Hari ini ketenangan tak berjalan lama. Ada lagi drama antara Karina dan Janu yang kini terlihat sedang cekcok. Untungnya kondisi sekitar sudah mulai lengah, karena sebagian penghuni sekolah sudah mulai pulang ke rumah. Hanya tinggal beberapa murid saja yang masih berada di sekolah hanya saja bukan di sekitar Janu dan Karina.
"Kamu ini kenapa sih Jan, akhir-akhir ini malah menghindar dari aku?" tanya Karina. Janu sudah mulai gelisah, soalnya tadi dia nyuruh Liana buat nunggu di pos satpam aja.
"Siapa sih yang ngehindar dari lo, gak ada Kar!" tekan Janu. Soalnya dia gak merasa menjauhi Karina.
"Terus kenapa sekarang kamu gak mau kalo aku ajak keluar, atau nganterin aku ke tempat bimbel!"
"Lo kan udah bareng Jerome."
"Aku tuh maunya kamu kenapa jadi Jerome sih!" kesal Karina. "Sekarang kamu juga mulai terang-terangan dekatin Liana!"
"Itu urusan gue Kar!" Janu mulai jengah. "Toh gue sama elo juga udah gak ada hubungan!"
"Gila ya Jan, kamu gak mikir gimana perasaan aku?" Karina menatap Janu tak percaya.
"Kar, gue kan..."
"Setidaknya kamu inget gimana kita dulu, Jan. Kamu juga tau aku sama Liana gimana!"
Janu menghela napas pelan. "Lo masih nganggep Lia saingan? Lo gak kasihan apa sama dia!"
"Terus kamu pikir kondisi aku gimana? Baik-baik aja? Gak ada Jan, aku juga gak mau kaya gini terus."
"Kalo gitu berhenti, Kar. Liana itu sahabat elo!"
"Iya, tapi kalo aku berhenti apa ayah aku bakal juga stop banding-bandingin aku sama dia? Gak akan?" Karina mulai berkaca-kaca.
"Dari dulu aku udah coba buat gak anggep Liana saingan ku, tapi setiap hari ayah selalu banding-bandingin aku sama dia. Aku capek, mau aku berusaha sebaik mungkin perbaikin semua nilai dan nurutin semua permintaan ayah, Lia tetap jadi orang yang ayah bangga-banggain."
Karina mengusap air matanya kasar. "Aku capek dibanding-bandingin Jan, aku juga mau kaya dulu. Tapi apa semuanya bakal paham sama posisiku? Apa ayah bakal muji aku? Gak, Jan. Setelah aku mati-matian melakukan semuanya, dia dengan mudahnya dapetin apa yang aku mau!"
Karina menunjuk ke arah datangnya seseorang yang dia sendiri tak sadar bahwa orang itu akan muncul saat itu juga, sedangkan gadis itu menghentikan langkahnya. Ia hendak kembali saja melihat suasana Janu dan Karina sedang tidak dalam baik-baik aja. Namun langkahnya terhenti, kala Karina menyebutkan namanya.
"Dia—Liana—dengan mudahnya dapet perhatian dari ayah, dapat pujian dari ayah, dapet perhatian dari kamu. Sedangkan aku? Aku harus mati-matian bikin ayah bangga dulu dengan ikut segala bimbel, aku harus mati-matian cari perhatian kamu hanya buat kamu noleh sama aku. Kenapa sih dunia ini gak adil, kenapa dia dengan mudah dapetin semuanya sedangkan aku gak bisa. Kenapa?"
"Karin!" cicit seseorang pelan.
Karina dan Janu menoleh ke arah sumber suara, di sana ada Liana yang berdiri gak jauh dari keduanya. Liana syok, tentu saja. Dia gak pernah tau apa yang Karina lakukan atau rasakan selama ini. Dia gak pernah tau kondisi Karina selama ini.
Liana meneteskan air matanya, dia merasa gagal jadi sahabat Karina yang gak bisa ada di samping gadis itu kala dia susah. Liana menghampiri Karina yang jaraknya beberapa meter darinya itu.
"Lia?!" Karina menatap ke arah Liana.
"Kenapa kamu gak bilang?" tanya Liana setelah sampai di hadapan Karina. "Kenapa kamu gak cerita?"
Karina tertawa hambar. Sudah kepalang tanggung juga Liana mendengar. "Kalo aku bilang apa kamu bisa ngalah?"
"Setidaknya kamu bilang ke aku, Karin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SACRIFICE [END]
Teen FictionFt. LIA x JENO Tak ada yang spesial di kehidupan Lilyana Chaliana Jelita, seorang siswi SMA yang menyandang predikat teladan. Pintar dan selalu jadi juara pertama, seperti itulah Lia di mata teman-temannya. Tak begitu menarik karena sudah tak heran...