24| Singkat

99 13 11
                                    

Hallo....

Ternyata kagak ada yang nungguin 😭

Tau ahhh.....

Ok silahkan di baca judul dan partnya sama. Sama-sama singkat 🤣

Tadi gimana harinya?

:::

Singkat yang tak berbekas

::::

“Way, catet nih, bu Rina telat masuk kelas. Tadi gue ketemu dia di koridor.”

Suara Halle terdengar jelas di ruang kelas yang mencekam ini. Pria dengan seragam yang tidak pernah di kancing itu meletakan selembar kertas di atas meja Wayang.

“Foto aja lah Le,” sahut Wayang santai, segan menoleh pada Halle.

Pria itu bersama Jeslin malah fokus pada mv Idol.

Halle mendengus, menyadari kelakuan dua orang yang sama gilanya. Tungkai kakinya tanpa ragu menendang meja Wayang membuat seisi kelas terperanjat.  

“Terus apa gunanya lo ngejabat sebagai sekretaris kelas?!”

"Santai bro," sewot Jeslin.

"Bangsat!"

"Dih ngatain, diri sendiri lo?!"

"Jeslin cukup."

Wayang melerai keduanya. Pria itu menghela napas panjang, melihat Halle yang sudah melempar tas punggung ke atas meja.

"Woi kecilin tuh musik, lo pikir lo doang yang punya kuping?" Halle semakin kesal dengan tingkah Jeslin.

Bukannya jera gadis itu sengaja menambah volume ponselnya.

"Iri bilang bos!"

"Stres gue ngomong ama lo,"

"Diem!" Jeslin ngegas. " Dialog lo gak penting," sambungnya.

"Tot!" gumam Halle namun masih terdengar samar.

Halle melihat Kaenan yang pura-pura tidak melihatnya. Ia berdecak, memilih menarik lembaran buku Yaffi dan mengipasi diri dengan buku itu—kebiasaan Halle yang sangat menyebalkan.

Yaffi mendengus tidak berani menegur Halle.

Kali ini pun Wayang sudah menarikan spidol di papan putih itu. Dengan malas pria itu mencatat materi yang terpampang di lembaran kertas.

Alis Flower tertaut berkali-kali lipat melihat tulisan Wayang yang sangat tidak biasa.  Tulisan Wayang memang sudah jelek namun kali ini sangat lah jelak. Tulisan pria itu selalu saja miring ke atas, membuat Flower menatap jengah.

“Yang, benerin nulis ini gue sulit bacanya,” keluh Flower masih sabar.

“Bung, ini  saya udah bener.”

Gadis itu menyipitkan mata melihat Wayang  yang masih menulis asal-asalan tanpa keniatan di dalam dirinya.

“Yang, serius gue sulit bacanya!” ketus Flower mulai jengah.

Hanya Wayang saja yang bisa membuat dirinya seemosi ini. Lebih menyebalkan Wayang malah terkekeh melihat wajah kesal Flower.

“Bung, yang lain aja enggak ada yang protes.”
Flower berdecak, melihat punggung tegap Wayang.

“Yang, lo nyebelin, Yang!”

Hening sesaat. 

“Cie Flower sayang-sayangan sama Wayang padahal enggak pacaran,” celetukan Yaffi berhasil membuat seisi kelas tertawa geli.

Memang dari dulu Flower terbiasa memanggil Wayang dengan sapaan Yang. Gadis itu merasa aneh jika memanggil Wayang dengan sapaan Way. Pun dengan Wayang, pria itu bahkan dengan seenak jidat mengganti nama Flower menjadi Bunga.

Wayang berbalik menatap Flower dengan senyum merekah.

“Kenapa Bung, mau pacaran sama saya? Biar gampang manggil sayangnya,” goda Wayang geli.

“Apa sih, Yang,”

Wayang tersenyum manis pada Flower. “Tuh kan, manggil sayang lagi padahal enggak pacaran,”

“WAYANG!”

"Apa sayang?"

Bukan, itu bukan suara Wayang namun suara Jeslin dengan kekehan yang sangat berderai.

***

“SEKARANG ada latihan karate lagi?”

Skyland bertanya pada Jeslin saat mereka bertemu di taman belakang. Jeslin mengangguk namun Skyland menatap cemas.

“Pak Buna minggu depan halangan jadi jadwalnya dimajuin sekarang,” jelas Jeslin santai, gadis itu memilih meneguk good mood yang baru Skyland belikan.

“Terus, kelas lo gimana?”

“Minggu depan anak-anak karate nyusul pembelajarannya.”

Skyland diam, menghela napas berat.

Ia takut.

Takut jika Jeslin terluka lagi.

Luka memar di bawah matanya saja masih terlihat begitu kentara. Jeslin meneguk kembali good mood itu. Sesaat melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiri. Jemarinya tergerak melepas jam tangan itu namun dengan cepat jemari tebal Skyland mencegah.

“Enggak usah di lepas.”

“Kenapa sih Sky? Gue enggak mau aja jam ini nanti rusak,”

“Kalau rusak gue beliin yang baru.”

Jeslin berdecak. Melihat iris hitam legam Skyland.

“Yaudah. Gue pergi dulu ya udah telat nih gue.”

Skyland diam. Ada perasaan tidak ikhlas setiap kali jika Jeslin mengatakan untuk latihan karate. Masalahnya hanya satu—Jeslin saja satu-satunya gadis yang memilih untuk mengikuti club karate.

“Jes, inget tandingnya sama Wayang aja,” pesan Skyland sebelum gadis itu pergi.

Jeslin mengangguk malas. Bosan mendengar pesan Skyland yang selalu sama. Tanding dengan Wayang itu kurang greget. Wayang bahkan tidak pernah membalas pukulannya.

Jeslin kembali berjalan, namun suara Skyland lagi-lagi terdengar.

“Jeslin,”

“Apa?”

“Inget, jangan tanding sama Halle.”

Jeslin tersenyum magis.
Kayanya seru nih.

“Hem,”

“Hem gimana?!” Skyland sewot.

“Iya.”

Gadis itu memilih pergi dari hadapan Skyland. Jeslin tidak tahu saja perasaan Skyland selalu cemas memikirkan dirinya. Dan Jeslin tidak pernah tahu Skyland selalu merasa pusing jika dirinya bersikap di luar nalar.

:::

Spoiler part 25:

“Asal lo tau Le, luka fisik yang lo kasih ke gue, enggak sebanding sama luka batin yang Hanna dan Kaenan kasih ke gue.”

:::

GIMANA SAMA PARTNYA?

DIKIT YA:")

NANTI DOUBLE POST LAGI KALAU FOLLOWERS IG KU 250 WKWKW BISA LAH YA...

IG: mimingmin_

KALAU GAK JUGA,  YA AKU POST PAS LAGI PINGIN AJA LAH WKWKW

KALIAN BISA CHECK SOSMED KU DI BIO WATTPAD KU.

Terimakasih sudah membaca.

Inget vote💜
11.01.22;
21:21

Hopeless [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang