DUA PULUH TIGA

561 86 14
                                    

Liana pada akhirnya menampakan diri keesokan harinya. Wajahnya terlihat lelah dan khawatir. Mungkin karena kondisi sang bunda yang makin hari makin memburuk. Janu sedari tadi hanya menatap ke arah Liana, tak perduli kanan dan kiri yang sedari tadi berusaha berbicara dengannya.

"Janu, mau makan apa?" tanya Karina. Gadis itu belum menoleh ke arah si pemuda yang tengah asik memandangi gadis di sampingnya.

Tak kunjung mendapatkan sahutan, gadis itu jadi kesal. "Jan!"

"Eh apa?" Janu tersentak. Bahkan bukan Janu saja, tapi teman-teman mereka. Soalnya Karina tuh manggilnya pake tenaga.

"Gue mau bakso dong!" ucap seseorang yang baru datang dan tanpa permisi bergabung di antara mereka. Karina menatapnya kesal, selalu aja ada pengganggu—begitu pikirnya.

"Ck... Apaan sih lo, gue gak lagi ngomong sama lo ya!" ketusnya.

"Galak amat buk, sekalian apa susahnya. Ya... Ya..." ujarnya, pemuda itu memasang wajah memelas ke arah Karina.

Mereka semua saling menatap satu sama lain, namun detik berikutnya sudah tak perduli dengan percekcokan dua insan yang bak kucing dan anjing. Sudah terlalu sering adegan seperti ini, mereka sudah paham ini adalah salah satu trik dari si adam yang ingin mencuri perhatian sang hawa.

"Gak ada, beli aja sendiri!"

Karina beranjak dari tempat duduknya, menuju stand penjual yang menyediakan bakso dan mie ayam. Pemuda itu ikut berdiri dan mengikuti langkah gadis Yulanda, tak perduli meski gadis itu menolaknya.

"Mereka deket ya?" bisik Sherly akhirnya, setelah menahan rasa penasarannya.

"Gak tau, dari kemarin gitu mulu!" jawab Cecil acuh.

"Ini nih kayaknya Jerome suka sama Karina, tapi tuh anak gak bisa move on dari Janunya!" kini giliran Kinan yang angkat bicara, yang diangguki sama Hana.

Kabar putusnya Janu sama Karina udah tersebar di antara teman-teman mereka, walaupun belum satu sekolah sih yang tau. Soalnya akun lambe turah sekolah masih sibuk ngomongin hubungan Jerome sama Karina. Ada juga selentingan rumor kedekatan Liana dan Janu yang katanya masih simpang siur. Udah kaya idola Korea Selatan mereka.

"Dih kesambet apa tuh bocah bisa suka sama modelan Karina?!" sinis Yasmin. Duh emang ya, gak bisa ke kontrol omongannya.

Hana mencubit pelan paha Yasmin yang duduk di sampingnya. "Apa sih ngomongnya jangan kenceng-kenceng, dia kan juga temen kita!"

"Abis kesel sama tingkahnya!" Yasmin mengerucutkan bibirnya.

"Emang Karina ngapain dah?" tanya Naya, bingung dia dari tadi sama obrolan teman-temannya. Mereka semua menghela napas pelan, susah emang bicara sama modelan kaya Naya yang lola.

Kalo kalian pikir hanya Hana yang lola, itu gak. Naya ini sebelas dua belas sama Hana. Jadi ya gitu kudu sabar kalo ghibah sama ini anak. Mana kalo udah paham heboh sendiri lagi. Apalagi kalau mode galaknya muncul, beh bisa di judesin seantero sekolah. Ajaib banget pokoknya tingkahnya.

"Nih minum Nay, biar segeran dikit otaknya!" Cecil yang gemes nyodorin minuman yang tadi gadis itu beli.

"Dih ditanya juga!" sahut Naya sewot, yang berhasil bikin yang lain tertawa.

Lain halnya dengan mereka yang lagi asik gibahin Karina. Janu masih setia membujuk Liana buat makan makanan yang sudah dipesannya. Pasalnya dari tadi tuh anak cuma ngaduk-ngaduk baksonya. Padahal udah mau dingin tuh makanannya. Biasanya juga Liana selalu ngelahap makanan favoritnya.

"Lia... Itu makanannya dimakan, bukan diaduk mulu!" gemas Janu. Liana hanya menghela napas pelan.

"Aku gak nafsu!" bisik Liana kemudian.

SACRIFICE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang