21. Pelangi setelah badai

15 1 0
                                    

Seperti keajaiban, seperti roh yang bertukar posisi. Disaat Lyra meninggalkan tubuhnya disaat yang bersamaan Shen kembali meraih tubuhnya yang telah lama ia tinggali.

Shen terbangun dari komanya, saat itu hanya ada Bibi yang berjaga.

"Tangan non Shenina kok gerak gerak ya? Apa jangan jangan Non sudah sadar?" Bibi melihat jari Shen bergerak seperti berusaha mengangkat nya.

"Suster susterr!!!" bibi berteriak memanggil suster.

Tak lama suster datang dan terkejut ternyata benar Shen sudah sadar dan membuka matanya.

"Sebentar bu saya panggilkan dokter." lalu suster keluar dengan buru-buru dan datang kembali bersama dokter yang akan memeriksa.

Dokter memeriksa semua alat bantu yang Shen pakai selama ini, memeriksa detak jantungnya, serta memeriksa darahnya kembali. Hal itu membutuh kan waktu cukup lama.

Seperti sebuah keajaiban besar, Shen mampu melewati masa ketirisnya yang terbilang harapannya sangat tipis. Keadaannya cukup baik, namun dari hasil laboraturium masih banyak penanganan yang harus Shen jalani setelah ini, jaitan bekas operasinya tak sepenuhnya membaik, lukanya masih basah dan infeksi, itu karena Shen selalu berbaring dan beberapa kali menjalani operasi pada sayatan yang sama, ditambah Shen yang mengalami kerusakan parah pada tulang dan syarafnya.

Dokter meminta agar keluarga pasien segera menemui nya guna keterangan lebih lanjut atas kondisi Shen, karena Bibi tak terlalu paham soal itu.

Setelah pemeriksaan selesai Shen tak banyak bicara, bahkan belum bicara. Ia banyak termenung melihat alat bantu yang sangat banyak di tubuhnya, terakhir yang ia ketahui gadis itu hanya merasa pusing dan ingin tidur, setelah makan dan diberi obat oleh Jimin gadis itu pun tertidur, dan saat ia terbangun seluruh badannya merasakan sakit yang begitu parah, tulangnya terasa nyeri dan tubuhnya merasa sangat dingin. Seperti hanya tertidur dilarut malam, lalu kembali bangun dipagi hari yang dingin disambut embun pagi yang sejuk. Nyatanya tidak, Shen tak tidur sesebentar itu, ia telah koma selama dua bulan lebih.

Bibi senang melihatnya tampak air mata haru jatuh dari mata wanita paruh baya yang telah merawat Shen sedari kecil, bagaikan ibu Bibi menganggap Shen sebagai anak yang selalu ia turuti apa kemauannya. Bibilah yang mencari jika Shen pulang larut malam, dan Bibi juga yang akan menunggu didepan pintu. Bibi tak berani untuk mengajak Shen bicara karena takut menganggu nya. Lagian Shen belum pindah ke ruangan inap biasa, jadi tak sembarangan orang bisa masuk dan jika diperbolehkan itu hanya sebentar.

Shen melihat kiri dan kanan, ke langit-langit ruangan yang minim cahaya, matanya menangkap wanita paruh baya itu sendirian sedang mengusap air matanya.

Shen memang sudah sadar, tapi dirinya belum sepenuhnya mengusai tubuhnya, dokter memeriksa nya pun serasa masih diatas awang-awang yang merasa antara sadar dan tidak sadar.

Melihat Bibi yang menangis, tak terasa air mata itu juga ikut terjatuh. Dia memanggil wanita paruh baya itu.

"Biii? Shen udah bangun." Ucapnya lirih. Bibi langsung melihat arah Shen untuk memastikan apa benar Nyonya muda nya itu yang berbicara, matanya langsung berhadapan dengan Shen.

"Nonn, sstttt jangan banyak gerak dan bicara dulu. Non harus banyak istirahat." Jawabnya sambil membetulkan selimut Shen.

"Cuma bibi ya yang nemenin aku selama koma?" Tanya pelan.

"Engga kok Non, semuanya nemenin Non disini selama Non koma." Jawab Bibi lagi.

"Berarti mama sama papa dan kan Niko pulang kan Bi? Dimana mereka?" Tanya nya dengan harapan sungguh-sungguh mereka datang dengan bola mata nya yang mulai berair.

RUMUS FISIKA [tahap revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang