LIMA BELAS

749 124 33
                                    

Janu lagi berdiri natap ke arah Karina. Lagi berdebat mereka. Gimana gak berdebat, sebelumnya Janu udah bilang kalo dia mau ngajakin cewek itu keluar buat nemenin dia. Tapi sekarang apa, dia cancel gitu aja karena udah keburu janji sama guru les privatnya.

"Aku kan udah bilang, bahkan dari hari kemarin!" protes Janu.

Ini udah terjadi untuk kesekian kalinya. Janu gak abis pikir kenapa Karina sampek harus ambil banyak les. Di bilang pinter, dia udah pinter jauh dibanding sama Janu yang dapet nilai pas biar gak kena perbaikan nilai aja udah bersyukur.

"Aku lupa Janu, maaf ya. Kalo besok aja gimana?" tawar Karina pada akhirnya.

"Kamu itu kenapa sih obsessed banget buat ngalahin Liana, kamu tau gak kenapa aku ngajakin kamu buat jalan hari ini?"

"Gak, dan aku gak peduli. Kalo kamu pacar aku harusnya kamu dukung aku Janu. Kamu gak tau rasanya jadi bayang-bayang dia terus!"

"Ah bangsat!" umpat Janu kesal.

Janu dengan kasar ngegebrak pintu di sampingnya. Untung aja koridor sekolah itu sepi sekarang, jadi gak ada yang tau tentang pertengkaran mereka. Karina sendiri terkejut melihat Janu marah.

"Terserah kamu!" Pemuda itu akhirnya ninggalin Karina begitu aja. Dia udah kepalang kesel dengan gadis itu.

Sudah hampir tiga bulan Janu pacaran dengan Karina, itu artinya sebulan lamanya dia juga pacaran sama Liana. Janu masih menghadapi masalah yang sama, bahkan dengan ada dan tidaknya Liana dalam hubungan dia dan Karina.

Karina selalu sibuk dengan urusannya terlebih akhir-akhir ini. Dulu Janu masih bisa memaklumi, dia masih bisa jalan sama Karina. Tapi mengingat sebentar lagi ujian kenaikan kelas akan dilaksanakan, Karina makin sulit untuk di ajak keluar.

Padahal Janu sudah bilang alasan dia mengajak Karina jalan untuk mencarikan hadiah untuk ibunya yang berulangtahun hari ini. Janu ingin Karina lebih dekat lagi dengan orang tuanya, tapi gadis itu malah melupakannya.

Janu lagi di belakang gedung sekolah sekarang. Dia lagi pusing, makanya pada akhirnya mutusin buat bolos kelas dan milih ngerokok di sana. Masa bodo deh dia bakal ketahuan atau gimana, yang jelas dia bisa menenangkan pikirannya.

Hari ini Liana bertugas untuk mengecek barang-barang di gudang sekolah. Nanti sepulang sekolah anak-anak osis lainnya bakal ngadain kerja bakti membersihkan taman.

Setelah mengunci pintu gudang Liana hendak berbalik arah, mutar jalan. Namun netranya menangkap seseorang yang sedang asik menghisap rokok di belakang gedung, tepat di samping gudang yang tadi Liana datangi.

Gadis itu menarik tangan orang itu, menghempaskan rokoknya sebelum menginjak rokok tersebut hingga hancur. Orang itu melotot kesal, ia ingin protes, selama masih sama-sama siswa gak masalah pikirnya. Namun ia urung melakukannya ketika sadar siapa orang yang berani mengganggunya.

"Lia!" gumamnya pelan.

Gadis itu tak menyahutinya, dia hanya menghela napas kasar terus balik arah hendak meninggalkan orang itu. Belum juga dia melangkah untuk kedua kalinya, tangannya udah di tahan oleh orang tersebut Liana memutar badannya.

Gadis itu terkejut, jelas terkejut. Gimana enggak, tubuhnya tiba-tiba ditarik dan orang itu memeluknya dengan erat. Mereka sama-sama terdiam untuk beberapa saat.

Liana sibuk mengatur detak jantungnya, sedangkan pemuda itu sedang sibuk memikirkan masalahnya. Mereka enggan mengeluarkan suara, membiarkan waktu berlalu begitu saja.

"Janu, lepas! Saya harus kembali ke kelas sekarang."

"Sebentar, biarin gue meluk elo sebentar!" ujar Janu. Jelas Liana tau pemuda itu gak lagi dalam kondisi baik-baik aja.

SACRIFICE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang