29| Seperti Dia

106 14 27
                                    

Hallo
Apa kabar semoga sehat selalu
Kemarin kau post tapi capek banget pas pulang trening:")

Terimakasih ya sudah mau baca lagi. Komen kalian sangat membuat aku senang.

Kalau kalian bilang:
Aku gak sabar buat baca lagi

Kalian juga harus tau:
Aku juga gak sabar buat selalu baca setiap komen kalian. Apa pun komen yang kalian kasih aku selalu senang.

Ok don't too be long
Happy reading 💜

-HOPELESS-

Sebenarnya tidak ada orang yang benar-benar jahat. Mereka hanya menunjukan sisi buruknya pada orang yang berhasil membuat dirinya merasa muak.

-HOPELESS-

Helaan napas beras Skyland terdengar jelas. Pria itu mengusap hangat pucuk kepala Jeslin. Rania sudah pulang sepuluh menit yang lalu meninggalkan Jeslin yang semakin kacau.

Selama itu pun Jeslin hanya diam, menatap nanar tembok kamarnya. Alunan musik Magic Shop mengalun jelas, memenuhi ruangan kamar yang seolah mencekam ini. Skyland sengaja menyalakannya, pria itu tahu Jeslin menyukai lagu itu.

"Jeslin," panggilnya pelan.

"Baju lo basah, ganti Jes, nanti makin sakit."

Jeslin betah diam, buliran bening jatuh lagi membekas di pipi kirinya. Sekali lagi Skyland menghela napas berat. Pria itu berjongkok tepat di hadapan Jeslin, mengusap hangat buliran bening yang membekas di pipi gadis itu, beralih mengusap pelan pucuk jemari Jeslin.

"Skyland."

Suara Jeslin terdengar sangat lemah, tatapan gadis itu tersirat luka yang begitu dalam.

"Kenapa?"

"Tolong jaga Hanna ya, mama sesayang itu sama Hanna-"

"Kalau gue ngejaga Hanna siapa yang bakal ngejaga lo?"

Jeslin mendengus geli, ia mengalihkan pandang menatap tepat di iris hitam itu.

"Kalau enggak ada yang ngejaga gue, artinya gue bisa cepet ketemu Tuhan."

Skyland berdecak. Perasaannya ngilu mendengar tuturan Jeslin. Genggaman hangat kini terasa begitu mencekam.

"Lo ngomong apa? Gue enggak suka kalau lo bilang mau ketemu sama Tuhan."

Jeslin menunduk, jemarinya tertaut gelisah, isakan yang samar terdengar jelas di telinga Skyland. Tanpa diminta jemari tebal Skyland menarik Jeslin dalam pelukannya, membiarkan gadis itu menumpahkan sesak yang tak kunjung pergi.

"Lo tau, gue udah cukup sakit buat disakitin lagi."

"Gue capek...semesta seolah enggak pernah denger, kalau gue juga pingin tau gimana rasanya disayang sama mama sendiri."

"Sky gue..."

"Suatu saat nanti semesta sendiri yang akan merebut rasa sakit itu-"

"Bohong. Jangan pernah nenangin gue, dengan omong kosong kaya gitu."

Skyland membuang napas dalam, pria itu mengusap pucuk kepala Jeslin.

"Semesta tau apa yang terbaik buat lo. Semesta enggak bakal ngebiarin lo selalu merasa sedih."

Jeslin tidak menjawab namun melangkah pergi mengambil baju ganti, lantas ke kamar mandi meninggalkan Skyland yang hanya mematung menatap kepergiannya.

Pria itu langsung mengambil sapu dan juga mop membersihkan kamar Jeslin yang tampak berantakan.

Hopeless [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang