10| Kemarahan Jeslin

172 20 10
                                    

071123
Sumpah demi apa aku masih sedih baca part nya.......

Untuk yang baca, ajak2 temen buat ikutan baca ya, biar mood ku makin bagus buat nulis, aku sayang sekali, makasih




Part panjang, jadi bacanya pelan-pelan aja, kalau kalian skip scene, kalian ga akan tau dimana bagian serunya.

Jangan pelit-pelit sama aku lah Lup. Serius efek kalian vote atau spam komentar itu beneran buat aku senang.

Don't too be long
Happy reading 💜

:::

Pergi atau semuanya akan menjadi hancur

:::

KAENAN baru saja keluar dari mini market, menenteng tas belanja merah bata. Pria itu membeli beberapa bungkus qtela untuk camilan dirinya ketika belajar di malam hari. Bagi dirinya mengunyah bisa meningkatkan mood untuk belajar, terlebih qtela merupakan salah satu makanan yang paling Kaenan sukai.

Kaenan melirik arloji di pergelangan tangan, baru setengah sebelas, sudut bibir Kaenan tertarik simpul melihat air pancuran, di sana cukup sepi, Kaenan juga ingin me-relax-kan pikiran, hampir satu setengah jam belajar dengan Halle dan juga Yaffi, pikirannya terasa pening, mungkin jika duduk sebentar di dekat air mancur sambil menikmati qtela bisa membuat dirinya lebih relax. Pria itu melihat kanan kiri, memastikan jika jalanan memang cukup lengang.

Berjarak semeter ia menghentikan langkah, ia bisa melihat seorang gadis duduk sendiri di dekat air mancur itu. Kaenan diam, menelan ludah kasar. Sudut bibir pria itu tersenyum samar.

Jeslin secantik itu ternyata.

Ia baru saja ingin menyapa, namun seorang pria yang tengah berlari mendekati Jeslin membuat niat Kaenan menjadi urung. Kaenan hanya diam, menatap dua punggung itu. Ia meremas kasar tas belanja merah marun semata-mata menahan perasaan kesal yang semakin tersulut.

Kalau saja Kaenan lebih cepat, mungkin pria itu yang ada di samping Jeslin. Kaenan berjalan mundur, memilih pergi meninggalkan mereka.

***

"KENAPA lagi hm?"

Suara berat Skyland terdengar begitu lembut. Pria itu duduk di samping Jeslin membiarkan gadis itu bersandar pada pundak kiri. Jeslin diam saja, menyeruput pink smoothie yang Skyland berikan. Gadis itu betah diam, membiarkan Skyland menutupi tubuh gadis itu dengan kemeja flanel berwarna biru dongker.

"Gue mau cerita, tentang masalah gue, mungkin lo bakal mikir masalah gue terlalu sepele, tapi ini bener-bener menyesakkan."

Satu isakan lolos dari bibir mungil gadis itu.

"Kapan gue pernah nganggep masalah lo sesepele itu?"

Skyland balik bertanya, jemarinya mengusap hangat pucuk jemari Jeslin yang sedari tadi ia genggam.

Hening cukup lama, sampai akhirnya Jeslin kembali membuka suara.

"Orang tua gue cerai."

Skyland diam, ia bisa merasakan genggaman tangan Jeslin lebih erat dari sebelumnya.

Jeslin tertawa hambar.

"Padahal mereka udah sepakat bakal cerai diumur gue yang ke tujuh belas."

Skyland masih betah diam, menyadari betapa susahnya Jeslin menahan getar di setiap kata yang ia lontarkan.

Hopeless [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang