Mungkin yang kita anggap kecil itu sangat besar untuk orang lain, belajar menghargai orang lain bukan lah harga yang mahal.
****
Beberapa minggu berlalu setelah MOS semuanya berjalan baik-baik saja. Mereka mulai beradaptasi dengan sekolah berunya, mulai mengenal teman baru dan guru-guru yang mengajar mereka, semuanya baik belum ada tanda-tanda musuh sejauh ini. Disekolah ini tak ada kakak kelas yang senioritas dan suka melabrak adik kelas, semuanya hanya sibuk pada diri sendiri dan tak pernah menganggu privasi orang lain. Termasuk guru-guru yang ramah dan senantiasa terus mengajarkan murid-murid yang tidak mengerti, kecuali bu Lia, guru fisika kelas X yang bisa dikatakan guru killer. Bu Lia sangat kejam apalagi terhadap siswa yang membandel pada jam pelajarannya, bu Lia paling anti bila ada siswa yang tak mengerjakan tugas darinya, bisa-bisa dia makan murid nya hidup-hidup. Sepertinya bu Lia kurang asupan kebahagiaan, maka dari itu Shen menjadi tidak suka bila bu Lia masuk, bu Lia juga kasar, selain itu Shen memang kurang di pelajaran menghitung dan harus menghafal rumus-rumus.
"Kantin guyss!" pelajaran matematika telah berakhir, dan waktunya istirahat. Jennie mengajak teman-temannya untuk makan.
"Leggo." Balas ketiga temannya.
"Eh bentar gue ambil buku gue dulu soalnya gue belum selesai nyalin tugas fisikanya Catrin hehe." ucap Shen, lalu Shen mengambil buku tugasnya dan punya Catrin sebagai contekannya.
"Yaudah yuk." ucap Shen lagi setelah memegang kedua buku itu ditangannya.
Sampai di kantin..
"Gue aja yang pesen makanan, lo semua cari tempat duduk aja." pinta Kaia kepada teman-temannya karna kantin sudah padat takut mereka tidak akan dapat meja untuk makan.
"Oke kayak biasa aja ya Kai." balas Shen, mereka biasanya memakan salad sayur dan jus jeruk. Itu menu kesukaan mereka di kantin mang Dadang ini.
"Sipp." ucap Kaia mengerti.
Shen memperhatikan sekitar untuk melihat meja yang kosong, setelah melihat-lihat cuma ada satu meja yang tersisa, mereka pun bergegas kesana.
Di sekolah yang sangat luas ini terdapat 11 kantin dan itu ada disetiap lantai gedung, tetapi kantin mang Dadang inilah yang paling dekat dengan kelas mereka jadi mereka selalu makan disini, selain salad sayurnya yang sangat enak dan menyehatkan.
"Yaaah keduluan orang lain." Jennie melihat seorang laki-laki duduk dengan nampan makannya disana. Jennie langsung memelas karna akan ada ancang-ancang tak jadi makan karna tak ada meja kosong lagi, hanya itu satu-satunya yang tersisa.
"Gpp dia kan sendiri kalo gabung aja gimana?" Ide Catrin.
"Yaudah ayo mau gimana lagi makananya juga udah kepesan gak mungkin kita cabut kan? Tugas gue juga belum selesai ni." ucap Shen memelas.
Mereka mulai berjalan mendekati meja dan meminta izin untuk bergabung dengan laki laki tersebut.
"Permisi ka, boleh gabung ga? Soalnya meja yang lain penuh." ucap Catrin pada laki-laki tersebut dengan nada terbata-bata.
Pria tersebut hanya menjawab "Hmmm." Sambil menundukan sedikit kepalanya, menandakan ya boleh-boleh saja jika mau duduk, lagian itu free untuk siapapun.
"Oke makasih kak." ucap Catrin lagi.
Mereka duduk dan tak lama kemudian Kaia datang dengan pelayan kantin mengantar makanan pesanan mereka, karna tak mungkin Kaia bisa membawa makanan sebanyak itu sendiri dengan kedua tangannya.
"Nih makan dulu." ujar Kaia sembari menurunkan 4 mangkuk salad sayur dari nampan.
"Iyaa gue sambil ngerjain tugas."
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMUS FISIKA [tahap revisi]
Любовные романыMencintai seseorang tidaklah harus memiliki, walaupun kenyantaan itu hanya akan mudah terucap dan susah untuk di lakukan, tapi apapun hal yang dipaksakan akan menuai hasil yang tidak baik, seperti Shenina yang terpaksa bertahan demi cintanya yang me...