SEBELAS

750 133 30
                                    

Janu sebenarnya ke kelas IPA 1 gak ada niatan lain selain ngejemput Karina untuk pulang bersama. Tapi saat melihat Juna yang dari kejauhan menatap tajam ke arahnya dia jadi menahan langkahnya lebih lama.

Iya—Liana udah mulai masuk lagi ke sekolah, setelah beristirahat beberapa hari. Perban di kepalanya pun masih setia menghiasi. Janu bisa melihat gadis itu melirik ke arahnya. Kalau saja gak ada Juna di sana, mungkin keduanya udah saling menyapa.

Setelah kejadian tempo lalu, Juna jadi over protektif ke Liana. Apalagi jika gadis itu harus berurusan dengan Janu, pemuda itu akan menjadi orang pertama yang melarang Liana bersinggungan dengan pemuda Rajendra.

Agak berlebihan memang, tapi Juna ngelakuin itu karena takut Liana kenapa-kenapa. Sudah cukup sepupunya itu harus sakit setiap bersama Janu. Dia jadi trauma.

"Juna pelan-pelan sakit!" keluh Liana pelan.

"Eh sorry!" Juna akhirnya memperlambat jalan mereka.

"Udah dong jangan musuhan sama Janu!"

"Gak ada ya, ntar dia makin semena-mena ke elo!" sanggah Juna sewot.

"Gue kan ama dia udah gak ada hubungan, Jun."

"Bagus deh kalo gitu, mending lo pacaran noh ama si kembar. Nakal juga sih, tapi mendingan dari pada Janu!"

"Apaan sih Jun, kok jadi ngejodoh-jodohin gue!" Liana kesal sendiri jatohnya ama Juna.

Juna gak menggubris omongan Liana. Pemuda itu masuk ke dalam mobil jemputan keduanya sebelum akhirnya pergi meninggalkan lingkungan sekolah mereka.

"Udah siap?" tanya Janu pada Karina setelah sampai di kelas gadis Yulanda itu.

"Iya, ya udah yuk!"

Karina beranjak dari tempatnya, keduanya lalu pergi ke tempat les yang biasanya gadis itu datangi. Iya, Karina aja yang les, Janu mah enggak.

"Rajin bener pacar ku!" celetuk Janu setelah berhasil menurunkan Karina ke tempat lesnya dengan selamat.

"Kamu juga harusnya belajar!" Janu hanya memutar bola matanya malas.

"Bentar lagi ujian Janu!" lanjut gadis itu.

"Iya, iya tau. Ya udah aku cuma bisa doain semoga kamu sukses deh ngalahin nilai sahabat kecilmu itu!"

Karina hanya tersenyum simpul mendengar hal itu. Pasalnya emang bener, dia ingin sekali bisa mengalahkan Liana dalam beberapa hal. Hanya saja ia belum bisa merebut tempat juara satu yang selalu bisa di pegang oleh Liana.

Juara satu apa aja, di kelas iya pas olimpiade pun iya. Gak jarang Liana menjadi perwakilan dari sekolah mereka dan mendapatkan juara.

"Nanti mau di jemput jam berapa?" tanya Janu.

"Eh gak usah, tadi mama bilang bakal ngejemput aku ntar."

"Oh ya udah, aku pamit dulu ya!"

"Iya, hati-hati!"

Setelah itu Janu melesak pergi, menuju tempat dimana teman-temannya yang sudah menanti. Karina sendiri langsung masuk ke tempat lesnya.

____

"Masih aja pake wallpaper itu!" celetuk Javi yang berhasil membuat teman-temannya ikut penasaran.

"Liana bukan sih?"

"Karina mungkin!"

"Liana bego, ih gue inget banget dia tuh pernah pake jaket itu!" ujar Hendra yang yakin seratus persen.

"Berisik lo pada!" Janu menyimpan ponselnya.

"Gamon lo!" ledek Rendra.

"Makanya jangan sok gak butuh ama Liana, sekarang kangen kan lo ama dia!" lanjutnya.

SACRIFICE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang