34.) KEJAM

2.3K 171 39
                                    

Mencintai seseorang seluas gurun pasir sahara hanya akan membuatmu tersesat oleh sebuah hal yang fana.
___________________

Setelah kepergian Nata yang begitu saja meninggalkan Bram, Nara perlahan mendekati ayahnya dengan air mata yang terus mengalir deras di pipinya. Sudah pasti anak itu mendengarkan percakapan yang mengejutkan itu dari tadi.

"Ayah..." Nara langsung meghamburkan pelukan ke Bram, menangis terisak-isak di sana.

Bram yang paham perasaan putrinya saat ini hanya bisa membiarkannya menangis hingga lega.

Setelah beberapa menit ia menangis hebat, Nara mengangkat kepalanya. Matanya kini sudah sembab. Sungguh sakit mengetahui fakta bahwa yang ia sebut kembarannya selama ini ternyata terlahir di rahim seorang Ibu yang berbeda.

"Maafkan ayah, Nara." pinta Bram sembari mengecup lembut kening putrinya.

"Ayah harusnya minta maaf ke Nata, bukan aku."

Bram hanya mengangguk pelan atas apa yang dikatakan putrinya.

"Nanti ayah akan minta maaf juga sama Nata." Ucap Bram sungguh. Perasaan bersalah kini telah menghantui dirinya.

"Kasihan Nata ayah..." ujar Nara yang menjadi saksi betapa tersiksanya Nata selama ini.

"Ayah juga menyesal, Nak."

Nara melepaskan pelukannya dari Bram, lalu menghapus sisa-sisa air matanya."Jadi, aku sama Nata bukan kembar?"

Bran menghembuskan napas pelan. "Ayah tidak tahu definisi kembar itu seperti apa. Tapi yang pasti, kalian tetap saudara dan tetap menjadi anak ayah. Anak kembarku."

Nara menarik napas lega setelah mendengar penjelasan dari Bram. "Tapi ayah, Ibu kandung Nata sekarang di mana?"

"Dulu, dia pergi ke luar negri untuk kuliah dan ngambil kedokteran. Sekarang, ayah dengar-dengar kabarnya dia sudah menikah dan sudah kembali ke sini, di Indonesia. Sepertinya ia kembali untuk ngambil Nata."

Seketika raut wajah Nara menjadi murung. "Nata akan pergi ninggalin aku sendiri..." Ucapnya lesu.

Bram segera merangkul tubuh mungil putrinya itu. "Gapapa, kan ada ayah."Katanya yang membuat Nara menarik senyum tipis.

"Tadi Nata mau pergi kemana?"

"Tadi sih ada telpon dari siapa ya tadi namanya..." Bram mencoba mengingat nama pria yang menelpon Nata tadi. "Ah, dari Dewa."

Nara menganggukan kepala. "Ohh, itu mah pacarnya Nata yang pernah mukilin ayah pas di rumah sakit." Ucapnya terkekeh.

"Lah dia toh orangnya? Hebat juga ya bisa buat ayah babak belur."

Nara tertawa kecil mendengar candaan ayahnya. Meskipun memang waktu itu Dewa berani mukul Bram, tapi tidak membuat Nara membenci Dewa, karena memang itu kesalahan ayahnya. Begitupun dengan Bram.

🦋🦋

Nata berlari kencang menuju pangkalan ojek. Menunggu angkot akan sangat lama menurutnya untuk sampai ke bandara. Ia berlari sangat cepat hingga tak melihat ada lobang kecil di depannya.

"Aww shhh!" Ringisnya menyaksikan darah segar yang mengalir dari lututnya. Karena jatuh, sepatu yang ia pakai juga sedikit sobek.

Meskipun begitu, tidak membuat Nata menyerah untuk menemui Dewa. Gadis itu tetap berlari walau tidak secepat tadi.

"Bang, bisa anterin saya ke bandara?" ucap Nata tergesa-gesa. Napasnya naik turun akibat kelelahan.

"Bisa, Neng. Tapi itu lututnya tidak mau diobati dulu?" Ucap salah satu tukang ojek itu yang melihat lutut Nata terluka.

AIR MATA DARI SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang