22| Gue Benci Lo. Sangat.

119 12 14
                                    

Hallo?

Kalian seneng gak sih aku up lagi?

Kenapa masih baca cerita ini?

Ceritaku seru gak sih?

Ok don't too be long
Happy reading 💜

****

Benci gue, sepuas yang lo mau, kalau itu bisa buat lo tenang.

::::

PONSEL Jeslin berdenting, membuat Skyland yang tadi minum kini menutup kembali minuman dingin itu.

"Siapa?" tanyanya cukup penasaran.

Jeslin diam menunjukan benda pipih yang masih berbunyi itu. Sebelah alis pria itu naik.

"Angkat Jes. Emang lo enggak kangen?"

Jeslin tetap diam, ia menghela napas panjang, sedikit cemas menerima panggilan itu.

"Halo? Kenapa Pa?"

"Nanti malam kamu ada acara?"

Jeslin diam cukup lama, ia benar-benar gugup. Jemarinya terlihat memucat. Gadis itu menatap sendu manik Skyland ketika jemari tebal itu menyentuh hangat pundaknya. Sebelum menjawab Jeslin menarik napas panjang.

"Enggak Pa,"

"Bagus. Nanti malam ikut Papa, papa mau ngenalin kamu sama seseorang,"

"Siapa?" Jeslin semakin cemas, lekuk wajah gadis itu tampak pias, ia menatap iris Skyland lagi.

"Teman wanita papa-tante Luna."

Napas Jeslin tercekat.

"Jeslin, enggak mau-"

"Kamu tidak memiliki hak untuk menolak."

Panggilan langsung terputus sepihak. Sudut bibir Jeslin tersenyum kecut, ia menunduk menyembunyikan buliran bening yang muncul di sudut mata. Satu isakan terdengar samar di telinga Skyland, pria itu memilih duduk di samping Jeslin.

"Kenapa?" Skyland bertanya pelan.

"Bokap lo bilang apa?"

Jeslin masih menunduk, satu buliran berhasil jatuh di punggung tangannya. Sudut bibirnya tertarik mengguratkan senyum paksa.

"Ngajakin gue makan malem."

Skyland diam, pun dengan Jeslin.

"Terus kenapa sedih?"

Gadis itu menggeleng singkat, sampai akhirnya tersenyum hambar.

"Skyland," panggil Jeslin pelan

"Hm?"

"Semesta emang suka ngelucu ya."

Skyland diam sebentar, tatapannya teduh menatap lekat manik Jeslin.

"Iya. Lucunya semesta, malah bikin kita merasa sakit."

***

JESLIN menatap pantulan diri dalam cermin. Wajahnya tengah dirias begitu cantik, tubuh semampai itu terbalut dress berwarna hitam dengan renda emas, namun tetap saja sedari tadi tidak ada senyum yang bernai muncul di bibir tipisnya.

"Sudah, saya pamit dulu ya mbak,"

Enggan menjawab, Jeslin hanya mengangguk.

Merasa diabaikan wanita itu tersenyum kecut, lantas membereskan semua alat make up untuk pergi dari kamar Jeslin.

Hopeless [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang