"Untuk apa memperjuangkan dia yang sama sekali tidak peduli dengan perasaanmu?"
Tentang Alesha yang terbangun dari koma nya, ternyata semua yang di alaminya selama satu bulan belakangan ini hanyalah mimpi belaka. Ia tak pernah benar-benar dekat deng...
"Mungkin memang seharusnya dari awal perasaan ini gak pernah ada."
- Abian
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
__________
“Kira-kira gue nyatain perasaan gue ke Alesha apa gak usah ya Ron?” ucap Abian berbisik, karena saat ini sedang berlangsung pelajaran Akuntansi.
“Ya kalau lo dah mantep ungkapin aja mas bro! keburu di ambil yang lain si neng Alesha nya!”
Abian menghela napas nya berat, “Bukan masalah di ambil orang Ron...”
Baron mengernyit, “Ya terus kenapa coba? lo kebanyakan rahasia males ah gue!” saat Baron kembali fokus memperhatikan Bu Sumiatin menerangkan, tiba-tiba Abian mengatakan sesuatu yang membuatnya terkejut.
“Gue... gue harus ikut bokap ke London.”
“Buset, bokap lo ngapain ke London? terus kenapa lo mesti ikut??” tanya Baron berbisik sedikit keras.
Abian mulai menjelaskan langsung pada intinya, “Perusahaan bokap di Indonesia udah ada yang handle. Jadi rencana ya bokap mau ngurusin perusahaan yang ada di London, ”
Baron berdecak kagum, “Sultan bener bokap lo! perusahaan aja ada dimana-mana.”
“Yee kok kita malah bahas tentang bokap sih? gue kan lagi butuh saran buat nyatain perasaan dodol!” protes nya sembari menyikut lengan Baron.
Baron menyengir, “Maaf-maaf mas bro!” lelaki itu sedikit mendekat ke bangku Abian agar suara nya semakin terdengar kecil.
“Saran gue, mending lo ungkapin aja sekarang. Takutnya kalau lo udah di London, peluang lo buat ungkapin perasaan lo ke Alesha itu cuma kecil kemungkinan berhasilnya!”
Abian tampak menimang saran yang diberikan Baron, kalau di pikir-pikir lagi saat ini adalah waktu yang tepat untuknya menyatakan perasaannya pada Alesha.
“Lo bener Ron, nanti gue bakal coba buat ungkapin isi hati gue ke Alesha. Doain ya semoga perasaan gue berbalas, ya kalau pun nggak gue juga udah siap kok nanggung risiko nya...”
Baron pun menepuk pundak Abian— memberi dukungan, “Pasti Yan.. gue selalu doain yang terbaik buat lo! tapi lo tetep kudu inget! cinta gak mesti harus memiliki. Oke mas bro??”
Abian hanya mengangguk dan tersenyum ikhlas sebagai jawaban. Untung saja Bu Sumiatin tidak menegur mereka, karena beliau masih fokus menerangkan jurnal umum perusahaan jasa kepada murid-murid lainnya.
_________
“Emm Nel, gue boleh gak nanya hal yang penting sama lo? tapi gue mohon lo jangan marah ya?”
Alesha dan Anelis sedang duduk di pinggir lapangan olahraga, sepertinya Alesha hendak berbicara serius dengan sahabat nya itu.
“Nggak dong, ngapain gue harus marah? kan lo cuma nanya, gapapa ngomong aja sekarang.”
