27| Nightmare

106 10 24
                                    

Halo...

Apa kabar?

Kalian nungguin update an cerita ini gak sih? Kalau jawabannya iya, maka aku pun sama. Aku juga selalu nunggu komen dan vote dari kalian.

Terimakasih Lup💜

Ok don't too be long
Happy reading 💜

::::

-Semesta hanya ingin melihat, sejauh mana kita bertahan-

-HOPELESS-

“Skyland,” lirih Jeslin berhasil membuat Kaenan menatap kecewa.

Mata gadis itu masih terpejam namun bibirnya tidak berhenti menggumamkan nama Skyland.

“Skyland,” lirihnya terdengar pilu.

Kaenan masih betah diam, pria itu duduk di kursi dekat bangkar. Tatapannya teduh melihat wajah Jeslin semakin pucat.

“Jangan tinggalin gue Sky.”

Suara Jeslin terdengar gemetar dan begitu terluka. Ada buliran bening yang jatuh di sudut matanya. Jeslin terus menggumamkan nama Skyland, dengan suara yang terdengar pilu. Matanya terpejam namun masih betah mengeluarkan air mata.

“Jeslin, lo mimpi buruk?”

Kaenan tampak cemas melihat buliran bening yang terus menetes dari sudut mata gadis itu. Kaenan ragu untuk menenangkan Jeslin. Namun tangisan gadis itu terdengar menyesakkan.

Perlahan, jemari pria itu tergerak mengusap hangat pucuk kepala Jeslin, menenangkan gadis itu dari mimpi buruknya.

“Skyland, di sini gelap, gue takut,” lirih Jeslin pilu, matanya masih terpejam namun tangisan gadis itu tidak sepilu tadi.

“Skyland.”

Jeslin masih mengigau lirih, dan pria itu masih mengusap hangat pucuk kepala Jeslin.

Jemarinya tergerak menggenggam erat jemari lentik Jeslin, seolah mengatakan pada gadis itu untuk keluar dari mimpi buruknya.

“Skyland,”

“Gue di sini,” ucapnya sangat pelan.

“Tapi, gue bukan Skyland.”

Tanpa Kaenan sadari, Skyland berdiri di balik pintu kaca itu. Dada Skyland begitu sesak melihat orang lain yang menenangkan Jeslin. Dia di sini tapi tidak sanggup berada si posisi itu. Ia hanya mampu untuk diam, menekan semua rasa sakit yang selalu bisa meninggalkan luka.

Skyland membuang muka ketika melihat Kaenan dengan lancangnya mengecup hangat punggung tangan Jeslin. Hatinya seolah teriris secara perlahan, dan semesta seolah sedang mentertawai dirinya.

Ceklek

Suara pintu yang terbuka sangat pelan, membuat Kaenan melepas genggamannya. Ia tidak menoleh ketika sadar suara sepatu terdengar samar di telinga. Sudut matanya melihat sepasang sepatu hitam itu.

“Maaf, kalau Jeslin nyusahin lo.”

Suara berat Skyland terdengar serak. Kaenan diam memilih bangkit membuat jarak yang cukup jauh di antara dirinya dan Skyland.

“Sama sekali enggak nyusahin,” balasnya tenang.

Mereka diam cukup lama, berdiri sejajar di garis yang sama, dengan pandangan yang betah menatap setiap jengkal wajah Jeslin. Skyland diam, pun dengan Kaenan, namun keduanya seolah terjebak pada suasana yang semakin mencekam.

Hopeless [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang