9.)TERBUKA

2.5K 283 267
                                    

Takdir yang terlalu jahat, atau aku yang terlalu lemah?

Haii

•Happy reading•
-
-
-

Sinar matahari siang perlahan redup, langit yang tadinya bercahaya putih, kini berubah menjadi merah jingga menyambut sang senja tiba.

3 anak remaja yang sedang adu pikiran di atas rumputan hijau, Pohon dengan daun yang lebat. Serta, danau kecil yang melengkapi tempat itu. Suasananya tentram dan sangat damai. Membuat mereka nyaman untuk mengerjakan tugas, dan menenangkan pikiran.

"Ini, lo kalikan dulu dengan ini. Trus tinggal lo jumlahin hasilnya." jelas Dewa.

"Gini gak, sih?" tanya Nata memperlihatkan hasil kerjanya pada Dewa yang selalu salah. Maklum, ia tidak ahli dalam matematika.

"Masih salah, Nataa. Ya Allah! Allahumma lakasumtuuu" kesal Dewa yang selalu mendapati jawaban salah dari Nata. Bagaimana tidak, gadis itu sudah membuatnya frustasi sejak tadi.

"Gue nyerah!" emosi Nata melempar buku tulisnya ke arah Dewa.

Dengan kondisi yang sudah tertekan. Dewa lalu mengangkat kedua tangannya ingin Berdo'a. "Langit, bisakah kau mengganti otak Nata yang lemot itu? Aku sudah lelah mengajarinya." ucapnya mendramatisir.

"Emang mau di ganti sama otak apa Dewa?"

"OTAK MESUM!" ucap Dewa yang langsung di tendang oleh Nata. Membuat pria itu terjungkal ke belakang.

"Rasain!" ejeknya tak bersalah. Lalu meninggalkan Dewa yang masih memegang tangannya sakit.

"Tega bener lo sama Suami."

Apa, suami? Pede sekali si Dewantara itu. Tak mau mendengar apapun yang pria itu katakan, Nata kemudian pergi menghampiri Sagara yang berada di tepi Danau.

Nata menghentakkan kaki kesal menuju Saga. Kemudian, ikut duduk bersama pria itu. "nyebelin, nyebelin, nyebelin. Ishhh!" geram Nata mencabut rumput-rumput di depannya.

"Siapa?" tanya Saga heran melihat Nataya tiba-tiba datang dengan raut yang tidak mengenakkan.

"Tuh, Si Dewa!" jawabnya menunjuk pria yang sedang fokus memotret tempat itu.

Saga mengikuti arah pandang Nata."Kenapa dia?"

"Masa otak Nata mau di ganti sama otak mesum."

"Mesum itu, apa?"

Nata seketika menganga dengan kepolosan Sagara. "Eh...Bukan apa apa kok, lupain." ucapnya tersenyum manis.

Sagara hanya mengangguk pasrah saja dan kembali fokus mengerjakan tugas yang di berikan para guru tadi setelah ia masuk sekolah.

Bukan cuma Sagara, Nataya pun sama. Makanya mereka sepakat untuk mencari tempat sepulang sekolah untuk mengerjakan tugas sama-sama. Inilah akibatnya mereka tidak sekolah selama sebulan. Jadinya, tugas sekolah numpuk. Untunglah, pihak sekolah tidak mengeluarkan mereka.

"Nat, cepet selesaiin tugas lo, uda mau maghrib, Tuh." ucap Dewa setelah menghampiri keduanya.

"Ga? Udah selesai?" tanyanya pada Sagara.

AIR MATA DARI SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang