TIGA BELAS

767 117 23
                                    

Hari itu Janu gak pergi kemana-mana, dia diem aja di rumahnya. Niatnya nanti dia akan ke tempat teman-temannya. Hari ini Hendra ada manggung di salah satu cafe. Dia ngundang beberapa teman-temannya buat dateng.

Pemuda itu diem-diem membuka ponselnya melihat-lihat salah satu folder di galerinya yang jarang dia buka. Entah kenapa, hari ini dia ingin melihat folder tersebut.

Hari itu Janu gabut, Karina gak bisa di ajak jalan. Gadis itu sibuk dengan dunia belajarnya. Iya—Karina itu banyak banget ikut les. Selain kegiatan les belajar, dia juga ikut les bakat gitu. Kayaknya emang obsessed banget buat ngalahin Liana barang sekali aja.

Alhasil karena gabut, gak tau gimana ceritanya Janu akhirnya menekan tombol memanggil di salah satu kontak di hpnya. Setelah nada telepon di terima Janu langsung mengutarakan niatnya.

"Sibuk?"

"Eh, gak!" sahut seseorang di seberang sana.

"Siap-siap gih!"

"Kemana?"

"Jalan, gue gabut!" sahut Janu. Samar pemuda itu mendengar gadis itu hanya bergumam.

"Ya udah bentar lagi gue jemput!" Janu menutup sambungan teleponnya. Pemuda itu segera beranjak untuk siap-siap menjemput orang yang tadi ia hubungi.

Gak butuh waktu lama, Janu udah nangkring di depan rumah Liana. Iya, orang yang dia hubungi itu Liana. Bunda Giana udah nyuruh Janu masuk dulu, tapi pemuda itu nolak. Dia mau nunggu di teras aja katanya. Bunda pun gak melarangnya, beliau hanya pamit untuk memanggil putrinya.

"Dek!"

Liana menoleh kala pintu kamarnya terbuka. Gadis itu sedang berdiri di depan cerminnya, sedang memoleskan make up tipis di atas wajah cantiknya.

"Iya, Bun!"

"Janu udah dateng tuh!" ujar beliau. Liana mengangguk paham.

Gadis itu buru-buru menyelesaikan kegiatannya. Ia lalu menyusul bunda ke luar untuk menemui pemuda Rajendra. Ini kali pertama Janu menghubungi dia di luar jadwal seharusnya.

Inget gak, tugas Janu selama ini kan cuma anter jemput Liana sesuai permintaan Karina. Selain itu Janu selalu bilang ke Liana kalo dia ingin pergi bersama Karina. Iya—pemuda itu selalu bilang ke Liana kalo dia mau pergi sama Karina setiap hari dimana seharusnya Janu menghabiskan waktu sama Liana.

Liana gak bisa bilang tidak. Toh selama ini dia hanya pengganggu antara Janu dan Karina. Jadi dia gak menuntut apapun pada pemuda itu. Janu masih mau anter jemput dia atau nyapa dia untuk sekedar tanya kabar aja Liana udah bersyukur.

"Udah?" tanya Janu saat melihat atensi Liana.

"Hm!" gumam Liana sebagai jawabannya.

"Ya udah ayo!"

Keduanya pergi meninggalkan kediaman Liana saat itu juga. Liana sendiri sebenernya gak paham Janu mengajaknya kemana. Dia cuma ngikut aja.

Ternyata Janu membawanya pergi jauh dari hiruk pikuk kota. Mereka menuju sebuah tempat wisata yang menyuguhkan pemandangan alam di sana. Sejuk banget, Liana suka.

Hari itu Liana bahagia, pasalnya itu adalah kali pertama Janu jalan sama Liana berdua. Tanpa ada siapa pun yang tau, kaya kencan buta. Di situ Janu memperlakukan Liana beda. Tau gak, itu kaya pacaran beneran bagi Liana.

Iya—pacaran beneran—kan selama ini Liana gak pernah diperlakukan seperti itu oleh Janu Laksa Rajendra. Tapi hari itu beda, Janu manis banget ke Liana.

"Panas?" tanya pemuda itu menatap ke arah Liana.

Liana menggeleng pelang, dia asik memandangi pemandangan. "Gak!"

SACRIFICE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang