DUA PULUH DELAPAN

440 70 17
                                    

Mengingat kejadian tempo hari di rumah Bram saat Liana gak sengaja bilang tentang kondisi bundanya. Akhirnya malam itu juga Bram tau segala kebenarannya. Kebenaran bahwa Giana mantan istrinya sedang berjuang melawan penyakitnya.

Lalu gimana dengan Bram? Dia tentu saja menyesal. Merasa bodoh karena tak tau apa-apa tentang orang yang dicintainya. Iya, dia sangat mencintai Giana bahkan hingga saat ini mereka sudah berpisah. Hanya Giana yang masih ada di hatinya.

Sejujurnya dulu Bram memang pacaran dengan Weni, sebelum akhirnya putus karena dia dijodohkan dengan Giana. Kejadiannya begitu cepat, hingga akhirnya keduanya menikah dan punya anak. Semenjak itulah Bram akhirnya bisa mencintai Giana istrinya.

Bram cukup kecewa saat Giana tiba-tiba menggugat cerai dirinya tanpa sebab. Dia mengira Giana sedang menjalin hubungan dengan seseorang yang dia ketahui bernama Cahyo, yang kemudian dia tau Cahyo itu adalah dokter yang menangani Giana.

Jadi beberapa kali Giana secara diam-diam bertemu dengan Cahyo setelah tahu dia mengidap penyakit kanker otak. Makanya Bram ngiranya Giana sedang berselingkuh di belakangnya. Nyatanya tidak, Giana bahkan gak pernah berpikir untuk mengkhianati Bram sedikit pun.

Mengenai omongan Liana yang tau segalanya. Gadis itu memang benar tau segalanya tentang keluarganya yang selama ini selalu ia sembunyikan. Mulai dari kejadian dimana Weni menerima undangan untuk datang ke rumah keluarganya saat bundanya masih jadi istri sah papanya.

Saat itu Liana udah sering dengar neneknya menyuruh bunda Giana hamil lagi biar mereka punya keturunan anak laki-laki. Tapi sepertinya keinginan itu gak bisa diwujudkan oleh bundanya, mengingat saat itu sepertinya bunda Giana sudah mulai menjalani pengobatan untuk penyakit kanker otaknya.

"Assalamualaikum Lia pulang!" ujar gadis itu saat baru masuk ke rumah besar ayahnya.

Namun tak ada sautan yang biasanya menjawab salamnya. Liana pun memutuskan mencari keberadaan keluarganya. Hingga samar ia mendengar ucapan neneknya yang menyudutkan ibunya.

"Kalau kamu gak bisa hamil lagi, biarin Bram nikah sama Weni. Bram itu butuh keturunan laki-laki!" ucap sang nenek dengan lantang. Liana tentu geram, dia ingin sekali masuk ke dalam ruangan sebelum akhirnya ia di tarik pergi oleh kakak sepupunya.

Kanker otak itu membutuhkan pengobatan dalam jangka waktu panjang, tentunya obat yang digunakan obat keras. Itu sebabnya bunda gak bisa hamil juga, selain akan membahayakan janin dalam tubuhnya, dia juga akan membahayakan nyawanya sendiri.

Pada saat itu gak ada yang tau tentang penyakit Giana. Wanita itu benar-benar menyimpannya seorang diri. Hingga pada akhirnya nenek Liana dengan terang-terangan menjodohkan Weni dengan Bram ayahnya. Meski begitu Bram tentu gak langsung mengiyakan permintaan itu.

Lambat laun, Giana sudah tidak bisa bertahan. Dia pada akhirnya memutuskan untuk menggugat cerai Bram suami tercintanya. Hal itu semata-mata hanya agar Bram mau dijodohkan dengan Weni sahabatnya, dan tentu untuk mewujudkan keinginan mertuanya yang menginginkan cucu laki-laki dari anaknya.

Semuanya berbuntut panjang, sampai memperebutkan hak asuh Liana yang pada akhirnya jatuh pada Giana. Giana sendiri tidak melarang Bram atau Liana saling bertemu. Wanita itu tetap menghormati Bram sebagai mantan suaminya dan ayah kandung dari Liana anak semata wayangnya.

Kondisi Giana semakin memburuk, hingga dia harus sering dibawa ke rumah sakit. Liana sendiri awalnya gak tau tentang penyakit ibunya, hingga suatu malam dia mendengar percakapan ibunya dengan tante Jesi ibu dari Juna. Gadis itu menangis sejadi-jadinya, tapi dia tetap merahasiakan bahwa dia tau tentang kondisi bundanya.

Weni sendiri dan keluarga ayahnya akhirnya pun tau kondisi Giana. Mereka gak sengaja mengetahui fakta itu, namun pada akhirnya sepakat untuk tidak memberitahukan kepada Bram. Mungkin karena khawatir Bram akan kembali pada Giana setelah mengetahui semuanya.

SACRIFICE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang