Hallo para readers semua!!!
Author minta maaf kalau minggu kemarin gak update :((
Cukup hectic dengan urusan kuliah. Tapi, hari ini aku akan coba update lagi ya.Hello, jumpa lagi di cerita Rasa & Kata
-Selalu berusaha memberikan cerita yang terbaik----------------------------------------------------------------------------
Kalian pasti kepo ya dengan kelanjutan cerita ini hihihi. Kalau kepo boleh comment ya! Karna, kepo kalian adalah semangat bagi author :)
Dah ya, daripada banyak ngomong, langsung kita lanjut aja!!!
Di dalam mobil, Bromo selalu memutar lagu-lagu yang mereka sukai. Lagu-lagu itu menghiasi perjalanan mereka hari ini.
Kini mereka sudah sampai di tempat Bromo memimpin sebagai Head Office. Iya, FACAS. Yang dulunya merupakan milik dari orang tuanya Bromo. Namun, setelah mereka meninggal dunia, warisan itu turun kepada Bromo. Dan sekarang ia benar-benar memimpin dan menjalankan kantor tersebut.
Reina tercengang melihat kantor yang begitu mewah, ia menelan salivanya "Kamu, beneran jadi Head Office di sini?" tanya Reina memastikan.
Bromo tersenyum. "Sini deh." Ia menarik tangan Reina, dan mengajaknya untuk masuk masuk ke dalam. Sesampainya di dalam, banyak karyawan-karyawan yang mulai menyambut kedatangan Bromo.
"Siang Pak."
Reina heran kenapa semuanya memanggil Bromo dengan sebutan Pak. "Pak? Kenapa semuanya memanggil kamu begitu?"
"Namanya juga Head Office. Jabatan yang paling tinggi di sini, makanya semuanya manggil aku Pak. Sebagai tanda hormat juga."
"Ooh gitu. Kalau gitu sekarang kita mau ke mana?"
"Kita tour di sini dulu ya. Jadi kalau kamu khawatir sama aku, kamu bisa datang ke sini. Dan siapa tau kamu mau anterin aku makan siang?" Ujar Bromo dengan sedikit pesan tersirat.
"Kamu mau aku buatkan makanan? Tinggal bilang aja kali. Gak usah kasih kode-kode gitu." Jawab Reina dengan singkat, sebab ia tahu. Pasti selama mereka LDR, tidak ada yang pernah menyiapkan makanan dengan spesial untuk Bromo.
Reina pun dibawa oleh Bromo untuk mengelilingi kantor tempat Bromo bekerja. Kantor yang mewah nan megah. Semuanya terstruktur dan rapi, termasuk para karyawan-karyawan yang bekerja di sana. Tat kala Reina pun disambut hangat oleh mereka.
"Udah keliling-kelilingnya?" tanya Reina dengan singkat
"Kenapa?"
"Aku lapar. Ayo pergi ke mall buat makan." Reina menarik tangannya Bromo, berusaha untuk membujuknya keluar dengan cepat.
Bromo hanya pasrah, setelah 9 bulan ia terbebas dari auman macan. Kini ia harus mendengarkan itu lagi.
"Kamu kenapa, lapar tapi kayak lagi menghindar."
Reina terdiam sejenak, ia ingin memastikan. Tapi....
"Eeee. Itu."
"Itu apa?"
"Pak Rudy dan Bu Esther, kerja di sini?" Tanya Reina memastikan
"Iya. Kenapa, kamu kenal mereka?"
Sekali lagi Reina terdiam, keringat dingin mulai bercucuran di dahinya. Bromo pun heran, kenapa yang awalnya ia ceria, riang. Kini berubah seperti langit yang mendung; abu-abu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa & Kata
Teen Fiction"Cinta itu soal rasa, bukan sekadar kata-kata!" Mungkin memang benar begitu, bahwa cinta bukanlah sekadar kata-kata dan janji manis, melainkan sebuah rasa yang nyata dan kemudian diimplementasikan Bagi Kelvin Alexandro, dirinya tidak berkilah periha...