BAB 81: Ide Licik?

4 1 0
                                    

Hai babiess pekaa!

Aku upload hari ini biar bisa menemani malam-malam kalian semua. Semoga senang ya 💛.

Oiya, Follow Ig aku RestuYntx_  ya. Tengkyuu🌼

.

.

"Wajah kulkas, terima kasih."

Tiba-tiba pintu kamar Syadid ada ngetuk, Elvina pun langsung mengecaknya.

Azmi datang tak lama kemudian. "Apakah Kak Syadid baik-baik saja? Aku dengar dia pingsan jadi aku kemari untuk melihatnya."

Elvina langsung mendorongnya keluar.

"Mari keluar dan bicara. Dia baik-baik saja. Dia baru sadarkan diri. Dia bilang dia ingin Istirahat. Kamu bisa kembali lebih dulu." kata El cuek dan ingin menutup pintu tapi Azmi malah masih berdiri di depan pintu.

"Kenapa kamu masih berdiri di sini? Pulanglah dan istirahatlah. Oh, ya. Aku tidak akan meminta maaf padamu tentang apa yang terjadi sebelumnya."

"Aku tahu bahwa kamu tidak akan meminta maaf pada orang seperti aku."

"Azmi, aku tidak meminta maaf pada orang lain. Tidak peduli jika ini kamu, Nawaf, atau orang lain. Kamu mengerti?"

"Apakah kamu memeluk kak Syadid?" Tanya Azmi.

"Bagaimana kamu tahu? Oh... Bukan, maksudku, kenapa kamu bicara omong kosong seperti itu?"

"Aku tahu. Karena Senior Syadid pernah seperti itu dulu"

"Aku... selalu berpikir dia tidak bersedia berinteraksi dengan orang-orang. Tapi aku tidak tahu ini akan menjadi seserius ini. Apakah ini semacam penyakit?" Tanya El tercengang mendengarnya.

"Kak Syadid adalah tetanggaku. Kami besar bersama. Dia memiliki seorang ibu dan adik. Ayahnya meninggal sudah lama, dia, ibunya dan adiknya tubuh bersama satu sama lain. Tapi kemudian, ibunya diagnosis dengan penyakit jantung sedangkan adiknya kekurangan sel darah putih. Dia berhenti sekolah selama lima tahun dan terus bekerja untuk mengumpulkan uang untuk pengobatan keduanya. Tapi akhirnya, ibu dan adiknya meninggal selang beberapa hari. Dan keduanya meninggal di pelukannya. Jadi, sejak hari itu, kak Syadid tidak dapat memeluk orang lain. Jika ini serius, dia akan kambuh dan pingsan. Mungkin ini mengingatkan dia pada kedua orang tercintanya. Sejak hari itu, kak Syadid berhenti tersenyum. " Kata Azmi.

"Jadi begitu..."

^^^^^

Setelah Azmi  pergi, Elvina kembali dan menatap Syadid dengan iba.

"Wajah kulkas... apakah ini alasan mengapa kamu tidak pernah tersenyum? Aku benar-benar ingin melakukan sesuatu untukmu. Walaupun begitu, selalu kamu yang membantuku. Saat aku sedih maupun saat aku putus asa, selalu kamu yang menghiburku. Aku ini tidak berguna. Di masa depan nanti, aku akan memperlakukanmu dengan lebih baik. Janji!"

Tapi tentu saja dia tidak mendapat jawaban. Saat Elvina hendak menyelimuti Syadid, dia melihat ada sebuah kotak hadiah kecil tersembunyi dari dalam kantong celananya Syadid.

Elvina membukanya dan ternyata isinya adalah anting-anting yang disukainya waktu itu.

Elvina senang. "Kamu membelinya tapi kenapa kamu menyembunyikannya? apa kamu malu?"

"Ini sangat indah!" Elvina hendak mencobanya. Tapi tiba-tiba dia menyadari sesuatu.

"Itu tidak benar. Aku tidak pernah mengatakan aku menyukai anting-anting ini."

Flashback

"Mereka kelihatan sangat bagus. Mereka sangat cantik."

Flashback Off

"Azmi?!" Yakin kalau Syadid membelikan anting-anting itu untuk Azmi, Elvina langsung melabraknya dengan kesal.

"Dia yang melihat anting-anting ini dan berhenti di jalan! Syadid! Kalian tumbuh bersama... Kamu masih memikirkan dia! Katakan padaku! Apakah kamu membelikannya untukku atau untuk dia? Katakan! Apakah kamu membelikannya untukku atau untuk dia?" Teriak El bersikeras menuntut Syadid untuk menjawab.

Syadid tidak terbangun tapi dia terus ngelantur. "Gadis bodoh! Gadis bodoh!"

"Gadis bodoh? Apa? Kamu adalah pria bodoh! Kamu membuatku kesal! Baik..." El pun mendadak punya ide licik.






Hug The Moon ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang