Pahlawan dalam keluarga.

635 38 4
                                    

||
||
||
||
||
||
||


HALLO, WELCOME TO MY
SHORT STORY.


Pahlawan dalam keluarga








"VELYZA SINTIA RANI"

sosok  perempuan berambut ikal Sepinggang berjalan elok di atas altar. Ketika namanya dipanggil lantang oleh seorang MC, dia tersenyum puas menghadap ke arah bangku undangan. Velyza, sering ku panggil kak Vely, dia adalah sosok kakak yang bagi ku sangat dan sangat luar biasa. Bagaimana tidak, dia tanpa bantuan siapapun bisa berlenggok di atas panggung menggunakan jubah yang biasanya orang sebut baju wisuda.

MC kembali membuka suara, membaca satu demi satu kata yang berada di atas kertas sebagai contekannya.

"Velyza sintia Rani, selamat anda berhasil lulus dengan menggandeng gelar Sarjana hukum (S.H), semoga saja setelah keluar dari kampus ini anda bisa mendapatkan karir yang menjulang tinggi seperti mimpi anda selama ini"

Tepuk tangan bergemuruh diseluruh penjuru ruangan, ku lirik Afka adik ku yang duduk di samping  sembari memegang permen lollipop ditangan nya.  Dia masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang sedang terjadi saat ini.

Melihat kak Vely yang berada di atas panggung, aku teringat ibu, sosok perempuan yang punya mimpi ingin melihat putri sulungnya meraih gelar yang selama ini dia impikan.

"Ibu pengen panjang umur, supaya nanti bisa lihat kakak kamu diatas panggung pakai baju gede itu" kata ibu waktu itu sembari menunjuk ke arah televisi yang menampilkan sebuah acara wisuda.

Memori lama terputar kembali dikepala ku, menampilkan adegan-adegan kelam yang menyesak kan. Percaya lah, sebelum ada adegan wisuda ini, aku, kak Vely, dan afka Pernah mengalami sesuatu hal yang sangat ingin aku lupakan. Dimana masa kehidupan sudah tak ku inginkan lagi.

Flash back

"Aca!! Kakak kan udah bilang buat jangan ninggalin afka main sendirian, Liat tuh badannya lebam-lebam gara-gara jatuh dari tangga"

Kak Vely mengomel tak karuan, dia seperti ingin melayangkan pukulan, tapi entah kenapa selalu tertahan.

"Lah? Kok nyalahin aku sih? Seharusnya yang ngejagain afka itu kakak!! Bukan aku" balas ku membela diri.

Kak Vely melotot, bola matanya terlihat ingin keluar saja. Sepertinya dia kesal dengan balasan yang aku lontarkan barusan.

"Sudah-sudah, biar afka ibu yang  jaga. Aca boleh pergi main sama temen-temen aca" kata ibu menengahi aku dan kak Velyza.

Mata kak Vely membulat lalu melotot tak berkedip, aku tahu dia pasti sedang  kesal.
" Biar aca aja buk yang  jaga afka! Dia itu makin lama makin manja, kayak anak ratu aja!" Ketus kak Vely,
"Lagian juga kan Ibuk lagi sakit, jangan  keluyuran rumah dulu, istirahat" sambungnya.

Siang itu aku dan kak Vely beradu argumen, kami sama-sama merasa paling benar, tak ada yang mau mengalah. Sedangkan afka, bocah nakal  itu terlihat biasa saja di rangkul ibu.  Seandainya dia sudah besar, pasti telinganya sudah putus karena ku jewer.

Akhirnya aku mengalah, membiarkan kak Vely pulang kerumah bersama ibu. Sedangkan aku? Tahu lah nasib ku seperti apa.
Aku harus menemani afka main di lapangan desa, Dimana panas matahari yang rasanya sangat menyengsarakan.

"Afka jangan nakal, kalau mau main jangan jauh-jauh, Kakak tunggu disini. kalau nanti afka udah selesai panggil kakak aja yaa" kata ku memperingatinya.

Setelah ucapan ku selesai, afka langsung berlari ke tengah lapangan, dia sibuk mengumpulkan buah Ciplukan yang sudah jatuh ke tanah. Entah dari mana asal buah itu, tapi kalau boleh ku tebak mungkin itu ulah kelelawar yang tak sengaja menjatuhkannya Disana.

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang