Maaf ya part ini juga cukup panjang
Serius komen kalian sangat membuat aku semangat:")
Aku cuman pingin post aja, kasihan nantik lama-lama cerita ini jadi lumutan.
Kalian suka sama siapa di cerita ini?
Kalau Halle: Hanna :")
Ok don't too be long
Happy reading 💜::::
Ternyata kata andai jauh lebih menyakitkan dari pada kata tidak.
::::
“HANNA tenang,” tuturan suara Rania terdengar lembut menenangkan Hanna.
Wanita itu bahkan tidak menoleh hanya sekadar melihat Jeslin. Hanna melepas pelukan Rania, tersenyum smirk pada Jeslin. terlihat gadis itu mengusap pelan sudut matanya yang sedikit menitikan buliran bening.
“Lo enggak perlu pergi dari pesta gue Jes, karena gue enggak sejahat lo,” cetus Hanna pelan.
Rania menatap lekat manik Jeslin, seperti dua orang asing yang sebelumnya tidak pernah kenal. Wanita itu membawa Hanna pergi, meninggalkan Jeslin begitu saja.
Jeslin diam, luka di sudut hatinya bahkan belum sembuh sempurna, dan sekarang Rania menambah luka baru yang cukup mampu meninggalkan perasaan perih di sudut hatinya.
Jeslin hendak pergi, namun jemari Skyland menarik pergelangan gadis itu, membawa Jeslin dalam dekapannya. Jeslin membalas erat pelukan Skyland, orang-orang di sana memilih untuk pergi meninggalkan mereka, namun Kaenan tidak, ia betah berdiri di tempatnya. Meski Yaffi menarik lengannya pria itu tetap mematung, sampai akhirnya Wayang merangkul leher Kaenan membawa pria itu pergi dari sana.
Skyland masih betah menenangkan Jeslin, membiarkan gadis itu menumpahkan semua sesak yang bersarang dalam sudut hati. Gadis itu mendongak melihat Skyland dengan tatapan penuh duka. Skyland tersenyum getir, mengusap cairan merah kental di sudut bibir Jeslin. Ia meniup hangat luka sobek di sudut bibir Jeslin. Gadis itu merintih pelan, namun Skyland lagi-lagi meniup luka itu.
“Mending lo pergi cari nyokap lo, gue minta maaf karena enggak bisa nyegah nyokap Hanna buat enggak nampar lo.” Sesak Skyland mengatakan itu. Jeslin menunduk, menahan semua isak yang selalu berhasil meninggalkan sesak.
“Nyokap gue yang barusan nampar gue,” getirnya berhasil membuat Skyland bungkam.
“Lucu ya, elo sampai mikir kalau dia nyokap Hanna,” sambung Jeslin dengan dengusan geli.
Gadis itu menarik napas dalam, memenuhi rongga paru-paru yang semakin sesak. Skyland hanya diam, ia terluka namun Jeslin jauh lebih terluka. Diraihnya pucuk jemari gadis itu diusapnya hangat.
“Gue enggak apa-apa,” cetus Jeslin, menggurat senyum simpul.
Skyland tahu sulit bagi Jeslin tersenyum seperti itu, namun tetap saja gadis melakukannya.
“Sky, gue mau minum pink smoothie,” cetus Jeslin dengan senyum yang masih sama. Skyland mengusap hangat pucuk jemarinya lagi, membalas senyuman manis Jeslin.
“Ayo kita minum pink smoothie,” balas Skyland begitu lembut.
***
PESTA ulang tahun Hanna sangat lah meriah, kuenya saja sampai bertingkat, di tambah suara kembang api terdengar jelas bersamaan ketika Hanna telah meniup api lilin yang tertancap pada kue. Jeslin hanya bisa diam menikmati pink smoothie, rasa manis bahkan tidak ia kecap lagi, pink smoothie itu semakin lama ia nikmati semakin terasa hambar. Ia hanya menatap nanar ke arah Rania, wanita itu terlihat sangat senang berada di samping Hanna dan seorang pria paruh baya juga ada di samping kiri Hanna. Jeslin menerawang kapan terakhir kali Rania sesenang itu ketika berada di dekat Jeslin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless [REPOST]
Teen FictionRepost update rutin setiap Rabu, Jumat dan Minggu di jam 8 malam :"-) :::: Kita adalah kisah happy ending dengan epilog yang menyakitkan. :::: "Sakit." Bukan. Bukan lukanya namun perasaannya. Ia menarik napas panjang, dadanya teramat sesak, bahkan...