Part 36 : Yang Sebenarnya Terjadi

2 0 0
                                    

HALLO, SEMUA!

MAAF BANGET AKU SEMPET HIATUS HAMPIR DUA BULAN 😭

JUJUR, MOOD UNTUK UPDATE ITU LAGI MENURUN BANGET :(

TAPI HARI INI, IAM BACK!

HARI INI AKAN MENCOBA KEMBALI KONSISTEN UNTUK UPDATE CERITA INI!

SEMOGA KALIAN TETEP SUPPORT CERITA INI YA!

SUPPORT AKU TERUS YA GES!!

***

MENURUT KALIAN, DARI PART SEBELUMNYA, APA SIH YANG SEBENARNYA TERJADI?

APA SIH YANG MEMBUAT RINI SEPERTI ITU?

DI PART INI AKAN DIBAHAS PERTANYAAN-PERTANYAAN KALIAN!

NB: PART INI SANGAT PANJANG, HARSH WORDS, AND POWER ABUSE!

ENJOY!

----------------------

Pagi-pagi buta Rini telah bangun dari tidurnya, meskipun kali ini matanya benar-benar sembab dan sangat bengkak. Bapak yang menyadari akan hal itu pun heran kepadanya.

“Mata kamu kenapa Nak, habis nonton drakor semalam?” tanya sang Bapak yang baru kali ini melihat mata anaknnya sangat sembab dan bengkak. Rini tidak menjawab pertanyaan Bapak dan justru mengalihkan pertanyaannya.

“Bapak sudah selesai ambil cuti?”

“Sudah, kenapa Nak?”

“Rini hari ini izin gak sekolah ya Pak. Rini mau ikut Bapak ke kantor.”

Bapak terkejut mendengar hal itu, mengapa bela-belain ikut ke kantor dan malah izin dari jadwal sekolahnya? “Kenapa Nak? Mau apa ikut ke kantor?”

“Rini mau ketemu sama Kak Bromo Pak. Rini mau jelasin semuanya.”

DLEG!

Keheningan mulai tercipta antara keduanya. Sang Bapak mengangguk paham apa maksud dari anaknya tersebut. “Ya sudah, kalau gitu Bapak siap-siap dulu. Kamu juga siap-siap, habis sarapan kita berangkat ke kantor.” Rini mengangguk paham, segera ia menuju dapur untuk menyiapkan sarapan bagi dirinya dan Bapak. Sedangkan Bapak bergegas menuju kamar untuk berganti pakaiannya.

***

Mereka telah sarapan dan segera bersiap untuk pergi menuju FACAS. Rini mengunci kedua pintu depan dan segera bergoncengan dengan Bapak menggunakan motor kuno Bapak untuk pergi ke FACAS.

Karena masih cukup pagi, jalanan masih sangat sepi. Hanya ada beberapa motor dan mobil yang berlalu lalang. Jika dibandingkan dengan matahari yang sudah bersinar lebih terang, bisa dipastikan jalanan yang mereka lalui tidak akan sesepi ini.

Mereka telah sampai di FACAS, Bapak pun mulai memarkirkan motornya. Helm yang mereka gunakan digantungkan pada pengait dan spion di motor. Rini dan Bapak berjalan masuk ke dalam kantor FACAS. Di sana masih sangat sepi, hanya ada beberapa OB dan security yang sudah datang lebih cepat.

“Halo Pak Dito, selamat pagi!” ucap seorang kerabat yang mejanya persis disebelah meja Pak Dito

“Halo juga Din, selamat pagi!” balas pak Dito,

“Ini, anaknya?” tanya Din, kerabat kerja Pak Dito,

 Rini yang merasa ditunjuk oleh Din, langsung menundukan kepala dan memberikan senyum yang tulus kepada Din.

“Iya, anakku ini.”

“Oalah, iyaa. Oke-oke.”

“Pak Bromo sudah datang Din?” tanya Pak Dito sesaat setelah Din ingin pergi meninggalkan mereka.

Rasa & KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang