01. SMA Mulya Dharma

176 6 0
                                    

Salah satu sekolah favorite di daerah Jakarta Selatan ini begitu diminati anak-anak remaja SMP yang akan menginjak Sekolah Menengah Atas, bagaimana tidak? sekolah ini tempat yang sangat bergengsi, dipenuhi murid-murid yang terkenal akan kecantikan dan ketampananya, serta sekolah ini memiliki hampir semua siswanya tajir melintir, jadi tidak heran kalau mereka akan menggunakan barang mewah dan brended kesekolah, serta mobil sport mewah yang terjejer rapi memenuhi dua parkiran yang terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan di lapangan parkir sekolah ini.

"Hallo kalian dimana sih? Jujur gue bingung ni sekolah gede banget, bikin negara baru bisa nih sekolah sanking gedenya."Jennie menelpon Kaia, yapss sekolah ini sangat luas dengan bangunan 7 lantai dan halaman yang sangat luas.

"Kita dibelakang lo bego." Kaia mengangakat telpon Jennie dan mereka berdiri dibelakang Jennie sekitar 3 meter tanpa Jennie sadari, mereka tak berniat menghampiri temannya yang udah kesasar dari tadi itu.

"Hehe abis ni sekolah gede amat pusing gue." jawab Jennie cengengesan dan membalikan punggungnya lalu berjalan ke arah Shenina dan kedua teman lainnya.

"Dah yuk ngumpul di Aula, sebentar lagi kegiatan MOS mau mulai." (Masa Orientasi Siswa) atau masa perkenalan pada peserta didik baru, memperkenalkan lingkungan sekolah dengan berbagai kegiatan dan perkenalan antara siswa satu dan lainnya yang di pimpin oleh anggota OSIS. Catrin melirik kearah jam tangan digital dari Apple wacht series 6 itu dan merangkul ke 3 temannya dan beranjak pergi dari lobby sekolah.

***

"Ayo semua baris sesuai kelas masing-masing, kemarin waktu pendaftaran ulang udah dikasih tau, jadi jangan sampai ada yang salah kelas." pengeras suara itu menggelegar ke seluruh Aula.

"Njirr kaget, nyantai dong." Kaia terkejut mendengar pengeras suara yang tepat di bawah kepalanya.

"Eh kita kelas berapa sih, gue lupa?" Tanya Shenina kepada ke tiga sahabatnya itu.

"Kalo ga salah si kelas X IPA 1." Ujar Catrin sembari melihat ke kiri dan ke kanan kearah barisan yang ia cari. "Nah.. itu tuh barisannya!! bener..bener." seru Catrin dan mereka pun langsung lari menuju barisan sesuai kelas mereka.

Sampai dibarisan, mereka berbaris dipaling belakang karena dirasa paling aman untuk mereka yang cukup ribut dan rusuh.

"Ssttt ni sekolah kan ellite ye, masih ada MOS juga ternyata ya." ucap Jennie dengan logatnya yang nyablak.

"Ya ini kan sebagai perkenalan kita satu sama lain juga, jangan lo pikir kita sekelas dan lo ga butuh buat kenalan sama teman-teman yang lain." ucap Shenina seolah bijak padahal aslinya bahlul juga. Mereka memang sekelas, entah bagaimana itu bisa terjadi padahal sistem pembagian kelas harusnya di acak, mungkin memang sudah jodohnya untuk terus menempel satu sama lain.

"Iyaa lagian nih ya kita sekalian cuci mata, lo liat tu kakel Osis nya ganteng-ganteng bangett!!! Mau nangis ga lo liatnya!" ujar Catrin menunjuk kearah depan barisan para Osis. "Tuuh liat tuuh yang tinggi banget, njiirrr lesung pipinya maniss bangeettt sii!! Emang gak salah pilih sekolah kita." sambungnya heboh dan senyum-senyum bak orang melihat ketampanan spek dewa.

"Ehbusettt... kenape lo tunjuk si sumiati! Malu bego!" Suara Kaia tersebut sukses mendapat lirikan sinis dari barisan kelas lain dan mendapat perhatian dari orang yang ditunjuk Catrin. "Nah mampus lo diliatin kan lo sama dia." ucap Kaia yang masih tak sadar bahwa orang-orang yang terdekat dengan barisan mereka sedang melirik sinis ke arah mereka.

"Eh mampus gimana itu ada yang jalan kesiniii, takut banget dedek anjir mati gue." Catrin mulai cemas dan gugup.

Tak lama salah satu panitia Osis pun datang menuju barisan mereka. Sembari berjalan, semua mata tertuju padanya karena ketampanannya yang luar biasa yang belum diketahui siapa dia.

RUMUS FISIKA [tahap revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang