BAB 76: Memperebutkan Anting

8 2 0
                                    

Semua orang langsung protes dan mengkritik cara kerja Azmi.

"Yahhhhh... Apa ini? Apa lo mau kami berjalan?"
"Kita juga punya banyak sekali koper! Bagaimana bisa kami membawa semua ini?"

"Ya ampun!"

"Maafkan aku... Maafkan aku... Sungguh maafkan aku." Kata Azmi yang bingung harus gimana lagi.

Elvina dengan cepat menangani masalah itu dengan menelepon pegawai perusahaannya cabang Paris.

"Halo, Manajer Cabang Paris? Aku Davinia Elvina. Aku mengalami masalah di bandara. Aku membutuhkan bis untuk menjemput kami. Ada sekitar 25 orang dari kami. Tolong segera buatkan. Terima kasih." Kata El langsung mematikan sambungannya.

"Baiklah, busnya akan ada di sini dalam 35 menit." Kata El.

Semua orang sontak bersorak memuji-muji Elvina.

"Hore! Itu hebat El!"
"Itu hebat."

....

Tak lama kemudian, mereka semua akhirnya tiba di penginapan mereka, sebuah villa yang cukup mewah dan indah.

"Kita sampai!" Kata Anka.

"Terlihat lumayan bagus. Tidak buruk." Puji El pada Azmi.

"Wah, ini lumayan bagus!"

"Wah, ini hebat. Kita akan ada di sini beberapa hari." Kata temannya memuji Azmi.

Azmi baru sadar kalau Syadid tidak bersama mereka, dimana Syadid?

"Apa kamu melihat kak Syadid? Di mana kak Syadid?" Tanya Azmi pada El.

Elvina langsung protes, "Kamu manajernya. Apa kamu tidak menghitungnya?"

"Tadi aku terlalu gugup." Kata Azmi.

"Azmi, apa lo membawa alat-alat musiknya?" Tanya Anka  jadi curiga.

"Alat-alat musiknya... aku..." Azmi baru ingat kalau dia juga melupakan itu.

Anka langsung mengkritiknya dengan kesal.

"Selain menyedihkan, apa lagi yang bisa lo lakukan? Apa yang harus kita lakukan? Kita ada di Paris tanpa ada alat-alat musik kita. Tidak perlu membicarakan apakah lo bisa mengganti rugi pada kami atau tidak. Apa kita harus melakukan beatbox di panggung?"

"Priyanka, kenapa Lo sangat marah? Apa lo sendiri mengingatnya?" Tanya Nawaf langsung membela Azmi.

"Apa Lo manajernya?"

"Baiklah, berhenti bertengkar. Kita kembali ke bandara. Azmi, telepon Syadid." Kata El cepat mengehentikan mereka.

"Roaming terlalu mahal, ponselku tidak terhubung."

"Lalu bagaimana kamu menelepon tadi?"

Azmi pun akhirnya menunjuk ke arah Nawaf. Sontak Elvina langsung melihatnya dengan tatapan sinis.

"Nawaf ... kamu adalah pewaris dari keluarga Mushab. Selanjutnya, bisakah kamu memberi pacarmu mobile credit?"

Tepat saat itu juga, Syadid akhirnya datang... dengan membawa beberapa orang yang membawakan semua instrumen mereka yang ketinggalan.

"Kak Syadid!" Panggil Azmi.

"Itu hebat! Alat-alat musiknya!"

"Itu hebat."

Kata semua teman-temannya yang memuji Syadid.

"Ini semua lebih dari 2,5 juta. Tolong tangani tagihannya." Kata Syadid langsung menyuruh Naaaf untuk membayari orang-orang itu.

Nawaf pun terpaksa harus membayar semua tagihannya, sedangkan teman-temannya termasuk Elvina langsung menertawakannya.

"Sekarang tidak ada apa-apa. Tidak ada masalah!" Kata Agung menenangkan mereka semua.

Masalah instrumen selesai, sekarang saatnya pembagian kamar.

"Karena ukuran ruangannya dan tempat tidurnya, akan ada tiga atau dua orang di sebuah kamar. Hanya ada dua kamar tunggal. Kak Syadid punya insomnia, jadi aku rasa dia punya kamarnya sendiri."

"Bagaimana kamu mengetahuinya?" Tanya semua temannya.

"Tunggu! Kenapa dia bisa mendapatkan kamarnya sendiri? Jika seperti itu, maka gua menginginkan kamar gua sendiri." Kata Nawaf langsung protes tak setuju.

"Aku menginginkan kamar tunggal lainnya." Kata El ikut protes.

"Hei, kenapa Lo harus mendapatkannya? Gua menginginkannya juga." Protes Anka.

"Jika bukan karena aku, bagaimana bisa kamu sampai di sini?"

"Bercanda! Lo hanya menelepon bis!"

"Hei, apa kita harus berdiri sebelum kita bicara? Kapten Nawaf, Lo mau tinggal di mana?" Tanya Agung melerai ketiganya.

"Gua... gua mau tinggal di dekat kamar Azmi. Elvina, apa lo punya pendapat?" Tanya Nawaf.

"Apa urusannya denganku? Lakukan semaumu!" Kata El tidak peduli.

"Lo.."

"Gua rasa gua bisa melihat bahwa lo marah ketika dia mengejar Lo, tetapi lo juga marah ketika dia tidak mengejar lo. Apa yang lo inginkan?" Tanya Agung.

"Gua hanya tidak senang! Ayo! Azmi, ayo belanja pakaian. Aku yang membelinya!" Kata Nawaf langsung menyeret Azmi untuk jalan-jalan keliling kota.

"Hei! Aku mau pergi belanja juga! Aku akan memperbaiki riasanku." Kata Anka.

"Aku akan memperbaiki riasanku juga." Kata El yang ikutan memperbaiki dandanannya.

____

Saat Anka ingin memakai bedak tiba-tiba El datang dan berdiri disampingnya sambil mengeluarkan sikat gigi dan juga Pepsodent.

"Hei! Apa yang lo lakukan, Elvina!" Tanya Anka.

"Bukankah kita memperbaiki riasan? Ini rutinitas langkah nol-ku." Kata El.

Anka tidak mengerti maksudnya tapi dia tetap diam. Dan tidak lama Elvina memakai Lipstik setelah itu tersenyum dan menampilkan gigi putihnya yang bersih lalu meninggalkan Anka sendirian di tempat.

"Rutinitas bersandar langkah nol?" Gumam Anka.

____

Mereka berdua akhirnya jalan-jalan berempat bersama Syadid dan Elvina. Lomba belanja dan foto-foto bersama.

Di tengah jalan, Elvina tertarik pada sebuah anting-anting yang terpajang di sebuah toko.

Tapi Azmi ternyata juga ikut tertarik pada anting-anting itu.

"Antingnya cantik! Terlihat benar-benar bagus!" Kata Azmi
dengan lantang mengutarakan ketertarikannya pada anting-anting itu.

"Tidak peduli seberapa bagusnya. Jika itu bekas pakai, aku tidak menginginkannya. Barang yang buruk hanya akan membuat seseorang terlihat murah." Kata Azmi kesal lalu pergi.

"Azmi!" Panggil Nawaf.

"Ini cantik sekali!" Kata Azmi masih tertarik pada anting-anting tersebut.

"Aku akan membelikanmu sesuatu yang lebih mahal dan lebih baik! Apa bagusnya ini? Ayo!"

"Ini sudah benar-benar mahal!"

Nawaf terprovokasi mendengar ucapan Elvina itu dan langsung menarik Azmi menjauh dari sana.

"Ada yang lebih mahal lagi!" Kata Nawaf.

Hanya Syadid yang tetap diam di sana, menatap anting-anting yang disukai kedua wanita itu.

Hug The Moon ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang