Sejujurnya gak ada yang tau kalau pada akhirnya Janu dan Liana juga pacaran. Satu sekolah hanya tau Karina sang primadona sekolah akhirnya berpacaran dengan seorang Janu Laksa Rajendra ketua tim basket sekolah mereka. Semuanya termasuk teman-teman yang dekat dengan mereka, gak ada yang tau kecuali Javi tentunya.
Hari itu kantin terlihat ramai dipenuhi oleh siswa siswi yang kelaparan usai dicekoki pelajaran. Liana, Yasmin, Karina, dan Hana terlihat berada di tempat duduk yang sama. Di bangku sebelah mereka ada Cecilia, Naya, Sherly dan juga Kinan.
Mereka bukan teman satu kelas, tapi mereka dekat dari awal masuk sekolah. Dulu saat masih masa orientasi siswa, terkecuali Karina dan Kinan mereka semua berada di satu kelompok yang sama. Makanya terbentuklah geng dengan komposisi seperti sekarang.
Karina, Yasmin, Liana dan Hana mereka anak IPA 1. Kalo Naya dan Sherly mereka berada di kelas IPA 2, sedangkan Cecilia dan Kinan mereka masuk kelas IPA 3. Cecilia kemarin ke kelas Liana karena emang gadis itu sering nyamperin temannya hanya untuk sekedar ghibah.
Geng mereka cukup terkenal, karena isinya anak-anak orang kaya dan juga pintar. Terlebih ada Karina yang sekarang menjadi face of the group di tim cheerleaders. Ada yang selebgram kaya Yasmin, Naya, dan juga Kinan. Cecil yang terkenal dengan kemampuan menarinya. Pokoknya gak ada yang namanya kentang diantara mereka.
Tak lama, Janu dan gengnya memasuki kawasan kantin dengan suara kegaduhan dari para kaum hawa. Biasa lah, fansnya. Mereka kan geng populer versi cowoknya. Tentu saja pemuda itu akan menghampiri tempat duduk Liana karena di situ juga ada Karina.
"Sayang!" panggil Janu ke arah Karina. Liana diem aja.
Javi diem-diem memandang ke arah Liana, pemuda itu tau kalo gadis Jelita itu tak nyaman sekarang. Liana menggeser tempat duduknya saat Janu datang.
"Nanti pulang sekolah ikut aku ya?" ujar Janu. Tangan pemuda itu asik memainkan rambut Karina yang dibiarkan tergerai.
"Sayang... Sayang... Tolong dong ini telinga gue jadi terkontaminasi!" cibir Yasmin.
Janu tak begitu menggubris perkataan gadis itu. Menurutnya Yasmin hanya iri kepadanya karena gadis itu jomblo sekarang. "Apaan sih, iri bilang bos!"
"Dih ogah!"
"Kalo aku ikut kamu gimana sama Liana?" pertanyaan itu sukses membuat teman-teman mereka melihat ke arah gadis Jelita itu.
"Liana kan udah gede sayang, gak apa-apa kan dia bisa pulang sendirian!"
"I-iya, Karin. Gue gak apa-apa kok!" sahut Liana.
"Gak bisa gitu juga dong, Liana kan juga pacar kamu. Bukannya hari ini tugas kamu nganterin dia?"
Deg!
Kata-kata yang Liana takutkan akhirnya muncul juga. Wajah Liana sudah merah padam menahan kesal dan malu secara bersamaan. Karin mengucapkan itu dengan nada yang cukup untuk di dengar oleh banyak orang. Bisikan-bisikan itu kembali terdengar.
Mereka semua terdiam, teman-teman Liana hanya menatap ke arah gadis itu tanpa berani bertanya. Liana meremas rok sekolahnya. Semua tau Liana tidak baik-baik aja, kecuali Karina dan Janu tentunya.
Karina sendiri merasa ia tak salah mengatakan hal itu karena Liana memang pacar Janu juga sekarang—bukan hanya dirinya. Dia hanya ingin semua orang tau, tanpa memikirkan konsekuensi dari pernyataannya. Javi beranjak dari tempat duduknya. Pemuda itu menarik lengan Liana yang berhasil membuatnya terkejut tentunya, sedangkan Janu hanya menatap datar ke arah mereka.
"Gue mau ngomong deh bentar, soal OSIS!"
Liana tau itu hanya pengalihan. Pasalnya tak ada pembahasan apapun di pertemuan sebelumnya dengan anggota OSIS. Sekedar info, Javi ini anggota OSIS juga. Entah bagaimana caranya dia bisa bergabung di sana. Kalau ditanya kenapa? jawabannya selalu sama—enak tau jadi anggota OSIS bisa terkenal, deketin adik tingkat juga fine-fine aja—begitu katanya.
"Bentar ya semua, gue bawa Liana dulu!" Setelah mengatakan itu, keduanya pergi meninggalkan area kantin yang samar sedang membicarakan seorang Liana.
____
"Nih minum?" Javi menyodorkan sebotol air minum ke arah Liana.
Jika di tanya apakah Javi suka pada Liana, jawabannya tidak. Javi ini pure hanya teman bagi Liana. Pasalnya pemuda Kalingga itu sudah memiliki pacar, Mia namanya. Dia adik tingkat mereka.
"Thanks!"
"Kalo mau nangis, jangan di tahan!" Liana tak menyaut, gadis itu hanya menghela napas pelan. Ia tersenyum kecil.
Keduanya sama-sama terdiam. Javi membiarkan Liana tenang, sedangkan Liana sendiri sedang merenungkan nasibnya. Lebih tepatnya menertawakan nasibnya yang seakan dipermainkan.
"Lagian kenapa lo gak jujur aja sih, Li?" Liana menoleh ke arah Javi, merasa bingung atas pertanyaan yang dilayangkan oleh pemuda itu.
"Orang yang lebih dulu suka sama Janu itu..... Elo kan?"
____
"Ikut gue buru!"
Janu menarik tangan Liana sebelum gadis itu masuk ke dalam kelasnya. Liana hanya menurut aja, ia hanya mengikuti langkah pemuda Rajendra itu pergi.
"Kenapa?"
"Lo bisa pulang sendiri kan?" Liana menghela napas pelan.
"Gak perlu kamu bilang juga biasanya kaya gitu!" sahut Liana tenang.
"Gue mau pergi sama Karina sekarang, please bilang ya sama dia!" Janu menyatukan kedua tangannya di depan wajahnya.
"Iya!"
"Thanks Lia!" Janu yang senang mengelus puncak kepala gadis Jelita itu.
Harusnya lo sadar, lo udah keterlaluan!
Liana melangkah pergi meninggalkan Janu. Diperjalanan ia berpapasan dengan Rendra, Javi, dan Hendra. Gadis itu tersenyum ke arah mereka sebelum akhirnya menghilang di persimpangan arah menuju kelas IPA tentunya.
"Itu beneran Liana juga pacar Janu?" tanya Hendra membuka suara. Javi hanya bergumam membenarkan.
"Sinting emang!"
"Temen elo kan?" sanggah Javi yang berhasil membuat Rendra mendengus kesal.
Pemuda itu lalu menjauh, mengikuti jejak Liana menuju ruang kelasnya. Rendra itu anak kelas IPA 2. Sedangkan Janu, Javi, dan Hendra mereka masuk ke kelas IPS 1.
____
Sepulang sekolah Karina akhirnya mau pergi dengan Janu. Jangan tanyakan bagaimana dengan Liana? Gadis itu memang hanya berstatus sebagai pacar Janu—Bukan yang diistimewakan oleh pemuda itu.
Seperti biasa Liana menunggu jemputannya. Gadis itu sedang duduk di samping pos satpam, spot terbaik bagi siswa siswi yang menunggu jemputan. Tak lama netranya menangkap sosok Juna yang sengaja berhenti di depannya.
"Ayo naik!"
"Gue di jemput kok, Jun!" sahut Liana. Juna memberikan helm kearah gadis itu.
"Bunda lo bilang dia ada urusan, lo di suruh balik ama gue aja!"
Liana hanya bergumam, lalu memakai helmnya sebelum akhirnya naik ke atas motor scoopy pemuda itu. Sebelum itu Liana melingkarkan jaketnya di area pahanya. Rok sekolahnya sedikit di atas lutut, jadi kalo duduk di atas motor pasti lebih naik lagi.
"Lo beneran pacaran ama Janu?" pertanyaan dari Juna berhasil membuyarkan lamunan Liana.
"Udah kesebar ya?" gumam Liana lebih terdengar seperti sebuah pertanyaan tanpa menjawab pertanyaan dari pemuda itu.
"Bego tau gak!"
"Ssstt... Bisa diem gak, lo fokus nyetir aja!"
Liana malas berdebat dengan pemuda itu sekarang. Gadis itu memilih diam sambil menikmati pemandangan jalan. Sejujurnya Liana juga tak ingin berada di situasi bodoh ini. Tapi demi sahabatnya dan orang itu, dia pada akhirnya mengalah.
______________________________________
Halo semua! Ada yang mau titip pesan ke Janu, Liana, atau Karina? Atau ke karakter cerita yang lainnya. Bisa kalian tinggalkan jejak di sini.
Selamat membaca, jangan lupa tekan bintang ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
SACRIFICE [END]
Teen FictionFt. LIA x JENO Tak ada yang spesial di kehidupan Lilyana Chaliana Jelita, seorang siswi SMA yang menyandang predikat teladan. Pintar dan selalu jadi juara pertama, seperti itulah Lia di mata teman-temannya. Tak begitu menarik karena sudah tak heran...