SEMBILAN BELAS

701 100 39
                                    

Semua berjalan damai. Iya hanya beberapa hari aja, saat ujian berlangsung beberapa hari yang lalu. Kedamaian itu agaknya gak berlangsung lama, melihat bagaimana Liana dan Karina sekarang menjadi pusat perhatian semua orang.

"Rin tunggu, gue bisa jelasin!"

Liana berusaha mengejar langkah Karina yang tak mau mendengarkannya. Adegan itu berhasil membuat beberapa orang memperhatikan mereka. Pasalnya jarang sekali kedua sahabat itu terlibat masalah.

Bahkan dulu saat Liana dan Karina masih sama-sama menjadi pacar Janu, mereka gak pernah keliatan cekcok di depan publik seperti ini. Liana buru-buru menahan tangan Karina. Membuat gadis itu menoleh dan menatap ke arahnya. Entah, Liana bingung kenapa gak ada tatapan hangat lagi dari seorang Karina.

"Apa lagi?!" tanya Karina. Nyaris membentak Liana.

Liana terkejut, tentu aja. "Karin semuanya gak kayak yang kamu pikirin!"

Liana memohon agar Karina tidak marah lagi padanya. Gadis itu nyaris meneteskan air matanya. Dia bingung ada apa dengan sahabatnya. "Tadi aku sama Janu itu..."

"Apalagi yang mau kamu jelasin, Li? Aku liat sendiri kamu sama Janu hampir ciuman!" bentaknya yang berhasil mengundang perhatian semua orang di sekeliling mereka.

"Gak gitu Rin, kamu salah!"

"Halah... Lia, inget kamu cuma mantan Janu. Masa gini cara mainnya!" Karina menghempaskan tangan Liana.

"Dulu aku gak apa-apa, iya aku yang minta kamu jadi pacar dia. Tapi sekarang?" Karina menatap Liana tajam.

"Kamu bukan siapa-siapa dia, Lia. Harusnya kamu gak main belakang kaya gini sama aku!"

Liana menggeleng keras, Karina salah tentang dia. Bahkan dia gak pernah mau bertemu sama Janu jika memang gak ada teman-temannya. Gadis itu meneteskan air mata.

"Jangan nangis, jangan buat aku jadi orang jahat di sini. Bahkan kalo pun semua orang tau, mereka pasti mikir kamu mau rebut Janu dari aku!" bentak Karina.

"Karin, stop!" pekik seseorang yang baru datang, dia menarik Liana dan memeluk gadis itu.

"Kamu keterlaluan ya, dia masih sahabatmu!" bentaknya.

"Sahabat macam apa yang main belakang kaya gitu?!"

"Rin!"

"Udah deh Hana, jangan mentang-mentang kamu pacar sepupunya, kamu bela dia!"

"Bukan itu masalahnya, gue ada di sana sama mereka!"

Seseorang datang menerobos kerumunan, rahangnya mengeras. Dia maju menatap ke arah Karina. "Udah ya, cukup kamu jelek-jelekin dia!"

"Kamu kok jadi belain dia!" Karina tak terima.

"Karena Liana emang gak salah!"

"Janu!" bentak Karina.

"Aku tadi cuma bantuin dia, dia lagi kelilipan."

"Alah alesan!" Karina melengos begitu aja.

"Kamu kenapa sih Rin, kelakuan makin hari makin aneh. Sekarang masalah kecil kaya gini kamu besar-besarkan di depan banyak orang!"

"Ya biar semua tau, dia mau rebut kamu dari aku!" Janu naik pitam. Dia bener-bener gak habis pikir dengan jalan pikiran Karina sekarang.

"Oh gak kebalik?!" seseorang berseru di antara kerumunan orang. Beberapa siswa memberikan dia jalan.

"Bukannya kamu ya yang rebut Janu dari Liana!" Karina mengepalkan tangannya, ketika atensi Javi berhasil membuat heboh semuanya.

"Jangan nuduh kalo Lo juga main belakang sama Janu!"

SACRIFICE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang