32| Rasa Sakit

110 11 3
                                    


Halo....

Apa kabar?

Doain ya biar banyak yang baca, biar seneng aja

—HOPELESS—

Katanya rasa sakit juga harus dinikmati

“Jeslin dimana Flo?”

Skyland bertanya pada Flower, sedari tadi ponsel Jeslin tidak aktif, membuat dirinya semakin khawatir.

“Gue tanya Jeslin dimana, kenapa dia enggak ikut kelas terakhir?”

“Gue enggak tau Sky—“

Brak…

Flower terperanjat mendengar tendangan meja yang berhasil memancing keributan, napas Skyland memburu, ia menatap Flower nyalang.

“Lo temennya apa bukan?!”

“Skyland,” tegur Wayang berdiri di hadapan pria itu melindungi Flower yang semakin terlihat ketakutan.

“Jangan kasar sama Flower,” tambah Wayang mendorong pelan tubuh Skyland membuat pria itu mundur selangkah.

“Saya tau kamu cemas, tapi jangan luapin emosi kamu ke Flower,”

“Kenapa lo bangsat?” suara Halle terdengar mengudara, ia menatap Skyland nyalang teringat dengan pukulan keras yang pria itu berikan.

Skyland tidak menjawab ia melihat Hanna yang berdiri di dekat Halle. Sudut bibirnya tersenyum kecut.

“Gue males ribut sama lo.”

Halle mendengus geli, menatap sengit punggung Skyland yang terlihat menjauh.

“Si fan plastik itu membolos, gak ada yang tau dia pergi kemana!”

Kalimat Halle cukup mampu membuat Skyland berhenti, pria itu tidak berbalik. Ia menarik benda pipih yang terselip di saku celana—mencari menu map.

Jemari tebalnya menari lihai di atas layar pipih yang menyala, ia gunakan kedua ibu jemarinya untuk memperbesar lokasi—persimpangan kota. Skyland menutup kembali benda pipih itu, melangkah menghiraukan teriakan Halle.

“Si bangsat. Sky mau kemana lo?”

“Neraka!”

—HOPELESS—


Jeslin melangkah lunglai, di persimpangan kota, tatapannya menyiratkan rasa sakit yang begitu amat, hujan masih setia mengguyur tubuh gadis itu. Ia sama sekali tidak peduli dengan klakson kendaraan yang terdengar nyaring, tidak peduli dengan pengemudi yang mengumpat kasar dirinya, akibat dia yang berjalan di tegah jalan. Jeslin meluapkan semua isak yang sedari tadi ia tahan. Tidak ada seoang pun yang tahu jika Jeslin menangis di bawah hujan.

Tit….

“Minggir neng!”

Klakson bis terdengar amat nyaring, namun Jeslin sama sekali tidak peduli, pikirannya kalut. Hatinya sudah mati rasa, ia tetap berjalan di tengah jalan yang cukup ramai pengendara, di tambah suara klakson terdengar saling bersahutan, membuat lalu lintas yang semakin tidak terkontrol.

Jeslin tersentak, seseorang mencekal pergelangannya.

“Naik!”

Gadis itu diam, ia menatap manik hitam legam itu.

“Naik gue bilang!” bentaknya cukup ketus.

“Skyland…dada gue sakit,” lirih Jeslin mengatakan.

Hopeless [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang