23| Sesak

113 12 39
                                    

Hallo post ini dulu nantik aku balik lagi kok kan udah janji ama kalian💜

Makasih Lup...

Aku kangen banget baca komentar kalian. Ayo dong komen biar aku juga tw kalian siapa aja :")


:::

Tuhan aku mau pulang
____Jeslin Anggun Raliana.

:::

Tidak peduli jika malam semakin larut dan angin bertambah dingin. Jeslin betah duduk di atas roof top gedung yang biasa ia kunjungi. Luka di tulang pipi ia biarkan begitu saja, pun terlihat jelas bekas darah di sudut bibirnya. Gadis itu memilih memejamkan mata membiarkan angin menyapu pelan setiap lekuk wajah gadis itu. Sampai akhirnya buliran bening di sudut mata jatuh tanpa bisa ia tahan. Jemarinya langsung tergerak mengusap bekas buliran bening tadi.

“Sakit.”

Bukan. Bukan lukanya namun perasaannya.

Ia menarik napas panjang, dadanya teramat sesak, bahkan bernapas pun begitu menyakitkan.

“Tuhan, tolong dengar, aku mau pulang.”

Lirihan yang penuh duka keluar begitu saja. Semesta seolah senang melihat senyum di sudut bibir Jeslin bertambah pudar.

“Aku hanya penikmat luka yang tidak pernah mengerti cara untuk sembuh.”

Jeslin betah menutup matanya, sedikit menengadah menikmati setiap desir angin malam yang cukup mampu membawa semua luka yang begitu menyesakkan, namun meninggalkan bekas yang terpahat apik.
Perlahan kedua lengan gadis itu memeluk dirinya sendiri, ia tersenyum kecut. Lantas membuka mata melihat ke bawah sana.

Tinggi.

Mungkin, kalau jatuh ke bawah lukanya akan segera berakhir.

Ia kembali menengadah, menatap langit yang semakin pekat. Tungkai kaki gadis itu maju selangkah tepat berada di pinggiran roof top.

Selangkah lagi lukanya akan segera berakhir.

“Maaf Tuhan, tapi aku terlalu lemah,” lirihnya pilu.

Arhg..

Jeslin memekik merasakan tubuhnya jatuh membentur atap. Semakin terperajat merasakan jemari tebal merengkuh tubuh mungilnya.

Sial, gagal lagi.

Pria itu masih membekap Jeslin, dengan napas yang memburu yang terdengar teramat nyata. Aroma mint tercium begitu pekat. Sudut bibir Jeslin tersenyum getir, namun gadis itu masih mendengar debaran jantung yang teramat cepat.

“Skyland,” panggil Jeslin pelan.

Jemari lentik Jeslin menyentuh lengan Skyland.

“Sky—“

“Diam. Biarin gue nenangin diri gue dulu,” katanya tak terbantah.

Debaran jantung Skyland masih memburu membuat Jeslin mengusap pelan punggung kokoh itu. Skyland membuang napas berat, menghirup banyak pasokan oksigen untuk memenuhi rongga paru-paru yang terasa sesak.

Masih membekap Jeslin, jemari tebalnya menyeka buliran bening di sudut mata. Ia tidak ingin Jeslin melihat buliran bening itu. Perlahan ia melepas pelukannya, menatap teduh di manik Jeslin.

“Lo mengingkari janji lo lagi.”

Jeslin diam, memilih membuang muka. Bangkit berdiri memilih duduk di bangku yang hampir lapuk.

Hopeless [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang