34. Alkohol 40%

22 1 0
                                    

Cie hari ini mau ke Jepang, mau ngapain? Simulasi jadi Naruto?

Vote dulu dwong cwintahhkuu😚

****

"Kita berangkat ya pa,ma.. om tante.." ucap Jimin sembari mengambil tangan Shen lalu tersenyum.

"Iya hatihati dan jagain Shen ya Nak.." ucap Yura mengelus pundak sang anak.

"Iya ma tenang aja," balas Jimin lagi.

"Kalau ada apa apa langsung telpon om atau papa kamu ya," pinta Wijaya.

"Siap om, kalian semua juga jaga diri baik baik ya selama kita pergi, aku juga bakal minta Hobbi bantuin kalau ada masalah disini." Balas Jimin lagi. "Baik lah kita pergi dulu ya.."

"Have fun ya kalian."

Mereka saling berpelukan satu sama lain hingga akhirnya moment perpisahan itu berakhir. Kali ini Jimin dan Shen pergi cukup lama, untuk satu bulan dan selama itu juga pastinya Jimin dan Shen absen dari sekolah dan kuliah.

"Gimana? Lebih tenang?" Tanya Jimin mengusap jemari kekasihnya.

"Hmm," ucap Shen menganggukkan kepalanya.

"Kita bakal seneng seneng kaya janji aku kemarin."

"Iya Jimin.."

Tak banyak hal yang mereka ucapkan selama di dalam penerbangan, itu dikarenakan jarak mereka tak terlalu dekat karena mereka berada pada first class, jadi cukup ada jarak antara keduanya membuat mereka tak leluasa bicara. Selama perjalanan hanya obrolan ringan yang terjadi, tak luput juga pandangan Jimin terpaku saat mendapati Shen tertidur lelap karena perjalanan mereka cukup jauh membutuhkan waktu lama. Jimin termenung sesaat.

Gimana bisa dalam dua tahun ini hidup gue berubah drastis, dari awalnya gue yang taunya cuma main main doang sama anak anak lain, sekarang masalah gue serumit ini, maafin gue Shen udah bawa lo jauh banget dari kata bahagia selama kenal gue, terbesit dipikiran gue apa dengan gue ninggalin lo, lo bakal tenang? Tapi gue gak bisa Shen, jauh dari lo adalah siksa yang gak bisa gue tahan, gue terlalu gantungin diri gue sama lo sampe gue gak tau kalau gada lo gue bakal kaya apa.

Terus memandang sendu gadisnya tak terasa air mata itu menetes membasahi pipi mulusnya. Jimin berusaha menutupi rasa sedihnya, ia tak mau Shen mengetahui jika ia sedang menangis, Jimin berusaha menyeka air matanya dengan piyama penerbangan yang mereka gunakan, itu memang fasilitas dari penerbangan first class yang mereka tumpangi.

"Kamu nangis?" Jimin tersentak mendengar ucapan gadis yang ia ketahui sedang tidur beberapa detik lalu sebelum ia memejamkan matanya untuk menyeka air matanya.

"Shenn.." jawabnya dengan suara sedikit berat, "engga, ini mata aku kayanya ada masuk sesuatu deh, bisa bantu tiupin ga sayang?" (Untuk informasi mereka sangat jarang memanggil menggunakan kata "sayang" satu sama lain, jadi jika kata-kata sayang itu terucap maka moment itu sangat langka.) Shen tersenyum lalu memajukan wajahnya kearah mata Jimin, dan mulai meniup lembut mata Jimin yang memerah yang jelas saja bukan karena kelilipan melainkan sedang menangis.

"Apa dua duanya kelilipan?" Tanya Shen yang melihat kedua matanya memerah.

"Kayanya sih ia, perih banget.." rengek Jimin, Shen kembali meniup mata sebelahnya.

"Mendingan?" Tanya Shen lembut.

"Iya, makasih ya Shen.." ujarnya tersenyum sambil mengelus pipi Shen yang masih sangat dekat dengannya.

"Sama sama sayang."

"Aku kangen tau dipanggil sayang." Goda Jimin.

"Iya ini udah panggil sayang."

RUMUS FISIKA [tahap revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang