Tiga hari berturut-turut Janu di depan rumah tersebut. Kali ini dia sendiri gak sama Juna lagi. Tadi setelah mengantar Karina pulang, pemuda itu ijin buat kembali melihat keadaan Liana.
Awalnya Janu pikir Liana hanya akan mengintipnya dari jendela seperti biasanya, tapi dugaannya salah. Dia keluar rumah pada saat itu, Janu menghampirinya.
Janu menatap ke arah Liana, dia berbeda. Janu dapat melihat wajah pucat gadis itu, selain itu ada lebam di sudut bibirnya. Lalu ada beberapa lebam di lengan Liana yang terbuka karena gadis itu hanya mengenakan kaos aja.
"Hai!" sapanya dengan senyuman yang menghilang beberapa hari ini.
"Kamu ngapain di sini?" tanyanya, Janu rasanya ingin menjitaknya.
Kalau bukan rasa bersalah, mungkin Janu gak akan menyia-nyiakan waktunya menunggu gadis itu keluar dari rumah itu. Iya, Janu hanya merasa menyesal—katanya gitu. Benar kata Juna waktu itu, harusnya dia tetap menjemput gadis itu.
"Masih bisa ya tanya kaya gitu, kita semua khawatir!"
"Aku gak apa-apa Janu!"
"Sinting!" sahut Janu kesal.
"Gak apa-apa sama lebam-lebam itu!"
Liana hanya tersenyum kecil, Janu terlihat lucu saat kesal. "Wah gila ya ini orang, malah ketawa lagi!"
Janu berusaha memasang wajah tergalaknya. "Serius deh aku gak apa-apa. Tapi kalo kamu terus-terusan di sini, aku mungkin gak akan cepet pulang!"
Janu mengerutkan keningnya. "Pulang gih, sebelum papa datang!"
Setelah mengatakan itu, Liana pergi meninggalkan Janu yang masih terdiam. Pemuda itu menatap ke arah gadis Jelita itu hingga dia menghilang di balik pintu. Sesuai permintaannya, Janu akhirnya pergi meninggalkan kediaman orang tua Liana itu.
_____
Keesokan harinya Liana masuk sekolah, hal yang tak terduga tentunya. Sedangkan Juna tau pasti ini ada campur tangan dari om Liana, adik dari om Bram.
"Li, lo gak apa-apa kan?" pertanyaan awal Karina saat netranya menangkap sosok Liana.
Gadis itu tersenyum hangat seperti biasanya. Karina tau ada lebam di wajah gadis itu, hanya saja sepertinya dia sudah menutupnya dengan make up agar terlihat samar.
"Gue gak apa-apa Karin, sumpah gue kangen banget!" sahut gadis itu.
Karina bernapas lega, Liana kembali seperti semula. Dia tau bahwa ada luka di hatinya, tapi Karina salut melihat bagaimana Liana bisa tegar menghadapi semuanya.
"Gue juga kangen sama lo!" Karin memeluk Liana, membuat gadis itu mengeluh pelan karena gadis Yulanda itu memeluknya terlalu erat.
"Aww!"
"Eh sorry!" Karina buru-buru melepas pelukannya. Dia lupa, kalo luka yang Liana terima gak mungkin hanya di bagian wajahnya aja.
"Hehe santai, cuma nyeri doang kok!"
Karina ingin memukul Liana rasanya, bisa-bisanya dia santai aja dengan luka lebam di seluruh tubuhnya. Gadis itu bahkan sekarang malah menampilkan senyumannya.
"Lia!" teriakan cempreng Hana berhasil menyita perhatian gadis itu.
"Ahh kangen!" gadis itu merentangkan tangannya, bahkan dia sampai berlari kecil menuju tempat duduk gadis itu.
"Ehhh!" Yasmin dan Karina dengan kompak menahan laju Hana yang terlihat semangat empat lima.
Hana yang kaget dan keinget kalo Liana pasti tidak baik-baik saja mengurungkan niatnya untuk memeluk Liana. Liana, Yasmin, dan Karina tertawa. Mereka menarik Hana dan berpelukan bersama, persis seperti serial kartun Teletubbies yang dulu sempat viral pada jamannya.
"Aduh!" keluh Liana.
"Eh sorry!" kini giliran Yasmin yang tak sengaja memeluk Liana terlalu erat. Keempatnya tertawa bersama.
Liana bersyukur masih memiliki mereka. Karina sahabat kecilnya, Yamin dan Hana sahabat yang selalu pengertian terhadapnya. Bunda dan keluarga Juna yang senantiasa melindunginya, serta Janu seseorang yang selama ini Liana suka.
______
Hari ini rumah Liana penuh dengan banyak orang. Ada keluarga Juna, serta teman-teman Liana seperti Karina, Yasmin, Hana, Harsa, Janu, Rendra, Hendra, dan Javi.
Awalnya Liana cuma mengajak Juna dan Karina untuk menjemput bunda. Iya—hari ini bunda Giana di perbolehkan pulang ke rumah. Tapi siapa sangka yang lain malah menyusul mereka. Alhasil rumah Liana terasa ramai saat itu. Bunda seneng-seneng aja, soalnya jarang banget Liana ngajak temen-temennya main ke rumah.
"Dek!"
Liana menoleh, saat indranya mendengar suara bunda memanggilnya dari arah dapur. Gadis itu buru-buru menghampiri beliau.
"Bunda ngapain ih, kan Liana udah bilang biar Liana aja yang nyiapin!" protes Liana, saat gadis itu tau bundanya yang baru pulang dari rumah sakit itu malah sibuk menyiapkan cemilan dan minuman untuk teman-temannya.
"Ini tante Jesi yang nyiapin dek, bukan bunda!" ujar sang bunda. Beliau tak ingin melihat anaknya khawatir.
"Ih awas lo yah, Lia ngambek ntar kalo bunda sakit lagi!" ancem Liana lengkap dengan wajah cemberutnya.
Karina beranjak dari tempat duduknya, ia mengambil alih minuman yang di bawa sama Juna. Sumpah ngeri sendiri dia liatnya. Takut jatuh katanya, Liana sendiri menyusul dari arah belakang.
Diam-diam seseorang memperhatikan Liana. Sudut bibirnya tertarik, ia tersenyum kecil. Sebuah interaksi ibu dan anak yang menurutnya sangat menggemaskan.
"Jan!" tegur Rendra, saat Janu tak kunjung menyahutinya.
"Lo ngapain sih diem aja?"
"Gak!"
"Janu, nanti anterin aku beli buku ya!" pinta Karina, Janu mengangguk pelan.
"Iya sayang!"
"Dih kalo Karina aja yang ngomong, cepet respon dia!" cibir Rendra sebal.
"Janu kan bucin ama Karina!" sahut Hana.
Semua yang ada di ruangan itu tertawa. Asik meledek Hendra yang curhat karena gebetannya tidak peka-peka, meledek Janu yang bucin sama Karina. Lalu membicarakan Yasmin yang katanya lagi deket sama Seno si jenius dari sekolah tetangga, dan terakhir ada Hana dan Juna yang baru mulai pendekatan.
"Jan!" Janu menoleh ke arah Javi yang diem-diem berbicara ke arahnya.
"Hm?"
"Lo, gak ada niatan bucin juga ke Liana?"
Satu pertanyaan yang berhasil membuat Janu bungkam. Bahkan hingga sekarang Janu tak bisa menjawabnya. Ini sudah melewati waktu yang saat itu dijanjikan oleh Janu pada Liana.
Ingat dengan pertanyaan Liana tentang sampai kapan ia harus bertahan menjadi benalu di antara hubungan Janu dan Karina? Iya—saat itu Janu bilang, satu bulan. Dia akan mencoba meyakinkan Karina dalam satu bulan.
Namun sekarang setelah satu bulan lamanya mereka menjalin hubungan, kini Janu rasanya enggan membahas itu. Dia takut jika Liana sadar, lalu ia akan menagih janji itu. Janu takut dia akan kembali pusing dengan permasalahan percintaannya itu. Padahal tanpa sadar, rasa takut yang Janu rasakan bukan hanya sekedar itu.
______________________________________
Hai, guys!
Jadi gimana menurut kalian? Janu udah mulai suka sama Liana atau gak? Atau perasaan itu masih hanya sekedar rasa kasihan sama Lia.Selamat membaca, jangan lupa tekan bintang ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
SACRIFICE [END]
Teen FictionFt. LIA x JENO Tak ada yang spesial di kehidupan Lilyana Chaliana Jelita, seorang siswi SMA yang menyandang predikat teladan. Pintar dan selalu jadi juara pertama, seperti itulah Lia di mata teman-temannya. Tak begitu menarik karena sudah tak heran...