Hallo
Apa kabar Lup?
Doain ya biar makin hari makian banyak yang baca:")
Makasih udah baca ceritaku lagi💜
Inget kasih komen sebanyak-banyaknya apa aja boleh biar aku seneng terus😊
Ok don't to be long
Happy reading 💜::::
Karena pada nyatanya tidak semua rasa sayang harus berakhir dalam sebuah hubungan.
-HOPELESS-
Kepala Jeslin masih pusing, namun ia paksa untuk membersihkan kelas itu. Memeriksa setiap kolong meja sampai akhirnya gadis itu menemukan sebuah buku sketsa tepat di kolong meja Kaenan.
Jeslin tidak berniat membuka buku sketsa tanpa ia sadari selembar foto jatuh ketika ia hendak memindahkan buku itu ke loker Kaenan. Jeslin hendak menarik gagang loker namun pergelangan gadis itu dicekal kuat.
"Mau ngapain?"
Suara berat Kaenan terdengar dingin.
Pria itu tadinya izin kelas terakhir untuk mengikuti rapat OSIS. Ia sudah berniat pulang, namun teringat akan buku sketsa yang tertinggal di kolong meja. Kaenan menatap Jeslin lekat, menarik kasar buku sketsa yang berada di genggaman Jeslin.
Gadis itu bahkan tidak menyadari kapan Kaenan memasuki kelas itu.
Kaenan langsung membuang muka, matanya terbelalak melihat selembar foto polaroid yang berada tepat di samping sepatu Jeslin.
Glek....
Gugup, namun Kaenan berhasil mengelabui Jeslin dengan wajah tenangnya.
"Ngapain lo ngomong sama gue? Lupa kalau gue benci sama lo?!" cetus Jeslin bersamaan dengan dia yang menepik kasar cekalan jemari pria itu.
Kaenan tidak peduli, momen itu ia manfaatkan untuk mengambil foto polaroid itu dan memasukan buku sketsa ke dalam ransel, lantas menatap Jeslin yang sudah berjalan menjauh. Mata Kaenan membulat ketika sadar Jeslin kehilangan keseimbangannya. Pria itu langsung menahan tubuh Jeslin yang terlihat lemah.
Sesaat keduanya diam, sentuhan tangan Jeslin cukup mampu meninggalkan desir dalam hati Kaenan. Aroma citrus yang menyeruak begitu pekat namun menenangkan, membuat Kaenan menelan ludah kasar, wajah mereka yang terpaut dekat entah kenapa berhasil menciptakan debar di antara keduanya.
"Gue benci lo Nan!"
Helaan napas berat milik Kaenan menampar hangat lekuk wajah Jeslin.
"Gue sayang lo Jes,"
Tubuh Jeslin menegang, ia menatap Kaenan dengan tatapan yang sulit diartikan, namun yang ditatap hanya membalas dengan tatapan yang paling teduh.
"Gue confes perasan gue, biar lo tau kalau ada orang yang juga sayang sama lo-"
"Gila lo! Gue ingetin gue benci lo!" cetus Jeslin kesal.
Kepala gadis itu sudah pusing dan Kaenan menambah rasa pusing itu lagi. Jeslin hendak pergi namun jemari Kaenan mencekal pergelangan Jeslin lagi. Ia menarik tubuh Jeslin dalam pelukannya. Jeslin tentu memberontak, namun Kaenan semakin menguatkan pelukannya.
"Gue juga mau ngelindungi lo, tapi lo gak pernah ngasih gue kesempatan itu," lirih Kaenan mengatakan.
Gemuruh jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Hampir setahun Kaenan menahan perasaannya itu, dan sekang semesta seolah berpihak pada dirinya. Ruang kelas yang sangat berantakan menjadi saksi bisu dari perasaan yang selama ini Kaenan simpan. Jeslin bisa merasakan gemuruh jantung Kaenan berdetak dua kali lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless [REPOST]
Teen FictionRepost update rutin setiap Rabu, Jumat dan Minggu di jam 8 malam :"-) :::: Kita adalah kisah happy ending dengan epilog yang menyakitkan. :::: "Sakit." Bukan. Bukan lukanya namun perasaannya. Ia menarik napas panjang, dadanya teramat sesak, bahkan...