Part 10 : Usaha

14 6 0
                                    

Setelah semua hal yang dijelaskan Kelvin tadi malam, Robi bertekad untuk menjadikan Rini sebagai pacarnya. Ia mulai memperbaiki gaya berpakaiannya, gaya rambutnya, parfumnya dan bahkan semua hal yang bisa dia ubah.

"Ma, Robi berangkat sekolah dulu ya."

"Anak Mama ganteng banget hari ini, mau ke sekolah atau ke kondangan ?" Tanya mamanya Robi dengan gurau

"Masa Mama gak liat, Robi kan pakai baju sekolah, jadi Robi pasti mau ke sekolah."

"Iya deh, Robi belajar yang rajin ya. Biar kelak bisa jadi anak yang sukses dan bisa jadi penerus Papa."

"Iya Ma. Kalau gitu Robi berangkat sekolah dulu ya."

Berbeda ? iya berbeda jauh. Memakai jaket Denim Jeans, mengendarai motor gede. Semua dilakukan Robi untuk menarik daya pikat Rini kepadanya.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, suara knalpot nyaring itu mulai menggelegarkan satu sekolah. "Siapa dia, murid baru?" kata seorang murid. Kelvin yang saat itu sedang berada di parkiran, sontak dikejutkan oleh suara motor yang sangat nyaring itu. Sampai akhirnya, siswa dengan motor gede itu menghampiri Kelvin.

"Lu siapa? murid baru?"

Ia pun mulai membuka helmnya dan seketika...

"Hai Kelvin"

Kelvin terkejut. "YA AMPUN ROBI, ngapain kamu pakai kayak gini, pake bawa motor gede segala lagi."

"Hehe, ini aku lakuin supaya Rini makin naksir sama aku, biar keliatan LAKI."

Kelvin menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir. Ia pun menepuk pundak Robi. "Rob. cewek itu suka cowok yang apa adanya, sederhana dan jadi dirinya sendiri. Bukan sok sok jadi orang lain."

"Ya, tapi kan, kalau aku apa adanya, ntar kelihatannya culun, lugu. Mana mau Rini sama aku."

"Kita belum coba loh, tampil apa adanya lebih baik. Ketimbang harus berpura-pura keren."

"Gini deh, aku bakal bantuin kamu untuk dekat sama Rini, semoga sampai kalian pacaran ya. Kalau misalkan memang gak bisa, ingat pesanku tadi malam kan ?"

"Jangan dipaksakan." jawab Robi sambil mengeja

"Pintar temanku. Buruan gih, ntar telat kita masuk."

"Iya-iya bentarr..."

***

"Anak-anak, minggu depan kalian akan menghadapi Ujian Tengah Semester. Bapak harap kalian belajar baik-baik, dan tidak menyepelekan Ujian Tengah Semester. Paham?"

"Paham Pak"

"Kalau gitu sekarang kalian boleh mulai belajar mandiri ya. Bapak sepertinya ada tamu. Ingat jangan ribut!"

Melihat situasi cukup memungkinkan, apakah ini waktu yang tepat untuk Robi menembak Rini di hadapann Kelvin, dan teman-temannya. Rasanya tidak..

"Vin" sambil menyenggol Kelvin. "Gimana kalau nembak sekarang? Mumpung free gak ada guru."

"Yaelah buru-buru amat si Rob."

"Tadi bilangnya mau bantuin."

Dengan terpaksa melihat temannya yang terburu-buru untuk lepas landas dan mendarat di hati Rini, lantas Kelvin pun membantunya.

"Kalau gitu, sekarang kamu ke meja Rini deh, basa-basi apa kek biar kesannya gak formal-formal bet."

"Hah, aku tanya apa?" tanya Robi dengan cemas dan bingung

"Tanya aja keluarganya gimana, dia sendiri gimana. Udah buruan gih daripada bel istirahat." sambil menepuk bahu Robi "U can do this, okay!"

Robi mulai berjalan mendekati meja Rini...

"Halo Rini..."

"Halo Rob, kenapa?"

"Heee, heee, sebenarnya aku---

Kring,kring,kring

"Sebenarnya?" tanya Rini dengan heran

"Sebenarnya, aku mau kasih tau kamu kalau 3 detik lagi bakalan bel istirahat"

Rini bingung, tapi dia cukup terhibur. "Oalah wkwkwk, gpp. Aku kan bisa liat jam di depan."

"Hehe, iya cuman pengen bilang itu tadi."

"Ooo iya-iya. Makasih ya Rob."

"Sama-sama Rin."

Robi pun langsung pergi menuju keluar kelas. Kelvin yang melihat itu langsung lari mengejar Robi.

"Heh, kenapa si?"

"Gak liat ta Vin, waktu aja gak kasih ijin, apalagi semesta."

"Hei, jangan gitu lah. Mungkin bukan hari ini waktunya, lagian juga terburu-buru sih. Baru semalam dikasih tau prinsipnya, sudah mau nembak aja hari ini."

"Iya sih..."

"Take ur time bro. U can do it"

"Thankyou ya Vin"

"Sudah kalau gitu, kita makan bakso aja di kantin gimana?"

"Boleh-boleh deh, kamu yang bayar ya VIn, kan aku pernah bayarin kamu juga kapan hari."

"Hedeuh, iya deh iya."

"Syips. Thankyou Vin"

***

Sepulang sekolah, di gerbang pintu utama

"Eh Rob, liat tuh Rini. Sendirian aja dia di sana, kamu gak mau ke sana tanyain?"

"Hem, bisa juga. Kalau gitu aku ke sana ya."

"Yoii"

Robi mulai memakai jaket Denim Jeansnya itu, dan menyalakan motor gedenya. Ia pun menghampiri Rini yang sedang sendirian di depan.

"Rin ?"

"Eh, Robi"

"Kenapa belum pulang ?"

"Ooh ini, tadi supir aku barusan telepon. Katanya lagi gak bisa jemput. Terus ini aku pesen Ojek Online, tapi dari tadi gak ada yang terima."

"Gimana kalau aku anterin, mau?"

"Kamu gpp ?"

"Gpp. Yok"

"Tapi aku gak ada helm?" tanya Rini dengan khawatir

"Sebentar..."

Robi pun pergi menuju pos satpam. Biasanya di sana banyak helm-helm yang tidak terpakai. Dan kebetulan Robi mendapatkan satu helm yang sedang menganggur di sana.

"Nih" sambil memberikan helm yang ia ambil di dalam pos satpam.

"IIIH, gamau kotorr!" Dumel Rini

"Ya sudah, kamu pakai helm ku, aku pakai helm ini." Sembari melepaskan helm yang sedang ia pakai, dan menukar dengan helm yang ia ambil di dalam pos satpam.

"Nih, aku sudah pakai, kamu pakai punyaku ya."

Belum sempat Rini memakai helm itu.Robi malah merebut helm itu dari tangan Rini dan justru memakaikan helm itu kepada Rini serta mengaitkan tali pengeratnya. Sungguh ini sangat-sangat romantis. Entahlah mungkin waktu hanya sedang bermain-main tadi, dan sekarang semesta yang bekerja.

"Yuk naik" kata Robi

Rini pun berusaha naik di atas motor itu, ia memegang bahu Robi sebagai acuan agar tidak jatuh saat menaikinya. Akhirnya motor pun dinyalakan, dan mereka pulang bersama-sama.

Kira-kira lanjutannya apa yak?
Pantengin terus kuyy, lanjut part selanjutnya ya!

Rasa & KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang