutnya lagi.

Guntur hanya diam menunduk, sudah pasti ayahnya yang mengadu.

"Maaf, Kapten. Tapi semester ini nilaiku gak bakalan hancur lagi kok. Aku uda belajar. " belanya.

Adista hanya menghembuskan napas pasrah. "Ayo masuk. "

Melihat istrinya sudah pulang, Wisnu dengan cepat memeluknya. "kamu sehat, sayang? "

Adista mengangguk. "Bintang mana? " tanyanya yang tidak melihat anak sulungnya itu sejak tadi.

"Ketiduran dia di kamarnya, habis belajar. " jawab Wisnu membuat istrinya mengangguk. Bintang berbeda jauh sekali dengan Guntur dari segi otak. Hal itu selalu menjadi perbandingan antar keduanya dan berakhir Guntur lah yang dipojokkan.

"Guntur ke kamar dulu. " ucapnya dingin. Rasa kecewa kembali menyerang dirinya ketika tau Kaptennya ternyata tidak merindukannya juga. Bahkan membalas pelukannya saja enggan. Mungkin karena ia tak pernah menjadi anak yang membanggakan seperti Bintang, kakaknya.

"Ayah mau bicara. " ucap Wisnu membuat  langkah Guntur terhenti.

"Soal apa? "

"Ayah dapat laporan kalau kamu berantem lagi sama teman kelasmu. " memang benar, Guntur menghajar Baron habis-habisan beberapa hari lalu. Jangan salahkan dirinya, ia sudah berusaha menjaga emosi tetapi Baron yang terus memancing amarahnya.

"Kamu itu bisa gak si, jangan bikin masalah sehari aja? Ayah udah pusing, Guntur. Jangan nambah beban lagi!"

"Baron yang mancing emosi Guntur duluan, jadi jangan salahin Gun--"

Plak!

Satu tamparan dari Adista tepat mengenai wajah kirinya. Membuat Guntur langsung terdiam dengan mata yang memerah akibat menahan tangis.

"Sampai kapan kamu mau jadi anak bajingan seperti itu? Lihat kakak kamu. Dia selalu membanggakan saya. Tidak seperti kamu yang cuma bikin malu keluarga! Kalau saya tau kamu besarnya seperti ini, saya bakalan buang kamu sejak lahir."

AIR MATA DARI SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang