23. Dia masih Peduli?

69 10 47
                                    

"Tidak terlihat memperhatikan bukan berarti tidak mengetahui segalanya."

__________

Laki-laki itu memutar tubuhnya menghadap Alesha, "Gue mau tahu dari lo. Gimana sih rasanya punya keluarga yang lengkap?"

Deg!

Benarkah pertanyaan seperti itu terucap dari mulut Dixon? Alesha bahkan tak menyangka jika lelaki se misterius Dixon akan menanyakan hal se sensitif ini padanya. Dan, ya karena pertanyaan itu, sekarang Alesha harus memikirkan bagaimana cara menjawab pertanyaan tersebut.

Hening dan hening, hanya suara kicauan burung yang menemani dua orang remaja ini. Keduanya sama sekali belum ada yang berani memulai, apalagi Alesha. Gadis itu masih belum yakin dengan jawabannya. Hingga ketika ia merasa, mereka sudah cukup lama berada dalam keheningan, akhirnya Alesha memberanikan diri untuk mengutarakan jawabannya.

"Kalau gue bilang punya keluarga lengkap tapi sendirian, lo bakal jawab apa kak?"

Boom!

Jawaban Alesha sukses membuat Dixon tercengang. Bukannya mendapat jawaban yang sama dengan pemikirannya, ia malah mendapati Alesha kembali melempar pertanyaan untuknya.

"Kenapa diem?" tegur Alesha, membuyarkan lamunan Dixon. Lelaki itu hanya menggeleng, dan memilih melihat ke arah lain dengan tatapan mata yang dingin.

Alesha tersenyum singkat, ia pun mengikuti dimana arah mata Dixon memandang. "Kalau lo berpikir punya keluarga yang lengkap itu bahagia, lo salah kak.."

Seketika itu Dixon menoleh pada Alesha, "Salah?" gadis itu pun menganggukkan kepalanya dengan tatapan meyakinkan.

Sambil berjalan menyusuri tepi danau, Alesha mulai menjelaskan pada Dixon. Mengenai sudut pandangnya tentang apa yang jadi pertanyaan lelaki di sampingnya tadi.

"Maksud gue tadi.. punya keluarga yang lengkap ataupun nggak, itu bukan jadi tolak ukur hidup seseorang bahagia."

"Dan bukan juga, jadi tolak ukur seseorang nggak ngalamin yang namanya masalah dalam hidupnya." Ucapnya memperjelas.

"Kebahagiaan itu hadir dari diri kita sendiri, kalau kita berharap dapat kebahagiaan dari orang lain yang ada kita malah dapat sakitnya kan?" Dixon tersentuh dengan jawaban yang Alesha berikan.

"Tapi kebanyakan orang yang keluarganya lengkap hidup mereka enak, dapat kasih sayang yang cukup, bisa ketawa bahagia."

Alesha memberhentikan langkahnya, lalu melihat Dixon dengan tatapan aneh.

"Kok lo bisa beranggapan kayak gitu kak? lo cuma ngeliat yang ada di sekitar lo kak. Lo belum tau kan keluarga-keluarga yang lain kayak gimana??" sanggah nya karena tak sependapat dengan penuturan Dixon.

"Nih ya kak, banyak kok orang-orang yang lengkap keluarganya tapi di kehidupannya banyak masalah, banyak tekanan, dan kadang gak harmonis."

"Tapi, bukan berarti gue membandingkan dengan mereka yang keluarganya nggak lengkap. Sebenernya sama, cuma permasalahan yang mereka hadapi itu beda."

Dixon menatap Alesha intens, "Lancar banget ngomongnya. Lo lagi diposisi ini?"

Alesha tersentak, Dixon ini seperti cenayang menurutnya. Padahal sama sekali gadis ini tidak menunjukkan jika keluarga nya tidak terlalu harmonis, karena banyaknya tekanan yang diberikan oleh sang ayah.

"Ng-nggak, sok tau banget lo kak! oh.. jangan-jangan kakak nanyain tentang ini buat mancing aku iya?!!"

Tiba-tiba nada bicara Alesha berubah seperti menuntut, jadi terbalik lah keadaan. Sekarang Dixon jadi kelabakan sendiri hendak menjawab bagaimana, karena mukanya uang berwajah cuek itu berlapis-lapis jadi tidak mungkin, hanya karena desakan dirinya mengakui tentang tujuannya menemui Alesha.

ARLEAN 2 | love must stop ( the end )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang