SEMBILAN

738 130 48
                                    

"Juna!"

Liana terlihat berlari menghampiri Juna sepupunya yang berdiri cukup jauh darinya. Setelah berada di depan pemuda itu, Liana sedikit mengatur napasnya—lumayan bikin ngos-ngosan juga ternyata—begitu pikirnya.

"Apaan dah, ngapain pake lari segala?" tanya Juna geleng-geleng kepala melihat kelakuan sepupunya itu.

"Takut lo keburu pergi!" ujar Liana setelah pernapasannya stabil.

Adegan barusan itu tak sengaja di saksikan oleh Janu dan teman-temannya. Mereka lagi nangkring di atas motor mereka yang terparkir rapi di parkiran, lagi nunggu Karina, Mia, Sherly, dan Sonya.

"Emang kenapa?"

"Gue nebeng ya, sekalian di suruh bawa lo ke rumah sama bunda!" sahut Liana.

"Oh, tumben bukannya lo waktunya balik ama Janu ya. Tuh orangnya lagi nangkring!"

Liana melihat ke arah pandang Juna, lalu menggeleng pelan. "Gak, dia balik ama Karina. Udah yuk nanti bunda nungguin!"

"Tumben bunda nyuruh gue ke rumah, ada acara?"

Liana mengangguk kecil. "Iya!"

"Acara apaan dah, tapi mami gak... Oh iya, besok itu kan hari ul..."

Liana buru-buru membekap mulut Juna agar gak berisik lagi. Samar Janu mendengar kata-kata Juna yang terpotong karena ulah Liana itu. Pemuda itu diem-diem mendengar percakapan itu.

"Berisik ah ayo buru balik!"

Liana menyeret sepupunya itu agar segera pergi meninggalkan lingkungan sekolah mereka. Sebelum menghilang dari pandangan Janu, Juna udah mengklakson ke arah mereka sebagai tanda mereka pamit pulang terlebih dulu.

"Duluan ya!" pekik Liana setelah membuka kaca helmnya.

"Hati-hati Lia!" sahut Javi dan Hendra yang melambai ke arah keduanya.




______

"Kamu mau apa dek?" tanya bunda yang sibuk dengan adonan kuenya.

"Gak mau apa-apa ih bun, cuma mau doa terbaik aja dari bunda, dari tante Jesi, dari semuanya!" sahut gadis itu yang kini sedang membantu Giana dan Jesi membuat kue ulang tahunnya.

Setiap ulang tahunnya, gak ada kejutan apa pun untuk Liana. Bukan gak ingat, tapi emang anaknya yang minta kaya gitu. Liana maunya malam dimana dia akan ulang tahun, di situ keluarganya kumpul. Keluarga Juna dan juga bundanya.

Kue ulang tahun pun Liana mau membuatnya sendiri bersama bundanya. Lebih seru katanya dari pada harus berhura-hura di luar sana. Liana gak terlalu suka.

"Ini udah kan bun?" tanya Liana setelah melihat adonan kuenya udah pas. Bunda mengangguk lalu mengambil alih.

Beliau memasukan kue tersebut ke dalam sebuah loyang, sebelum akhirnya memasukkannya ke dalam oven. Tante Jesi sendiri sedang mengeluarkan beberapa belanjaan yang tadi ia beli di super market.

Begitulah acara ulang tahun Liana dua tahun ini. Iya, dulu saat keluarganya masih utuh dia gak merayakannya seperti ini. Namun setelah paham akan kondisi bundanya yang berjuang menghidupi kebutuhan mereka berdua seorang diri Liana sadar, dia harus merubah pola pikirnya yang dulu.

Jika kalian bertanya apa ayahnya ingat dengan hari ulang tahunnya, jawabannya iya. Meskipun terkadang dia menyakiti Liana, lelaki itu tidak pernah sekali pun melewati ulang tahun putri semata wayangnya bersama Giana.

"Papa udah ngubungin kamu?" tanya Giana di sela-sela kegiatannya!"

"Iya!"

"Apa katanya?"

"Bun, Lia gak mau ah ke rumah papa!" ujar Liana sedikit merengek.

"Jangan gitu sayang, kalo kamu gak ke sana nanti papa tambah marah. Gak apa-apa kok. Semuanya akan baik-baik aja!" ujar bunda berusaha memberi pengertian pada putri semata wayangnya.

Sebenarnya Giana dan Bram berpisah karena memang itu keputusan mereka berdua. Bukan karena masalah Bram yang suka tempramental dan pada akhirnya melakukan kekerasan.

Biasanya Bram bakal melakukan itu saat tertekan dan berakhir dengan minum alkohol. Tapi lelaki itu masih melakukan kewajibannya dengan sangat baik sebagai orang tua Liana.





_______

Liana sedang berjalan ke arah belakang sekolahnya sesuai permintaan teman-temannya. Dia tau mereka sengaja membawanya ke sana untuk memberikan kejutan tentunya.

Namun belum juga sempat menemui teman-temannya di sana, Liana melihat Janu berjalan ke arahnya. Gadis itu menatap ke arah pemuda Rajendra itu.

"Kenapa Jan?" tanya Liana. Dia yakin Janu gak tau kalo hari ini adalah hari ulang tahunnya.

"Gue mau ngomong sama lo!"

"Ngomong apa?"

Janu diam, ia merasa ragu. Tapi dia gak mungkin terus-terusan berada di situasi sekarang. Pemuda itu menatap lekat gadis di hadapannya itu.

"Kayaknya kita udahan aja deh, toh Karina udah baik-baik aja tanpa ada hubungan lo sama gue!"




Deg!





Liana terpaku pada tempatnya. Detik berikutnya teman-temannya datang memberikan kejutan padanya. Lengkap dengan atribut topi dan kue yang Karina bawa, serta lagu selamat ulang tahun yang mereka nyanyikan bersama.

Semuanya tersenyum ke arah Liana tanpa tau apa yang terjadi sebelumnya. Semuanya tersenyum kecuali Janu dan Liana. Janu yang terkejut karena hari ini adalah ulang tahun Liana, dan Liana yang terkejut mendapatkan hadiah tak terduga dari si pemuda Rajendra.

Ya—semuanya gak ada yang tau bahwa hati Liana sedang terluka. Lia tersenyum ke arah teman-temannya saat mereka menyuruhnya berdoa sebelum meniup lilinnya.

Liana menyatukan tangannya lalu memejamkan matanya. Cairan bening itu mengalir dari mata indah yang tertutup itu, Janu tau artinya Liana tidak dalam keadaan suka cita.

Liana membuka matanya lalu meniup lilin di atas kue ulang tahunnya. Gadis itu tersenyum ke arah teman-temannya seakan tak terjadi apa-apa. Janu sendiri masih terpaku di tempatnya.

Ketika semuanya memberikan selamat ke arah Liana, semuanya menatap ke arah Janu yang seakan enggan menatap manik mata sang hawa. Mereka menyuruh Janu mengucapkan sesuatu pada Liana.

Liana yang tau kenapa Janu diam akhirnya hanya merentangkan tangannya ke arah pemuda itu. Gadis itu memberi kode agar ia diperbolehkan untuk memeluk pemuda itu. Janu yang paham menghampiri Liana dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

Detik berikutnya Janu bisa merasakan tubuh Liana bergetar. Iya—Liana menangis tanpa isakan. Namun Janu tau gadis itu bukan menangis karena kebahagiaan.

Keduanya terdiam, seakan waktu berhenti dan membiarkan mereka pada posisi itu untuk beberapa saat. Teman-teman Liana pun seakan memberikan waktu dan tempat untuk keduanya.

"Makasih ya Jan, udah pernah ada buat saya dan ngasih kebahagiaan!" bisik Liana pelan dengan suara parau.

LianaSuara bisikan yang hanya mampu di dengar oleh Janu seorang. Janu hanya diam dan memeluk Liana lebih erat dari biasanya.

"Maaf!" cicitnya pelan.

Liana melepas pelukannya, tersenyum lembut ke arah Janu dan teman-temannya. "Makasih semua, udah ada buat gue selama ini!"

"Sumpah ngapain lo makasih ama kita, ini tuh gak seberapa karena lo bentar lagi kudu harus wajib teraktir kita semua!" celetuk Hendra yang berhasil membuat semuanya tertawa, termasuk Liana.

Gadis itu hanya mengangguk pelan. Begitulah hari ulang tahun Liana yang cukup luar biasa. Kebahagiaan dan kesedihan yang beradu saling bergesekan.



______________________________________

Hai semua, gimana ya rasanya jadi Liana? Terus apa Janu bakal baik-baik aja setelah ngelepasin Liana gitu aja?

Selamat membaca, jangan lupa tekan bintang ya!

SACRIFICE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang