4| Hadirmu

221 26 10
                                    

Repost
6823

Semoga suka sama cerita aku ya:")

:::

Aku adalah orang yang selalu hadir, namun hadirku tidak pernah kamu anggap ada.

::::

"Bener fan plastik itu, bilang benci sama lo?"

Kaenan langsung mematikan benda pipih itu, memasukan ke dalam saku celana, tatapannya lurus melihat Halle, ia tahu siapa yang Halle maksud.

Pria itu sudah memasang wajah kesal, napasnya tersengal seolah siap berkelahi saat itu juga. Pria dengan baju seragam yang tidak terkancing itu berjalan cepat mendekati Kaenan.

"Namanya Jeslin Le."

"Bodo amat. Dia ngapain lo Nan?"

"Mau ngotorin buku tata tertib lagi Le?"

Kaenan balik bertanya, tenang. Seolah tidak pernah terjadi apa pun. Ditanya seperti itu cepat-cepat Halle mengancing seragamnya.
Halle masih menatap sengit. Batang hidung Jeslin tidak kelihatan kemana perginya gadis itu. Kalau ketemu nanti ia tidak ragu mendaratkan tinju lagi.

Tidak peduli bila dikatai banci. Asalkan Jeslin tidak mengganggu Kaenan atau pun Hanna lagi. Sekalipun Skyland marah pada dirinya, namun selama ini hubungannya dengan Skyland masih baik-baik saja meski Halle suka mengganggu Jeslin.

"Han, kaki lo kenapa?" Halle bertanya pada Hanna yang ada di samping Kaenan. Ada kecemasan di setiap kata yang ia lontarkan.

"Gara-gara fan pastik itu?" tebaknya cepat, dengan sengit yang masih terlihat kentara.

Flower yang ada di sana bergidik ngeri melihat tatapan nyalang Halle.

"Iya Le, dia dorong gue, terus enggak minta maaf," adu Hanna melebih-lebihkan.

"Ah!" Hale berdecak. "Udah gue tebak. Dasar tuh cewek tukang cari rusuh," tambahnya semakin sensi.

"Nan, antar gue ke UKS dong, sakit banget kaki gue," keluh Hanna, sudah melingkarkan jemari lentiknya di lengan Kaenan.

Pria itu mengerutkan alis, melepas pelan lengan Hanna.

"Le, lo temenin ya, gue ada urusan osis."

Kaenan langsung mendorong pundak Halle mendekati Hanna. Gadis itu memperlihatkan senyum kecewa, namun punggung Kaenan sudah pergi begitu jauh.

"Kaki lo sakit banget Han?" Halle bertanya dan Hanna hanya mengangguk.

"Mau gue gendong Han?" tanya Halle dengan sangat lembut. Hanna terbelalak menggeleng pelan menolak ucapan Halle.

"Sini gue anterin ke UKS."

Hanna hanya tersenyum kaku membiarkan Halle memapah tubuhnya, meski gadis itu harus pura-pura sangat kesakitan ketika berjalan.

Flower membuang napas panjang, lorong koridor pun ikut sepi. Gadis itu berjalan mundur melihat kepergian mereka. Sampai di langkah kelima punggung gadis itu menabrak seseorang yang ada di belakangnya. Ia mengerjap, gugup, gadis itu langsung berbalik, tersenyum lega, melihat pria yang tengah berdiri di depannya.

"Wayang," cetusnya pelan. Flower tidak bisa menahan diri untuk tidak meneliti setiap jengkal wajah Wayang.

Pria itu berkaca mata, hidung mancung, dia punya bibir tipis merah muda, ketampanan pria itu khas, kulitnya cokelat bersih senyumnya sangat manis dan Flower suka melihatnya.

Sehelai bunga kamboja warna kuning terang selalu terselip di telinga kanan pria itu dan benang berwarna warni terlilit menjadi satu membentuk gelang melingkar sempurna di pergelangan pria itu.

Hopeless [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang