34| Rasa yang Berbeda

106 10 17
                                    


Ayuk atuh banca hidden scene yg aku buat di ig ku: miminglup_

Ok don't to be long
Happy reading💜

HOPELESS

-Hati saya seperti rumah, pintunya selalu tertutup, tapi tidak pernah terkunci-

Jeslin melangkah menyusuri lorong koridor yang tampak ramai. Tatapan sinis dan penuh kebencian terpatri di setiap mata yang menatap dirinya. Ia benci menunjukan sisi dirinya yang lemah.

Bhuk

Lemparan keras mengenai punggung Jeslin. Ia menatap gumpalan kertas itu penuh lekat. Beberapa murid dengan sengaja merundung dirinya.

“Berani banget lo dateng ke sekolah lagi?!”

“Bapaknya pengusaha, kelakuan anaknya less akhal!”

“Mental tukang halu kaya gini, wajar sih bersembunyi dibalik punggung orang tuanya!”

“Bacot!” sinis Jeslin ketus.

Gadis itu menatap ke semua pasang mata yang dengan berani mengatai dirinya, tanpa tahu fakta yang sebenarnya.

“Wah mental lo gede juga Jes,” celetuk seorang pria yang ikut dalam gerombolan itu.

Sudut bibir Jeslin tersenyum smirk. Ia dengan berani menatap galak mata legam itu.

“Jelas, enggak kaya mental lo pada, braninya kroyokan. Lemah!”

Bhuk

Lagi langkahnya tertahan dengan lemparan yang sengaja di arahkan pada dirinya. Ia mengepalkan jemari kuat. Cukup kemarin saja ia dipermalukan, sekarang tidak lagi—namun terdengar sangat mustahil.

“Lo itu sampah di sini—“

“Ngaca!” cetus Jeslin cepat.

Ia menatap sengis manik Siska. Mengambil botol minuman yang sengaja digunakan untuk melempar punggung Jeslin. Jemari Jeslin menarik kasar tangan Siska memaksa gadis itu memegang botol yang sempat ia pungut. 

“Di sini tempat sampah yang sebenarnya,” desis Jeslin penuh penekanan. Mata gadis itu sama sekali tidak lepas dari manik Siska.

“Jangan lo pikir gue takut sama lo, cuman karena lo kacung Yassy!”

Sudut bibir Jeslin tersenyum smirk, sebelah alisnya terangkat.

“So, enggak usah sok ngebully gue!” sinis Jeslin mengatakan. Siska mencebik. Gadis itu seolah kehilangan seribu bahasa untuk membalas kalimat Jeslin.

“Lo boleh ngatain gue sampah, kalau lo merasa menjadi manusia yang hidup tanpa celah!”

—HOPELESS—

Brak…

Jeslin melampar kuat tas punggung yang ia kenakan ke atas meja. Menatap Flower yang ternyata memilih membuang muka. Gadis itu tersenyum kecut menyadari Flower memilih duduk bersama Wayang meninggalkan Jeslin sendirian.

Semua pasang mata menjadikan dirinya pusat perhatian. Dan lagi Jeslin muak, seolah dirinya seperti tahanan yang harus segera diadilkan.

“Lo semua mau matanya gue congkel?!” sinis Jeslin membuat semua pasang mata membelakak mendengar kalimatnya. Ia melangkah pelan kemejanya.

Hopeless [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang