36. Halusinasi

13 1 0
                                    

Terlalu banyak luka yang aku dapatkan membuatku sering sekali berhalusinasi, aku seperti dua orang di dalam diriku sendiri. Aku tak mengerti sesaat aku bisa sangat baik, dan saat yang bersamaan fikiranku berubah menjadi kotor.


Haloowww jangan lupa vote dan komen yaa bestiee💜

****

Petugas itu kebingungan, Shen tiba-tiba menarik rambutnya dengan kasar dan meringkuk sembari ketakutan. Dikihat dari wajahnya tampak ia sangat terpukul karena frustasi tak ada Jimin yang ia tinggali tadi, bagaimana ia bisa menghilanh dengan cepat? Dan kemana pergi semua darah yang berserakan tadi? Semuanya dirangkum oleh pikiran Shen membuatnya terkena panic attack. Tak lama Shen pun pingsan karena keadaannya sangat memburuk.

"Nyonya.. bangun Nyonyaaa.." ucap petugas itu.

"Tidak ada respon, apa kita akan membawanya kerumah sakit?" Tanya petugas yang satunya.

"Sebentar, bagaimana kalau kita beritahu kekasihnya?"

"Dia sendiri disini, bagaimana caranya?"

"Tidak, kekasihnya ada dikamar sebelah, aku yang mengantar mereka kemarin, mereka memesan dua kamar terpisah." Jelas petugas itu pada temannya.

"Baiklah,"

Petugas itu menekan tombol bell kamar Jimin, beberapa kali namun tak ada jawaban. Petugas itu mulai lelah dan kembali menemui teman-temannya yang masih berkutat pada tubuh Shen yang tergeletak dilantai. Yaps mereka belum berani menganggkatnya.

"Kalau gitu kita pindakan saja dulu ke kamarnya sampai kekasihnya tiba." Karena merasa iba akhirnya petugas itu memutuskan untuk mengangkat tubuh Shen ke kasur.

"Baik."

Mereka membawa Shen ke kamar dan membaringkan tubuhnya, 2 petugas berjaga dan yang 1 satunya tetap berusaha memanggil Jimin dari kamarnya, namun hasilnya nihil, ya karena memang Jimin tidak berada di dalam ruangan tersebut.

****

Tokyo, 01.15 a.m

"Dia di Jepang Jim, gue dapet kabar barusan dari anak buah gua, lo harus hati-hati. Lo mau pulang atau kita perketat penjagaan lo disana? Tapi saran gue lo pulang dulu aja deh, gimana?"

"Siall!!!
Hmm gue gak tau harus ngomong dari mana Hop,"

"Kenapa? Ada apa? Apa ada masalah? Apa trauma Shen semakin parah?"

"Lebih buruk dari yang kita duga."

"Maksud lo apa?"

"Shen hamil.."

"Apa?!?"

"Gue harus apa? Dia minta gue pergi, padahal gue mau ngebesarin anak itu, gue akan nikahin dia."

"...."

"Hop.."

"Kalo gitu gue nyusul lo besok, gue urus tiket dulu. Lo tenang aja."

"Jangan kasih tau mama dan papa dulu Hop, gue masih bingung harus mulai dari mana nyelesaiinnya."

"Lo tenang aja, gue sama V bakal nyusul kalian."

"Oke, jaga diri kalian baik-baik selama perjalanan."

Telpon terputus..

"Gue harus balik ke hotel, mungkin Shen udah tenang."

RUMUS FISIKA [tahap revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang