EMPAT

866 157 64
                                    

Sudah lebih dari tiga hari setelah kejadian Karina memberi pernyataan tentang hubungan Liana dan Janu sekarang. Itu artinya udah sekitar dua minggu Liana, Janu, dan Karina terjebak dalam suatu hubungan yang rumit.

Selama itu juga perbincangan tentang Liana masih terus berlanjut. Hubungan ketiganya benar-benar menjadi topik hangat satu sekolah. Janu dan Karina sebagai pasangan romantis, dengan Liana si benalu yang mengganggu hubungan mereka.

Ada yang menyayangkan atas sikap Liana, kenapa dia tetap mau menjadi kekasih Janu yang faktanya memang hanya menyukai Karina. Ada pula yang kasihan terhadap Liana karena tau gadis itu hanya sebagai jembatan aja-alias dimanfaatin doang sama Janu dan Karina.

Jangan ditanya bagaimana hubungan mereka. Janu dan Karina terlihat seperti pasangan pada umumnya, Karina dan Liana masih sama seperti sediakala, sedangkan Liana dan Janu masih tetap dengan hubungan mereka yang tak tentu arahnya.

Hari ini Janu kebagian menjemput Liana, sebenarnya pemuda itu enggan melakukannya. Ia sudah merengek pada Karina, meminta agar pemuda itu menjemput gadis itu saja. Namun penolakan terus terjadi, hingga Karina mengancam tak akan berbicara dengan Janu ketika pemuda itu tak menurutinya.

Di sini lah Janu berdiri, di depan rumah Liana. Rumah sederhana pada umumnya. Pemuda itu memarkirkan motornya tepat di samping mobil mewah yang terparkir di depan rumah Liana-mungkin milik Liana-begitu pikirnya.

Hingga ia tak sengaja mendengar suara keributan di dalam sana. Ia bisa mendengar suara Liana berbicara dengan seseorang. Janu melangkah mendekat ke arah pintu.

Brak!!

Janu terkejut saat suara keras itu terdengar dari dalam, ia bisa mendengar suara isakan Liana sekarang. Janu ingin masuk tapi merasa ragu.

"Pa, please Lia gak mau!"

"Kamu gak usah ngebantah papa ya, ayo ikut papa!"

"Gak mau pa, Lia gak mau!"

"Liana!"

"Bunda lagi sakit, biarin Liana rawat bunda!" suara Liana terdengar tak jelas.

"Halah, palingan juga wanita itu pura-pura!" sahut lelaki yang Liana panggil dengan sebutan papa itu. Liana menatap tak suka ke arahnya.

"Stop, jangan jelek-jelekin bunda. Papa gak ada hak untuk itu!"

Plak!!!

Suara tamparan keras itu berhasil mendarat di pipi mulus Liana. Gadis itu bahkan sampai terhuyung dan jatuh tepat di hadapan Janu yang entah sejak kapan sudah berdiri di sekitar ayah dan anak itu.

Liana terkejut—tentu saja. Terkejut karena serangan dari papanya secara tiba-tiba, serta kedatangan Janu yang tak terduga. Gadis itu menunduk, sedangkan ayahnya sudah pergi meninggalkan Liana saat itu juga ketika ia tau ada sosok Janu di sana.

Janu berdiam diri di tempatnya, hingga Liana beranjak dari duduknya. Dia menyeka darah segar yang keluar dari sudut bibirnya yang terluka. Gadis itu segera merapikan penampilannya seakan tak terjadi apa-apa. Ia membenarkan letak ikat rambutnya yang sudah tak beraturan akibat dijambak oleh ayahnya.

Liana menatap lembut ke arah Janu, gadis itu tersenyum kecil. Sebelum akhirnya menyuruh pemuda itu masuk dulu ke dalam rumahnya.

"Masuk aja!" ujarnya.

Janu yang masih syok dengan kejadian tadi, hanya menuruti saja. Gila, baru kali ini ia menyaksikan sendiri bagaimana sebuah keluarga yang tak harmonis. Lalu Liana berhasil membodohi semuanya, termasuk Janu tentunya.

SACRIFICE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang