Part 32 : Kenyataan Pahit dan Sakit Hati

5 3 0
                                    

HALLO SEMUA PEMBACA!

PERTAMA, AKU MAU UCAPIN PERMOHONAN MAAF AKU, SEBAB SUDAH DUA MINGGU AKU NGGAK UPDATE CERITA INI. JUJUR, LAGI BANYAK BANGET YANG DIURUS. MOHON PENGERTIANNYA YA 🙏

AKU BERHARAP KALIAN MASIH SETIA DENGAN CERITA INI YA 

AKU SANGAT BERSYUKUR PUNYA KALIAN, READERS YANG MASIH SETIA NUNGGUIN CERITA INI UPDATE!

SEMOGA TETAP BETAH YA! 😊😊😊

OKE, KALAU BEGITU. KITA MULAIKAN SEKARANG AJA YA CERITANYA?

EITSS, SEBELUMNYA BAGI KALIAN YANG BELUM FOLLOW WP INI, SILAKAN FOLLOW DULU YA!

JANGAN LUPA JUGA PROMOSI JUGA KE TEMEN-TEMEN KALIAN!

KALAU SUDAH, MARI KITA LANJUTKAN CERITANYA YA?

SIAP???

---ENJOY---

Di sepanjang perjalanan pulang, Robi terus-menerus memukul stir mobilnya. Ia tak kuasa menahan kepahitan yang dia terima tadi.

"Kurang baik apa?"

"Semesta, kejam!"

"Kenapa hanya pertemukan, tapi tidak menyatukan!"

Robi terus menerus memukul stir mobilnya dengan mata yang telah berkaca-kaca. Pahit rasanya mencintai seseorang yang ternyata mencintai orang lain. Namun mau dikata apa? Semesta memang selalu bercanda soal rasa.

Masih terasa sesak di dada ketika mengingat apa yang tadi Rini katakan tadi saat di taman. "Makasih ya Rob, kamu orang baik, aku selalu merasa aman dan nyaman di dekatmu. Tapi please jangan tinggalin aku, terlalu banyak momen saat kita bersama, gak mudah buat hapus semua itu kalau kamu ninggalin aku..."

Robi menyadari bahwa ini adalah hal yang sangat sulit baginya. Bagaimana jika ia masih memberikan perhatian dan rasa yang sama, Sedangkan Rini telah memiliki cowok yang lain? Akan sangat perih baginya untuk bertahan dalam kondisi seperti ini.

***

Setelah Robi pamit untuk pulang dari rumah sakit. Ia masih saja tak bisa tenang, apalagi kedua peristiwa yang terjadi sangat-sangat sulit untuk diterimanya. Pertama, kehilangan orang yang sangat ia cintai dan sayangi, kehilangan sosok sang Ibu yang sangat banyak berjasa dalam hidupnya. Kedua, ia harus menolak cinta tulus seorang pria yang sedari awal selalu membantunya, selalu menghiburnya, dan selalu ada untuknya. Namun tetap bagaimanapun, sebuah janji tetap harus ditepatin, ia tak bisa memaksakan perasaannya sekarang, batasan itu terlalu kuat untuknya.

Rini mendatangi Bapak yang tengah terduduk lelah pada sebuah kursi.

"Pak, mau Rini belikan minum?" tanya Rini kuatir, sebab terlihat jelas di muka Bapak bahwa ia sangat lelah dalam mengurus prosesi-prosesi penguburan.

"Gak usah," lirih Bapak. Pria paruh baya itu memang sudah sangat letih malam ini, namun bagaimana, ia harus tetap mengurus segalanya terhadap mendiang sang istri.

"Pak, sudah jam 02.00, kita istirahat ya." Jawab Rini dengan sangat pelan, karena dirinya sudah sangat lelah hari ini.

"Iya," jawab Pak Dito, sembari merangkul anaknya yang sudah sangat lelah hari ini. Mereka pun segera menuju kamar tempat sebelumnya sang Ibu dirawat untuk menetap dan beristirahat malam ini. Pak Dito yang tidur di kasur, sedangkan Rini yang tidur pada sebuah sofa hitam yang tersedia di sana. Keduanya beristirahat, namun dengan suasana haru yang masih menyelimuti mereka.

Rasa & KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang