DUA PULUH EMPAT

523 73 8
                                    

"Yang lain kemana dah?" tanya Javi saat sampai di kantin.

Pemuda itu hanya melihat Karina dan Jerome yang sedari tadi berdebat, dia tidak melihat beberapa temannya yang lainnya. Hari ini Javi tidak pergi bersama teman-temannya ke kantin seperti biasanya, karena dia harus ke tempat Mia terlebih dahulu. Sudah janjian mereka, masa iya dia gak tepatin itu. Karina menoleh ke arah Javi sekilas, sebelum menunjuk ke arah musholah.

"Solat, lo sendiri kenapa gak solat?" tanya gadis itu.

"PMS!" jawab Javi asal yang berhasil mendapat pelototan dari Karina.

"Ngadi-ngadi!" celetuk Jerome yang ikut mendengar.

"Lo sendiri kenapa gak solat?"

Karina tak menyahutinya, sedangkan Javi merasa bodoh setelahnya. Dia baru ingat kalo Karina itu tak seagama dengannya. Berarti selama ini Janu selalu LDR dengan Karina—Long Distance Religion maksudnya. Wah bisa-bisanya dia lupa tentang hal ini.

"Oh iya gue lupa!" monolog Javi pada akhirnya. Karina dan Jerome hanya bersikap acuh.

"Rin, mau makan apa biar aku pesenin!" Jerome kembali bertanya pada Karina, namun tak pernah ada respon baik darinya.

"Apa sih, kalo mau pesen sana pesen sendiri. Gue mau nunggu yang lainnya!"

"Ya sekalian pesen dulu kan bisa!"

"Gak mau!"

"Cocok lo berdua!" celutukan Javi berhasil membuat Karina menatap tajam ke arahnya, namun sepertinya pemuda itu tak terlalu memusingkannya. "Ah ilah, jadian aja kek. Sumpek sumpah liat lo berdua debat mulu. Gue doain jodoh loh!"

"Amit-amit, ogah!" tolak Karina mentah-mentah.

"Amin!" Jerome tersenyum penuh arti lalu mengacungkan jempolnya ke arah Javi yang dibalas hal sama oleh pemuda itu.

Karina yang melihat itu jadi kesal sendiri. "Dih apaan sih!"

"Ce ile, ucapan adalah doa. Entar dari gak suka jadi cinta!"

Itu bukan Javi yang mengucapkannya, melainkan Hendra yang baru aja datang sama mbak gebetannya. Sonya cuma senyum aja sih denger ucapan pacarnya itu, soalnya percaya gak percaya mereka dulu itu persis kaya Jerome dan Karina.

Dulu itu Hendra orangnya gengsian buat bilang sayang, alhasil ia memilih menjadi orang yang menyebalkan bagi Sonya. Sonya ini mana pernah kepikiran buat jadi pacar Hendra, gak pernah. Dia aja sampe sekarang gak percaya—bisa-bisanya dia jadi pacar Hendra yang kelakuannya nauzubillah.

Hendra ini random banget orangnya. Petakilan iya, kalem iya, orang yang emang suka cari perhatian. Pokoknya udah deh, kudu elus dada kalo berurusan sama dia. Ada aja bikin emosinya, untung gak naik darah.

Singkat cerita, karena terlalu sering di ganggu sama Hendra, pada akhirnya Sonya ngerasa ada yang kurang kalo pemuda itu tidak mengganggunya. Ya walaupun kudu sabar juga kalo harus ngadepin Hendra. Sampai pada akhirnya Hendra ngaku juga kalo dia sengaja membuat Sonya kesal, biar dia punya alasan untuk berdebat dengan gadis itu. So sweet bukan.

Sejak itu lah benih-benih jagung itu tubuh, benih-benih rasa suka maksudnya. Berawal dari gak suka berubah jadi cinta. Lebih parahnya banyak yang nyumpahin mereka, katanya bakal pacaran nantinya. Persis kaya yang dilakuin Javi barusan ke Jerome dan Karina. Awalnya Sonya bodo amat lah ya, mustahil kata dia. Eh gak taunya, beneran pacaran dong dia sama Hendra.

Intinya jangan bilang gak, kalau kita itu gak pernah bisa memprediksi ke depannya. Semua tergantung bagaimana takdir akan membawanya. Sekuat hati mengatakan tidak, kalo sudah jalannya ya gak akan bisa juga nolak. Percaya deh, takdir kalian sudah ada bahkan sebelum kalian dilahirkan. Cuma ya gimana kita sebagai manusia mengarahkan takdir itu sendiri, kan tuhan udah kasih kita otak buat mikirin gimana selanjutnya.

"Dih curhat!" cibir Javi yang memang tau bagaimana dramatisnya kisah cinta Hendra dan Sonya.

Tak lama mereka yang ditunggu-tunggu pun tiba. Mereka semua gabung bersama Javi, Karina, Hendra, Sonya, dan juga Jerome tentunya. Hari ini gak ada apa pun drama yang menyebalkan yang terjadi di antara mereka. Semuanya tertawa riang aja. Padahal siapa yang tau bahwa akan banyak drama yang menanti mereka.

Seperti sebuah badai, mereka datang setelah ketenangan. Ya begitu lah hidup, hitam dengan putih, atas dengan bawah, dan badai dengan ketenangannya. Takdir mah gak ada yang tau akan bagaimana, kita cuma harus menjalani dengan sebaik-baiknya.

_____

Brak!

Itu bukan suara gebrakan meja, tapi suara buku yang jatuh dari tangan Rendra. Pemuda itu lagi pegang buku, eh udah di senggol aja sama seseorang yang lagi lari-larian. Mana gak nolongin lagi abis nabrak. Rendra udah siap dengan segala omongan pedasnya.

"Dasar bocah, di kira sekolah TK apa. Udah SMA lari-larian. Mana gak beretika, aturan nolong malah ninggalin!" dumelnya pada diri sendiri.

Tadi pas pelajaran selesai dia itu di suruh ngumpulin buku tugas gitu. Gurunya udah pergi duluan, alhasil dia deh yang nungguin teman-temannya ampe kelar. Biasa ngaret kan ya, sebagai pribadi yang pada akhirnya mengalah ya udah dia tungguin aja.

Setiap kelas udah mulai sepi ditinggal oleh penghuninya. Rendra akhirnya harus elus dada, mana gak ada yang bantuin ya. Kalo kalian tanya dimana Sherly sebagai pasangannya, tadi cewek itu udah pamit dulu ke Rendra, ada acara keluarga katanya. Dia bakal di jemput sopirnya, makanya gak pulang sama Rendra.

Sebuah tangan kecil mulai mengambil buku-buku yang berserakan. Rendra menoleh ke arah orang yang dengan suka rela membantunya. Itu Naya, Rendra baru ingat gadis itu tadi pas bel pulang sekolah terdengar gak ada di kelas, cuma ada tasnya aja. Naya yang diperhatikan seperti itu akhirnya menoleh ke arah Rendra.

"Gak usah ngedumel, udah cepet ini kumpulin!" ujarnya, Rendra akhirnya melanjutkan kegiatannya.

Sudah lama kayaknya Rendra gak berada di posisi berdua gini sama Naya. Kalau kalian bertanya ada apa sama keduanya, mereka dulunya itu deket banget. Saking deketnya mereka sempet digosipin pacaran. Tapi nyatanya hingga saat ini keduanya gak ada tuh jalin hubungan.

Hubungan keduanya baik-baik aja, tapi emang ada jarak gitu sekarang. Padahal dulu sedeket urat nadi, sekarang malah sejauh matahari. Bahkan keduanya jarang bertegur sapa. Sebenarnya ada alasannya. Naya ini gak mau Sherly nanti salah sangka ke dia.

Sekedar informasi aja, sebenarnya Rendra dan Naya ini udah saling suka. Cuma kata Naya, Rendra itu cuma bisa ia jadikan teman aja. Dia takut katanya, kalau ada apa-apa malah gak saling sapa. Hingga akhirnya dia tau kalau Sherly suka sama Rendra, ya pada akhirnya dia yang comblangin keduanya.

Terus Rendra? Dia awalnya juga sama suka sama Naya tapi gak bisa memaksakan kehendaknya. Kalau sama Sherly, akhirnya dia deket sama gadis Arsita itu. Hingga akhirnya mereka jadian gitu. Naya mah ikut seneng aja, ya walaupun awalnya patah hati juga.

"Pulang sama siapa?" tanya Rendra saat keduanya udah selesai mengantar buku-buku itu ke ruang guru.

"Pesen ojek online kayaknya!" sahut gadis itu. Rasanya canggung ngobrol sama Rendra cuma berdua kayak sekarang. Dia baru sadar kalo selama ini dia sibuk menghindar makanya sekarang keduanya jarang banget keliatan bersama.

"Gue anter aja!"

"Eh gak usah, Ren gue bisa..."

"Gue gak suka penolakan Nay!" potong Rendra yang berhasil membuat Naya menutup mulutnya. Ngeri dia, soalnya dia tau banget Rendra kaya apa orangnya.

"Ya udah!" gumam gadis itu pelan.

Keduanya akhirnya pergi ke arah parkiran yang udah mulai sepi dari kendaraan. Tolong jangan biarin Naya baper lagi ke Rendra, dia itu gak mau mengkhianati sahabatnya.

______________________________________

Hai guys!
Di part ini, aku gak fokusin cerita ke arah Janu, Liana, dan Karina. Aku lebih milih mengulik cerita di balik hubungan teman-teman mereka. Ya intinya seperti itu lah ya.

Bukan cuma Liana yang mengorbankan perasaannya pada sahabatnya Karina, ada juga Naya yang diam-diam mengalah pada temannya hanya karena takut hubungannya akan berubah jika nantinya terjadi sesuatu antara dia dan Rendra.

Silahkan tinggalkan komentar, selamat membaca, jangan lupa tekan bintang ya!

SACRIFICE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang