LIMA

811 144 24
                                    

Janu kali ini berdiri tepat di depan rumah Karina. Seharusnya hari ini dia menjemput Liana, tetapi karena gadis itu memberi kabar akan pergi bersama Juna ia akhirnya memberi kabar pada Karina bahwa dia akan menjemputnya.

Karina awalnya sedikit kesel kenapa coba Janu mau-mau aja, harusnya dia tetep jemput Liana aja. Siapa yang tau, di sini lah awal mula Janu membuat kesalahan fatal. Pasalnya setelah mereka sampai ke sekolah Liana tak menampakkan batang hidungnya. Padahal Juna udah duduk manis di kelasnya.

Hingga pelajaran pertama usai, Liana benar-benar tak menampakkan diri hari itu. Membuat beberapa temannya tentu bingung. Pasalnya Liana tak memberi kabar apapun.

Juna menghampiri bangku Karina, dia pikir Liana masuk hari ini. Tapi nyatanya gadis Jelita itu absen. Anehnya sedari tadi, Liana tak membalas pesannya. Padahal biasanya gadis itu tak pernah telat membalas pesan darinya.

"Rin, Liana ngabarin lo gak kalo dia gak masuk?" tanya Juna saat sudah sampai di kelas IPA 1.

"Enggak, Jun. Hari ini Janu harusnya jemput dia, tapi Liana bilang ke Janu buat gak usah jemput dia. Soalnya katanya dia maunya berangkat ama lo!" sahut Karina.

Juna yang mendengar ucapan Karina bingung sendiri jadinya. Liana sama sekali tak menghubunginya, bahkan semalem sebelum terakhir ia mengechat gadis itu, Liana juga tak menyuruhnya untuk menjemputnya.

"Sumpah deh, Rin. Lia gak ngasih tau gue kalo dia mau bareng gue!" Juna terlihat gelisah, Juna beranjak dari tempatnya buru-buru meninggalkan kelas sepupunya itu.

"Juna, Jun tunggu!"

Karina berusaha mengejar langkah panjang Juna, diikuti Yasmin, dan juga Hana. Juna sendiri segera pergi ke kelas Janu. Orang yang terakhir dihubungi sepupunya itu.

Janu yang awalnya hendak ke kantin dengan teman-temannya itu akhirnya mengurungkan niatnya, ketika ia melihat atensi Juna dan Karina serta teman-temannya berjalan ke arahnya. Pemuda itu sempat bingung karena Juna menatap ke arahnya dengan tatapan tak suka.

"Bangsat, bego ya lo!!" ujar Juna lantang membuat semua orang yang ada di kelas itu menatap bingung ke arahnya.

Karina buru-buru menghadang Juna. Kalo gak, mungkin pemuda itu sudah melayangkan satu pukulan keras ke arah Janu sekarang. Juna ini emang perawakannya lebih mungil dari Janu. Selain itu dia emosian, apalagi yang menyangkut tentang Liana. Siapa pun yang mengganggunya, pemuda itu gak akan segan-segan menghajarnya. Emang definisi orang gak kenal takut ya Juna.

"Juna please tenang!"

"Apaan sih lo, dateng-dateng malah marah-marah gak jelas!" Hendra membuka suara, sedikit gak suka dengan cara Juna menyerang Janu sahabatnya.

"Gara-gara temen lo yang bego ini gak jemput Liana, dia gak bisa di hubungin sekarang!" Juna menunjuk Janu dengan jarinya tepat ke arah wajah pemuda itu.

"Lo kok jadi nyalahin gue sih, tuh anak aja yang gak mau gue jemput. Lagian bukannya dia harusnya jalan bareng lo!"

"Ya itu begonya elo percaya gitu aja!" Juna hampir berteriak, untung saja Hana meraih tangan pemuda itu.

"Juna udah, kita bisa omongin ini baik-baik!" ujar gadis itu mencoba menenangkan.

"Kenapa?" bisik Javi pada Yasmin yang saat itu ada di sebelahnya.

"Liana gak bisa dihubungin!" sahut gadis itu.

"Terus kenapa Juna malah marah ke Janu?" tanya Javi, Yasmin terlihat ragu untuk menjawabnya.

Gadis itu melirik ke arah Juna yang terlihat khawatir dan Janu yang gak tau letak kesalahannya dimana. Mereka semua masih sibuk dengan egonya masing-masing. Hingga gadis Prisantika itu mulai angkat bicara.

SACRIFICE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang